radarbanyuwangi.jawapos.com – Suryadharma Ali memang telah wafat hari ini Kamis 31 Juli 2025.
Namun, mantan Menteri Agama Republik Indonesia itu telah diabadikan dalam sebuah biografi inspiratif berjudul “Sang Nakhoda”, karya Taufiqurrochman, R.
Buku ini tak hanya merekam jejak karier politik dan birokrasi Suryadharma, tapi juga memotret sisi humanis dan spiritual dari seorang pemimpin yang pernah menakhodai dua kementerian strategis: Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Agama RI.
Ditulis dalam suasana batin yang mendalam, buku ini hadir dengan gaya naratif yang kental dengan nilai-nilai keteladanan, perjuangan, dan dedikasi terhadap bangsa.
Pemimpin Tangguh dari Pesisir Utara
Lahir di pesisir utara, Suryadharma tumbuh sebagai santri penghafal Al-Qur’an, menjelma menjadi aktivis kampus, lalu pengusaha, hingga akhirnya merintis karier politik bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Biografi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan intelektualnya yang penuh liku, bak pelayaran panjang di tengah samudera penuh badai.
Mengutip syair Arab klasik yang membuka buku ini:
“Perkuatlah bahteramu karena lautan begitu dalam, dan bawalah bekal karena perjalanan sangatlah panjang.”
Syair tersebut seolah menegaskan peran Suryadharma sebagai Sang Nakhoda yang piawai mengemudikan kapal besar bernama Kementerian Agama, institusi dengan jaringan satuan kerja terbesar di Indonesia dan keragaman agama, suku, serta budaya yang luar biasa kompleks.
Mengemudikan Bahtera Kemenag dengan Prinsip dan Kapasitas
Dalam buku “Sang Nakhoda”, Suryadharma digambarkan sebagai pemimpin yang tidak hanya kuat dalam prinsip, tapi juga multitalenta, mampu menjembatani isu-isu keagamaan yang sensitif dengan pendekatan inklusif dan humanis.
Keberhasilannya membangun citra Kementerian Agama di tengah tantangan birokrasi, disorot sebagai salah satu capaian penting dalam biografinya.
Penulis buku, Taufiqurrochman, bahkan menyebut penulisan buku ini sebagai tugas spiritual.
Page 2
Page 3
radarbanyuwangi.jawapos.com – Suryadharma Ali memang telah wafat hari ini Kamis 31 Juli 2025.
Namun, mantan Menteri Agama Republik Indonesia itu telah diabadikan dalam sebuah biografi inspiratif berjudul “Sang Nakhoda”, karya Taufiqurrochman, R.
Buku ini tak hanya merekam jejak karier politik dan birokrasi Suryadharma, tapi juga memotret sisi humanis dan spiritual dari seorang pemimpin yang pernah menakhodai dua kementerian strategis: Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Agama RI.
Ditulis dalam suasana batin yang mendalam, buku ini hadir dengan gaya naratif yang kental dengan nilai-nilai keteladanan, perjuangan, dan dedikasi terhadap bangsa.
Pemimpin Tangguh dari Pesisir Utara
Lahir di pesisir utara, Suryadharma tumbuh sebagai santri penghafal Al-Qur’an, menjelma menjadi aktivis kampus, lalu pengusaha, hingga akhirnya merintis karier politik bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Biografi ini menggambarkan perjalanan spiritual dan intelektualnya yang penuh liku, bak pelayaran panjang di tengah samudera penuh badai.
Mengutip syair Arab klasik yang membuka buku ini:
“Perkuatlah bahteramu karena lautan begitu dalam, dan bawalah bekal karena perjalanan sangatlah panjang.”
Syair tersebut seolah menegaskan peran Suryadharma sebagai Sang Nakhoda yang piawai mengemudikan kapal besar bernama Kementerian Agama, institusi dengan jaringan satuan kerja terbesar di Indonesia dan keragaman agama, suku, serta budaya yang luar biasa kompleks.
Mengemudikan Bahtera Kemenag dengan Prinsip dan Kapasitas
Dalam buku “Sang Nakhoda”, Suryadharma digambarkan sebagai pemimpin yang tidak hanya kuat dalam prinsip, tapi juga multitalenta, mampu menjembatani isu-isu keagamaan yang sensitif dengan pendekatan inklusif dan humanis.
Keberhasilannya membangun citra Kementerian Agama di tengah tantangan birokrasi, disorot sebagai salah satu capaian penting dalam biografinya.
Penulis buku, Taufiqurrochman, bahkan menyebut penulisan buku ini sebagai tugas spiritual.