sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Proyek Jalan Tol Gilimanuk–Mengwi, yang sebelumnya masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai Rp 25,4 triliun, kini berada pada titik stagnan.
Proyek sepanjang 96,84 kilometer tersebut ditinggalkan calon investor dan telah berulang kali gagal lelang.
Penyebabnya dianggap fundamental: potensi lalu lintas terlalu rendah sehingga proyeksi keuntungan dinilai tidak menarik.
Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, secara terbuka mengakui bahwa minat investor terhadap proyek ini sangat rendah.
Baca Juga: Polda Sumut Bangun Jembatan Darurat Pulihkan Akses Jalinsum Tapteng–Sidempuan
“Tidak ada lalu lintas, tidak ada pendapatan,” ujarnya tegas, seperti dilansir dari Radar Bali.
Berdasarkan perhitungan Kementerian PU, ruas tol Gilimanuk–Mengwi hanya diperkirakan menghasilkan 2.631 kendaraan per hari—angka yang tergolong sangat kecil dibandingkan proyek lain seperti Tol Probowangi yang diproyeksikan mencapai lebih dari 20.000 kendaraan per hari.
Perbedaan ini memperkuat persepsi bahwa pembangunan tol Gilimanuk–Mengwi secara finansial sulit menarik investor profesional.
Mandeknya investor membuat proyek ini menjadi salah satu pembangunan tol prioritas yang paling tertinggal.
Pemerintah bahkan memprediksi tender baru dapat selesai pada tahun 2027, sebuah penundaan yang menambah panjang deretan persoalan di lapangan.
Baca Juga: Menu Ubi Rebus MBG di SDN 1 Sidomulyo Ditolak Wali Murid, SPPG Klaim Sudah Sesuai Takaran Gizi
Desakan Politik Muncul: Rute Tol Bali Perlu Dievaluasi
Di tengah kebuntuan tersebut, muncul dorongan kuat dari tokoh politik dan masyarakat Bali agar pemerintah mengevaluasi ulang rute tol yang direncanakan.
Ketua DPD I Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih, menilai trase Gilimanuk–Mengwi kurang tepat dan tidak menjawab kebutuhan pemerataan ekonomi di Pulau Dewata.
Menurut pria yang akrab disapa Demer itu, pembangunan tol ke Mengwi justru memperkuat konsentrasi ekonomi di kawasan Badung–Denpasar, wilayah yang selama ini sudah menikmati pertumbuhan pesat.
Page 2
Hal ini berpotensi menekan biaya lahan dan meningkatkan daya tarik bagi investor yang selama ini menilai proyek Gilimanuk–Mengwi tidak ekonomis.
Baca Juga: Satpol PP dan Bea Cukai Gempur Rokok Ilegal di Giri Banyuwangi, RT-RW hingga Lurah Dilibatkan
5. Kurangi Tekanan Lalu Lintas Badung–Denpasar
Rute baru dapat mengurangi beban lalu lintas yang menumpuk di selatan Bali.
Selain menjadi alternatif arus kendaraan, ini juga memberi waktu bagi pemerintah untuk menata ulang perkembangan wilayah selatan yang kini mengalami tekanan urbanisasi dan komersialisasi berlebih.
Masalah dasar dari Tol Gilimanuk–Mengwi adalah rendahnya traffic yang membuat proyek sulit mencapai financial close.
Namun analis kebijakan menilai persoalan sebenarnya lebih dalam: rute tersebut secara strategis tidak mendukung pemerataan pembangunan Bali.
Baca Juga: BRI Raih Anugerah Penggerak Sektor Keuangan 2025, Holding Ultra Mikro Diakui Perkuat Ekonomi Rakyat
Sebaliknya, rute alternatif Gilimanuk–Seririt–Soka dinilai mampu menjawab dua masalah sekaligus:
- Memberikan trafik yang lebih prospektif dan menarik investor.
- Menjadi instrumen strategis pemerataan pembangunan Bali utara–selatan.
Dengan demikian, jalur ini bukan sekadar alternatif teknis, tetapi jalan keluar komprehensif yang lebih menguntungkan investor sekaligus menghadirkan transformasi pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan di Pulau Dewata.
Keputusan akhir kini berada di tangan pemerintah pusat. Apakah tetap bersikeras mempertahankan rute awal, atau membuka opsi baru yang dinilai lebih visioner bagi masa depan Bali. (*)
Page 3
“Daerah utara dan timur tidak tumbuh, kesempatan kerja kecil. Orang pindah ke selatan. Di selatan pun akhirnya tertekan. Masyarakat kelas bawah terpaksa menjual tanah,” paparnya.
Demer menilai ketimpangan tersebut sudah pada tahap mengkhawatirkan.
Baca Juga: Cak Imin Ajak Bahlil, Raja Juli, dan Hanif Faisol Bertobat: Kiamat Sudah Terjadi akibat Kelalaian Kita
Selama bertahun-tahun, kawasan pariwisata Bali selatan meraup pendapatan besar dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR), sementara wilayah utara seperti Buleleng serta timur seperti Karangasem masih tertinggal jauh secara ekonomi.
Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah mempertimbangkan rute baru yang lebih strategis dan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi secara merata.
Keunggulan Strategis Rute Gilimanuk–Seririt–Soka
Usulan pengalihan jalur tol dari Gilimanuk–Mengwi ke Gilimanuk–Seririt (Buleleng)–Soka (Tabanan) dinilai menawarkan nilai strategis yang jauh lebih menjanjikan, baik dari sisi ekonomi, pemerataan pembangunan, maupun kelayakan investasi.
1. Dorong Pemerataan Ekonomi Bali Utara
Selama ini, pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan pariwisata terpusat di Bali selatan.
Ruas Seririt–Soka dapat menjadi katalisator penting untuk mendorong aktivitas ekonomi di Bali utara yang selama ini tertinggal.
Tol ini diharapkan mampu menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru dan mengurangi ketimpangan antardaerah.
Baca Juga: Kabar Gembira! Jalan Tol Paluh Kemiri–Tanjung Morawa Dibuka Kembali 4 Desember 2025, Perbaikan Amblas Hampir Rampung
2. Perkuat UMKM Lokal Sepanjang Jalur Utara
Koridor ekonomi Bali utara dinilai memiliki potensi besar dalam sektor UMKM.
Jalur tol Seririt–Soka diproyeksikan bisa membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha lokal, mendorong pertumbuhan pusat ekonomi baru dan memperluas peluang kerja di daerah.
3. Cegah Stagnasi Ekonomi di Jembrana
Dengan tidak mengalirkan seluruh arus kendaraan ke selatan, Jembrana tetap mendapatkan peran sebagai simpul ekonomi.
Hal ini dinilai penting untuk mencegah daerah tersebut menjadi kawasan yang hanya dilintasi, tanpa mendapatkan manfaat signifikan dari pembangunan infrastruktur nasional.
4. Biaya Pembebasan Lahan Lebih Rendah
Dari perspektif investasi, rute utara sangat menarik. Harga tanah di jalur Gilimanuk–Seririt–Soka relatif lebih rendah dibandingkan wilayah selatan yang sudah padat dan mahal.







