BANYUWANGI – Pemilihan Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Banyuwangi dalam Konferensi Cabang di Restoran Mahkota Plengkung Minggu kemarin (14/2) disemarakkan aksi interupsi para ketua ranting dan perwakilan anak cabang (PAC).
Pasalnya, Mafrochatin Ni’mah yang mengantongi suara terbanyak, yakni 234 suara, tidak direstui perwakilan Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat Jawa Timur yang memimpin sidang. Hal itu karena perwakilan PW Fatayat NU Jatim mempersoalkan periode jabatan Mafrochatin Ni’mah.
Padahal, sebelumnya anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Banyuwangi tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat sebagai ketua PC Fatayat NU Banyuwangi periode 2016-2021. PW Fatayat NU Jatim tampak tidak setuju melanjutkan penobatan ketua dan memilih menutup sidang sebelum mendapat keputusan.
Kondisi tersebut memicu banjirnya interupsi dari para ketua ranting dan PAC. Alasannya, pada peraturan dasar/peraturan rumah tangga (PD/PRT) 2015 yang dibahas di kongres di Surabaya tahun lalu tidak dicantumkan periodeisasi. Yang menjadi acuan PW saat itu adalah PD/PRT tahun 2010.
Sekadar diketahui, Mafrochatin telah dua periode menjabat sebagai ketua PC Fatayat NU Banyuwangi. “Aneh sekali. Tahun 2015 pada kongres di Surabaya tidak disinggung periodeisasi sama sekali. Tetapi, PW malah mengacu peraturan 2010. Padahal, pada peraturan yang terbaru secara eksplisit disebutkan syarat menjadi ketua adalah minimal mengantongi 50 suara,” ujar Umaroh, ketua PAC Fatayat Banyuwangi.
Dalam pemilihan tersebut, Mafrochatin Ni’mah mendapatkan 234 suara. Dia mengungguli dua lawannya, yakni Atiqoh Hamid dan Mariyana, yang masing-masing menghimpun 12 dan 16 suara. Demi menyelesaikan sengketa tersebut, peserta berinisiatif mengadakan mediasi dengan PW Fatayat Jatim.
Mereka diberi dua opsi, yakni melakukan pemilihan ulang atau mengangkat calon ketua yang mendapat suara kedua terbanyak. Akhirnya, melalui musyawarah tersebut disepakati, Maryana, yang memperoleh suara kedua terbanyak menjadi ketua PC Fatayat NU Banyuwangi lima tahun ke depan.
Mafrochatin Ni’mah saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Banyuwangi menyatakan dirinya mengaku legawa dan meminta semua peserta menerima kepemimpinan Maryana. “Demi soliditas dan kemaslahatan kita harus berbesar hati. Apalagi, ini adalah organisasi dakwah yang esensinya adalah keikhlasan. Semoga ke depan Fatayat lebih baik lagi,” tandas wanita yang akrab disapa Mbak Nik itu. (radar)