Detik.com
Banyuwangi –
Pelataran Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi mendadak jadi museum. Ratusan koleksi benda kuno dari zaman Dinasti Tang dari Tiongkok abad ke-7 hingga 10 dapat dijumpai di sini.
Benda-benda tersebut seperti tempayan, wadan penutup Dinasti Ming abad ke-14, guci song (kelama) milik Dinasti Song abad 9-10. Tak ketinggalan botol soda buatan perusahaan keluarga Belanda, Erven Lucas Bols, tahun 1575 yang terbuat dari keramik berkapasitas satu liter juga ada.
Benda-benda kuno milik Tiongkok ini dihadirkan dalam pameran Banyuwangi Jaman Bengen yang digelar mulai tanggal 11 – 17 Juni mendatang. Pameran ini dibuka gratis untuk umum dan bisa menjadi tujuan wisata pékan ini.
Bupati Ipuk Fiestiandani mengatakan Pameran Banyuwangi Jaman Bengen merupakan bagian dari upaya pemkab Banyuwangi untuk menghadirkan berbagai event setiap pekan. Baik itu yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival, maupun event yang digelar oleh masyarakat sendiri.
“Di Banyuwangi setiap pekannya kami dorong ada event yang bisa dinikmati wisatawan dan warga. Jadi mereka yang berkunjung ke Banyuwangi, bisa menikmati kekhasan seni dan budaya kita. Termasuk pameran benda-benda tempo dulu,” kata Ipuk, Selasa (13/6/2023).
Selain benda kuno peninggalan tiongkok, pengunjung juga bisa berburu berbagai benda purbakala dan benda kuno berbahan batu, tanah liat, keramik, hingga kayu dengan berbagai bentuk, mulai dari keris, tombak, arca, lingga yoni, hingga lemari rias kuno.
Benda-benda pusaka Banyuwangi juga tak luput, kolektor bisa menjadikan Lusaka ini menjadi salah satu incaran. Seperti satu set timbangan emas zaman Kerajaan Blambangan abad 14-18 Masehi. Timbangan yang terbuat dari perak itu ditemukan di Pertanen, Jambewangi, Kecamatan Sempu.
“Pameran ini sebagai sarana edukasi, sekaligus cara untuk mengenalkan sejarah tentang Banyuwangi kepada generasi milenial. Anak-cucu kita harus tahu bagaimana kisah Kerajaan Blambangan dan Macan Putih yang menjadi bagian sejarah Banyuwangi yang sangat menarik,” kata Sekretaris Disbudpar Banyuwangi, M Choliqul Ridho.
Selain mengenalkan benda purbakala, pameran juga menampilkan lukisan dan foto-foto tentang Banyuwangi zaman dulu. Dengan demikian, masyarakat dan anak-anak sekolah atau milenial di Banyuwangi tahu sejarah daerahnya sendiri.
“Pameran kepurbakalaan ini juga sebagai media promosi. Jadi, Banyuwangi nantinya tidak hanya dikenal kaya destinasi wisata, tapi juga budaya dan situs yang harus dilestarikan,” ujar Ridho.
Ridho memastikan pameran Banyuwangi Jaman Bengen tahun ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Setiap hari, kata dia, ada seorang narator yang bertugas menjelaskan secara detail cerita tentang benda-benda purbakala di lokasi stand-nya.
“Pengunjung tidak hanya melihat bendanya, tapi juga mengerti kisah dan asal-usulnya. Dengan harapan, mereka bisa lebih menghargai dan mencintai sejarah daerahnya,” kata Ridho.
Dia menambahkan kegiatan ini dirangkai dengan berbagai agenda menarik. Seperti, Bioskop Keliling Kecagarbudayaan, Pertunjukan Rengganis, Belajar Bersama di Museum, Lomba Teater Osing, dan Night Accoustic Performe.
Ada juga seminar hasil kajian koleksi museum Blambangan, Rindik Music Performe, serta Night Accoustic Show. Pengunjung bisa hadir dan melihat secara langsung rangkaian pertunjukan mulai pukul 08.00 – 21.00. Kecuali pada hari Jumat, dibuka pada pukul 14.00 WIB.
Simak Video “Kebakaran Melanda Warung di Pantai Plengsengan Ancol Banyuwangi“
[Gambas:Video 20detik]
(abq/iwd)