TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Suara lantunan ayat suci berpadu dengan gesekan pensil di atas kertas terdengar khusyuk dari aula Kantor PCNU Banyuwangi, Minggu (26/10/2025). Ratusan guru ngaji duduk bersila, penuh khidmat, menulis ayat demi ayat Al-Qur’an. Di waktu bersamaan, ribuan guru ngaji lainnya dari berbagai kecamatan di Banyuwangi mengikuti kegiatan serupa secara daring.
Inilah suasana Gerakan Guru Ngaji Muslimat NU Menulis 5 Mushaf Al-Qur’an, tradisi baru yang digagas Yayasan Pendidikan Muslimat Nahdlatul Ulama (YPMNU) Banyuwangi.
Sebanyak 2.140 guru ngaji ambil bagian dalam kegiatan ini, menorehkan tinta dan doa mereka dalam lembar-lembar mushaf yang kelak akan dijilid menjadi karya monumental.
Ketua YPMNU Banyuwangi, Emi Hidayati (kiri), saat sambutan acara Gerakan Guru Ngaji Muslimat NU Menulis 5 Mushaf Al-Qur’an. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Ketua YPMNU Banyuwangi, Emi Hidayati, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar seremoni memperingati Hari Santri, melainkan sebuah ikhtiar untuk mengembalikan marwah dan semangat para guru ngaji yang menjadi ruh YPMNU.
“Guru ngaji adalah bentuk khidmat kami yang paling hakiki. Melalui kegiatan ini, kami ingin membangkitkan kembali semangat mereka untuk terus menjaga khidmat kepada Al-Qur’an, tidak hanya dengan membaca dan menghafal, tetapi juga menulisnya,” ujar Emi, Minggu (26/10/2025).
Emi menambahkan bahwa khataman bil kitabah, atau menulis Al-Qur’an, merupakan bagian dari tradisi keislaman yang sarat nilai spiritual.
Selain melatih kesabaran dan menumbuhkan kecintaan terhadap kalam Allah, kegiatan ini juga menjadi sarana konsolidasi moral sekaligus penyemangat bagi para guru ngaji dan santri.
“Momentum Hari Santri ini menjadi cara kami merawat tradisi dan menumbuhkan kembali energi baru di kalangan guru ngaji. Kami ingin mengingatkan bahwa guru tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar. Sebutan ta’lim wa ta’allum harus melekat, yakni mengajar sekaligus menuntut ilmu,” ungkapnya.
Lima Mushaf untuk Monumen Hari Santri
Perempuan yang juga akademisi Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi itu menyebut, hasil tulisan ribuan guru ngaji tersebut nantinya akan dijilid menjadi lima mushaf Al-Qur’an. Mushaf itu akan diserahkan kepada Perpustakaan Daerah, PCNU, TPQ, dan Muslimat NU, sebagai monumen Hari Santri YPMNU Banyuwangi.
Goresan pensil guru ngaji di Banyuwangi menulis mushaf Al-Qur’an yang menjadi bagian dari Gerakan Guru Ngaji Muslimat NU Menulis 5 Mushaf Al-Qur’an yang digagas Yayasan Pendidikan Muslimat Nahdlatul Ulama Banyuwangi. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Lebih lanjut, Emi berharap gerakan menulis Al-Qur’an ini dapat menjadi gerakan berkelanjutan untuk menumbuhkan semangat berkhidmat dan mempererat sinergi antara YPMNU dan para guru ngaji di seluruh penjuru Bumi Blambangan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin meneguhkan kembali semangat bahwa cinta Al-Qur’an dan persatuan adalah fondasi kehidupan warga NU,” tegas mantan anggota DPRD Banyuwangi itu.
Dengan semangat yang terpancar dari setiap goresan pensil, kegiatan ini menjadi bukti bahwa khidmat para guru ngaji di Banyuwangi tak pernah padam. Dari tangan-tangan mereka, ayat-ayat suci bukan hanya dibaca, tetapi dihidupkan kembali dalam tulisan, menjadi simbol dedikasi dan cinta terhadap Al-Qur’an serta bagian dari perjalanan khidmat YPMNU kepada umat. (*)
| Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |







