Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Rumah Nyaris Roboh, Hidup Serba Kekurangan! Buruh Tani Banyuwangi Ini Menangis Dapat Bedah Rumah dari TNI

rumah-nyaris-roboh,-hidup-serba-kekurangan!-buruh-tani-banyuwangi-ini-menangis-dapat-bedah-rumah-dari-tni
Rumah Nyaris Roboh, Hidup Serba Kekurangan! Buruh Tani Banyuwangi Ini Menangis Dapat Bedah Rumah dari TNI

radarbanyuwangi.jawapos.com – Setiap pagi, Evi Widiawati (26) memulai harinya dengan langkah tergesa.

Di satu tangan, ia menggenggam sapu; di tangan lain, pikiran berkecamuk memikirkan uang belanja hari ini.

Hidupnya di Desa Silirsari, Kecamatan Siliragung, adalah perjuangan tanpa jeda.

Sehari-hari, Evi bekerja sebagai buruh tani dan buruh rumah tangga. Tak ada jadwal pasti, tak ada gaji bulanan.

Kadang mencuci baju tetangga, kadang menyapu rumah orang, kadang juga merawat kambing titipan.

“Kalau dapat Rp50 ribu, itu saya simpan buat sekolah anak,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Suaminya, M. Anwaruddin (28), juga bekerja keras sebagai kuli pemotong bambu. Upahnya Rp90 ribu per hari—itu pun kotor.

Setelah kebutuhan dapur terpenuhi, yang tersisa tak seberapa. Rumah mereka? Dinding anyaman bambu yang rapuh, atap bocor, dan nyaris roboh.

Ironisnya, kandang kambing di samping rumah terlihat lebih kokoh.

Namun, hidup kadang punya cara tak terduga untuk memberi kejutan. Nama Evi masuk daftar penerima bantuan bedah rumah dari TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi.

“Seperti mimpi, saya nggak nyangka,” katanya lirih.

Selama lebih dari sebulan, TNI, warga desa, dan keluarga Evi bergotong-royong membongkar rumah rapuh itu.

Perlahan, papan demi papan, bata demi bata, sebuah rumah baru berdiri. Tak lagi bocor, tak lagi khawatir dinding roboh saat hujan.

Kini, setiap malam Evi tidur dengan tenang. Angin malam tak lagi menusuk tubuh, suara hujan tak lagi menakutkan.


Page 2


Page 3

radarbanyuwangi.jawapos.com – Setiap pagi, Evi Widiawati (26) memulai harinya dengan langkah tergesa.

Di satu tangan, ia menggenggam sapu; di tangan lain, pikiran berkecamuk memikirkan uang belanja hari ini.

Hidupnya di Desa Silirsari, Kecamatan Siliragung, adalah perjuangan tanpa jeda.

Sehari-hari, Evi bekerja sebagai buruh tani dan buruh rumah tangga. Tak ada jadwal pasti, tak ada gaji bulanan.

Kadang mencuci baju tetangga, kadang menyapu rumah orang, kadang juga merawat kambing titipan.

“Kalau dapat Rp50 ribu, itu saya simpan buat sekolah anak,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

Suaminya, M. Anwaruddin (28), juga bekerja keras sebagai kuli pemotong bambu. Upahnya Rp90 ribu per hari—itu pun kotor.

Setelah kebutuhan dapur terpenuhi, yang tersisa tak seberapa. Rumah mereka? Dinding anyaman bambu yang rapuh, atap bocor, dan nyaris roboh.

Ironisnya, kandang kambing di samping rumah terlihat lebih kokoh.

Namun, hidup kadang punya cara tak terduga untuk memberi kejutan. Nama Evi masuk daftar penerima bantuan bedah rumah dari TMMD ke-125 Kodim 0825/Banyuwangi.

“Seperti mimpi, saya nggak nyangka,” katanya lirih.

Selama lebih dari sebulan, TNI, warga desa, dan keluarga Evi bergotong-royong membongkar rumah rapuh itu.

Perlahan, papan demi papan, bata demi bata, sebuah rumah baru berdiri. Tak lagi bocor, tak lagi khawatir dinding roboh saat hujan.

Kini, setiap malam Evi tidur dengan tenang. Angin malam tak lagi menusuk tubuh, suara hujan tak lagi menakutkan.