Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Saya Juga Santri! Ini Kenangan Terakhir Suryadharma Ali Sang Santri Kiai Idham Chalid

saya-juga-santri!-ini-kenangan-terakhir-suryadharma-ali-sang-santri-kiai-idham-chalid
Saya Juga Santri! Ini Kenangan Terakhir Suryadharma Ali Sang Santri Kiai Idham Chalid

radarbanyuwangi.jawapos.com – Di hadapan ratusan santri yang duduk bersila, almarhum Suryadharma Ali pernah berkata jujur dan penuh rasa:

“Saya juga santri, santri Kiai Idham Chalid.”

Ucapan itu dilontarkan Menteri Agama kala itu, saat berkunjung ke Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA), Amuntai, Kalimantan Selatan, Selasa petang, 20 Agustus 2013 silam.

Kini, kalimat itu menjadi kenangan terakhir yang membekas dari seorang pejabat negara yang tetap menyebut dirinya santri—bukan menteri, bukan politisi, bukan pejabat tinggi, tapi santri.

Merasa Pulang ke Rumah

Tak banyak pejabat yang merasa nyaman duduk di serambi pesantren. Tapi tidak bagi Suryadharma Ali. Kala itu, ia justru mengaku merasa pulang ke rumah.

Bukan basa-basi, sebab RAKHA Amuntai didirikan oleh tokoh besar KH. Idham Chalid—kiai yang pernah mendidiknya sejak muda.

“Saya belajar di situ, di Darul Maarif Cipete. Saya juga santri dari Kiai Idham Chalid,” ungkapnya, disambut tepuk tangan para santri.

Darul Maarif, yang berlokasi di Jakarta Selatan, adalah pondok asuhan KH Idham Chalid yang mewarisi semangat Islam moderat dan cinta tanah air.

Dan Suryadharma adalah salah satu produknya—yang kemudian naik ke tampuk tertinggi sebagai Menteri Agama RI.

Pesantren dan Cita-Cita Kiai

Dalam kesempatan tersebut, Suryadharma tak sekadar datang memberi sambutan. Ia menandatangani 11 prasasti masjid yang selesai dibangun, dan mengumumkan kabar gembira:

Kementerian Agama saat itu tengah menyalurkan bantuan Rp150 juta untuk pengembangan pesantren.

Sebelumnya, pada 2012, ia juga bekerja sama dengan Kementerian Perumahan Rakyat menyalurkan Rp60 miliar untuk pembangunan asrama santri.


Page 2

“Ulama sejak pra kemerdekaan sangat menaruh perhatian pada pendidikan. Maka jangan heran kalau banyak lembaga pendidikan Islam bersifat swasta karena memang didirikan oleh para kiai,” ujarnya dalam sambutan.

Ia pun meminta agar pondok-pondok pesantren proaktif memanfaatkan program pemerintah, mulai dari pengadaan kitab, laboratorium, hingga pembangunan fasilitas.

Dari Santri, untuk Santri

Kunjungan kerja itu dihadiri pula oleh sejumlah tokoh penting, termasuk KH. Nur Muhammad (Pengasuh Pesantren Ash-Shiddiqiyyah), Muhammadiyah Amin (Sekretaris Ditjen Bimas Islam), dan Ace Syaifuddin (Direktur Pendidikan Diniyah dan Ponpes).

Gubernur Kalsel saat itu, Rudy Arifin, juga turut menyambut kedatangan Menag.

Tapi sorotan utama tetap pada Suryadharma Ali yang berbicara bukan sebagai pejabat, melainkan santri—yang sedang pulang ke rumah ilmu.

Kenangan Terakhir Sang Santri Kiai Idham Chalid

Kini, sang santri itu telah berpulang. Suryadharma Ali wafat pada Kamis (31/7/2025), pukul 04.25 WIB, di RS Mayapada Kuningan, Jakarta Selatan.

Meski nama dan jabatannya sempat terguncang oleh badai politik dan kasus hukum, tapi bagi dunia pesantren, ia tetap dikenang sebagai murid kiai, pemimpin lembut yang tak pernah sungkan mengaku: “Saya juga santri.”

Dan mungkin itu warisan terbaik yang ia tinggalkan untuk negeri ini:

Bahwa menjadi santri tak membuatmu kecil. Justru dari pesantren, lahir pemimpin. (*)


Page 3

radarbanyuwangi.jawapos.com – Di hadapan ratusan santri yang duduk bersila, almarhum Suryadharma Ali pernah berkata jujur dan penuh rasa:

“Saya juga santri, santri Kiai Idham Chalid.”

Ucapan itu dilontarkan Menteri Agama kala itu, saat berkunjung ke Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA), Amuntai, Kalimantan Selatan, Selasa petang, 20 Agustus 2013 silam.

Kini, kalimat itu menjadi kenangan terakhir yang membekas dari seorang pejabat negara yang tetap menyebut dirinya santri—bukan menteri, bukan politisi, bukan pejabat tinggi, tapi santri.

Merasa Pulang ke Rumah

Tak banyak pejabat yang merasa nyaman duduk di serambi pesantren. Tapi tidak bagi Suryadharma Ali. Kala itu, ia justru mengaku merasa pulang ke rumah.

Bukan basa-basi, sebab RAKHA Amuntai didirikan oleh tokoh besar KH. Idham Chalid—kiai yang pernah mendidiknya sejak muda.

“Saya belajar di situ, di Darul Maarif Cipete. Saya juga santri dari Kiai Idham Chalid,” ungkapnya, disambut tepuk tangan para santri.

Darul Maarif, yang berlokasi di Jakarta Selatan, adalah pondok asuhan KH Idham Chalid yang mewarisi semangat Islam moderat dan cinta tanah air.

Dan Suryadharma adalah salah satu produknya—yang kemudian naik ke tampuk tertinggi sebagai Menteri Agama RI.

Pesantren dan Cita-Cita Kiai

Dalam kesempatan tersebut, Suryadharma tak sekadar datang memberi sambutan. Ia menandatangani 11 prasasti masjid yang selesai dibangun, dan mengumumkan kabar gembira:

Kementerian Agama saat itu tengah menyalurkan bantuan Rp150 juta untuk pengembangan pesantren.

Sebelumnya, pada 2012, ia juga bekerja sama dengan Kementerian Perumahan Rakyat menyalurkan Rp60 miliar untuk pembangunan asrama santri.