Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Setahun Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi MI di Banyuwangi

setahun-pembunuhan-dan-pemerkosaan-siswi-mi-di-banyuwangi
Setahun Pembunuhan dan Pemerkosaan Siswi MI di Banyuwangi

detik.com

Banyuwangi

Pada hari ini sekitar pukul 10.30 WIB setahun lalu, seorang siswi MI di Banyuwangi berinisial CN (7) ditemukan tak berdaya di sebuah kebun kosong hingga dinyatakan meninggal di Puskesmas. Ini adalah setahun peristiwa tragis itu terjadi. Sudah setahun keluarga CN berharap mendapatkan keadilan.

“Lilin keadilan masih redup,” tegas DN, ayah CN yang hingga kini masih menanti keadilan, Kamis (13/11/2025).

DN mengaku redupnya lilin keadilan itu seiring dengan lunturnya kepercayaannya kepada kinerja Polresta Banyuwangi. Dia mengaku tidak bisa menyamakan logika hukum dengan logika pribadinya tetapi nalurinya menyebut bahwa terdakwa yang tengah menjalani proses hukum tidak bisa ia yakini sebagai pelaku pembunuhan putrinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kala dari segi pribadi melihat ini semua terutama keadilan untuk anak saya, kepada polri sudah tidak ada kepercayaan lagi,” ungkap DN kepada detik Jatim melalui sambungan telepon.

“Logikanya, terdakwa ini satu rumah dengan saya. Setiap hari ketemu, bertatap mata dan muka, dalam hati saya tidak ada rasa dendam, mangkel, pengen membalas atau apa. Kalau saya meyakini dia pelakunya, apa sudah tidak habis dia,” tambah DN.

Fakta yang ditampilkan di persidangan menurutnya sumir. DN belum bisa menguatkan hati bahwa dakwaan sebagai pelaku pembunuhan dan perkosaan terhadap R (14) yang juga adik iparnya adalah dakwaan yang tepat. Keraguan itu dikuatkan dengan prarekonstruksi yang ia saksikan langsung dari jarak sekitar 10 meter dari TKP.

DN menyebut pada prarekonstruksi itu ia melihat seluruh adegan seakan sudah direncanakan. Adik iparnya dituntun untuk melakukan adegan demi adegan. Ia sengaja diminta dari jarak jauh oleh penyidik Polresta Banyuwangi dengan dalih supaya terdakwa R tidak takut dan ragu dalam mempraktikkan adegan demi adegan.

“Di pra rekonstruksi saya hadir menyaksikan adegannya R dan disuruh dari jauh. Saya melihatnya tidak ada rasa emosi atau marah. Semua tampak biasa bahkan saya merasa lucu karena seperti sudah diarahkan gitu terdakwa ini untuk beradegan,” jelas DN.

Dalam sidang kedua dia pun sempat dimintai keterangan di hadapan hakim Pengadilan Negeri (PN) Banyuwangi. Ia mengungkapkan sempat ada penjelasan dari kepolisian bahwa adiknya yang menjadi pesakitan itu tidak akan dipenjara, tapi diberi pendampingan, ditempatkan di tempat rehabilitasi, diberi pekerjaan, dan dirawat.

“Tegas saya di pengadilan bilang, bukan itu yang saya inginkan. Saya nggak peduli adik mau direhab dikasih pekerjaan. Yang penting buktikan kalau dia salah 100%, jika dia harus ditembak mati pun saya rela asal terbukti bahwa memang dia pelakunya,” tegas DN.

Satu tahun tepat, DN belum bisa bernafas lega karena banyak keraguan dihatinya terkait proses hukum yang berjalan saat ini. Sementara TR ayah dari terdakwa R yang juga mertua dari DN menyebut, dari persidangan ke persidangan belum memperlihatkan buki-bukti fisik yang mengarah pada R sebagai pelaku tunggal.

“Saya ini orang awam, tidak ada daya mau menuntut keadilan yang bagaimana. Saya tidak yakin R tega kepada adiknya itu,” terang TR yang juga kakek korban CN.

TR sedianya mendampingi R dalam persidangan ke-4 dengan agenda tuntutan namun ditunda karena jaksa belum siap.

“Tadi rencana sidang tuntutan. Nah karena jaksa bilang ada yang belum siap maka hakim menunda ke hari Senin,” kata TR.

Selain kepada Tuhannya, TR mengaku tidak tahu lagi mau meminta pertolongan kepada siapa pun yang masih tergolong manusia.

“Saya orang lemah, kuasa hukum saya penunjukan Polres. Saya tidak punya uang untuk memperjuangkan keadilan untuk anak saya,” ungkap TR dengan mata berkaca-kaca.

Malam sebelum persidangan, TR dan DN bersama-sama menggelar acara peringatan setahun kematian CN. Tak ada canggung karena mereka meyakini keadilan sesungguhnya akan terungkap. Meski pahit, mereka akan siap menerimanya.

“Kami baik-baik saja, semalam juga tahlilan bersama tidak ada rasa tidak nyaman. Semua warga yang hadir juga tidak percaya kalau R pelakunya,” ungkap TR.

TR mengaku ragu karena selain keterangan psikolog, tidak ada bukti fisik yang memperkuat tuduhan bahwa R adalah pelaku tunggal pemerkosa dan pembunuh cucu perempuan yang juga ia cintai melebihi anaknya sendiri.

Setahun lalu, 13 November 2024, Seorang siswi MI berinisal CN (7) tak kunjung pulang ke rumah usai keluar dari sekolahnya sekitar pukul 10.00 WIB. Sang Ibu berinisiatif meminta R (14) yang juga paman CN untuk menjemputnya di titik lokasi yang tidak jauh dari rumah.

Namun, hingga pukul 10.30 WIB CN tak juga pulang. Sang Ibu berinisiatif mendatangi sekolah dengan sepeda listrik dan secara bersama-sama mencari korban CN. Sejumlah guru bersama Sang Ibu menemukan CN di sebuah kubun kosong di dekat gubuk reot dalam keadaan tak berdaya.

Sejumlah luka ditemukan di wajah CN. Pakaian bagian bawahnya telah terlepas dan sejumlah perhiasan milik anak itu hilang. CN segera dilarikan ke klinik terdekat tapi nyawanya tidak tertolong.

20D

(dpe/abq)