Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Event  

Sukses Blue Fire Challenge, Tahun Depan Bidik Maratona

BANYUWANGI – Selain menggelar event International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) akhir September lalu, Banyuwangi juga menggelar event balap sepeda Blue Fire Ijen Challenge (BFIC) dengan fokus jalur yang mengeksplorasi keindahan Kawah Ijen pada 30 September.

Animo para pembalap nasional dan Internasional yang cukup tinggi pada BFIC yang baru digelar tahun ini itu pun membuat penyelenggara berencana melaksanakan kembali balapan dengan rute yang nyaris sama tahun depan.

Ketua Banyuwangi Road Cycling Community (BRCC) Guntur Priambodo mengatakan bahwa BFIC diselenggarakan untuk membidik pembalap executive race yang ingin menikmati jalur sepeda benar-benar dari sisi sport tourism.

Modelnya kata Guntur, memang dibuat mirip Audax atau Grand Fondo milk Jawa Pos. Dan menurutnya, animo dari pembalap di BFIC cukup tinggi untuk ukuran event yang baru pertama kali digelar.

“lni memang kita gelar untuk menunjang sport tourism. Race-nya ada, fun-nya juga ada jadi seimbang. Dan memang yang dibidik kelas excekutive,” terangnya. Guntur pun mencatat ada sekitar 150 pembalap yang turun di Jalur sepanjang 16,5 kilometer itu.

Tak hanya dari kota-kota di Indonesia saja, tapi ada juga pembalap asing dazi Singapura dan Rusia yang ikut merasakan balapan tersebut. Balapan sendiri dimulai dari Pendopo kemudian mengarah ke Selatan ke wilayah Rogojanmpi, srono, Benculuk, Genteng, Temuguruh, Glagah, Alas Malang, kemudian kembali ke Rogojampi ke arah Pakel, Kluncing, Licin, Jambu, dan finis di Paltuding.

“Kita juga tidak mengira awalnya, ternyata peminatnya cukup banyak. Pembalap dari Solo, jakarta, Banjarmasin, Makassar, Surabaya juga ikut turun. Jalurnya memang kita pilihkan yang cukup menantang. Termasuk horce race andalan kita di Erak-Erek. Para pembalap yang ikut juga mengaku puas dengan rute yang kita pilih,” imbuhnya.

Karena itu, tahun depan Guntur berencana kembali menyelenggarakan BFIC dengan persiapan yang lebih matang. BFIC sendiri menurutnya justu bisa membidik sisi sport tourism lebih tinggi, karena peserta dari BFIC merupakan kalangan eksekutif. Mereka yang datang pun biasanya justru menghabiskan banyak uang ketika datang ke Banyuwangi.

“Ini berbeda dengan Tour de Ijen, karena peserta yang ingin ikut jutru membayar. Mereka yang datang biasaya juga datang bersama keluarga,” terangya. Selain BFIC, untuk mendongkrak Sport Taorism, Guntur juga tengah berencana menggelar event serupa dengan nama Maratona di Banyuwangi.

Dengan rute yang masih mengeksplor seputar Ijen namun dengan jalur yang berbeda dengan BFIC. “Kita sudah berbicara dengan Deriktur Jawa Pos tentang membuat event balap sepeda Maratona di Banyuwangi. Sasarannya tetap excekutive race, mungkin waktunya bisa satu rangkaian ddengan Tour de Ijen. Jadi sekalian mumpung ada pengurus dari ISSI dan ada atlet sepeda yang ke Banyuwangi, kita jadikan pekan penuh event balap sepeda,” tandasnya. (radar)