Surabaya –
Abdul Haris, terdakwa Tragedi Kanjuruhan sekaligus eks Ketua Panpel Arema FC mengungkapkan ancaman rumahnya akan dibakar jika mengurangi kuota tiket laga Arema vs Persebaya pada 1 Oktober 2022. Ancaman itu ia sampaikan saat sidang perkara Tragedi Kanjuruhan Jumat (27/1) malam.
Haris mengungkapkan ancaman itu saat dicecar pertanyaan oleh jaksa penuntut umum terkait jumlah tiket yang dicetak. Sebagai Ketua Panpel saat itu, Haris mengaku tak punya kewenangan terkait mencetak tiket.
“Jadi di Arema sistemnya gotong royong. Di grup itu ada LO. Biasanya langsung ada usulan siapa atau masalah di-share di grup. Pada waktu itu Pak Dimas nge-share untuk cetak tiket sebesar itu (43 ribu lembar). Saya juga tidak punya kewenangan jumlah dan harga tiket karena ditentukan manajemen dan masukan-masukan koordinator,” jelas Haris kepada JPU di ruang Cakra Pengadilan Negeri Surabaya, Sabtu (28/1/2023).
Lebih lanjut, Haris menyebut tak mengikuti secara teknis pencetakan tiket. Sebab ia harus koordinasi banyak hal di luar ticketing. Ia hanya hanya ingin memastikan bahwa tiket sudah dicetak dan didistribusikan.
“Teknis ticketing saya nggak begitu mengikuti. Karena banyak yang saya koordinasikan tapi (tetap) memastikan sudah tercetak dan distribusi tiket jangan sampai ada keributan,” tutur Haris.
Tiket itu ad 4 ribu (lembar) yang dijual di online. Ada yang dijual melalui ticket box . Ada 14 mitra kerja. Kita memantau berapa itu tiket-tiket terjual kisaran 42 ribu (lembar),” imbuh Haris.
Jaksa lantas menanyakan kebenaran apakah Polres Malang pernah berkirim surat ke Panpel pada tanggal 28 September 2022 yang isinya membatasi jumlah tiket. Haris membenarkannya. Saat itu Polres meminta agar tiket dicetak 38 ribu saja untuk mengantisipasi kerawanan.
Betul, seingat saya Kapolres (AKBP Ferli Hidayat) kirim surat Rabu (28/9/2022) kepada panpel agar tiket dicetak 38 ribu sekian dengan alasan kerawanan,” terang Haris.
Surat dari Polres Malang itu kemudian dibagikan di grup WhatsApp Aremania. Karena ada rekomendasi pengurangan maka tiket harus dipotong 12,5 persen agar sesuai dengan jumlah 38 ribu lembar.
Namun apa yang disampaikan Haris itu ternyata mendapat kecaman dari para Aremania. Grup WhastApp tersebut pun langsung ramai, Haris pun langsung menjadi sasaran makian dan ancaman, ia kemudian mengaku khawatir jika rumahnya akan dibakar.
“Surat itu saya share di grup Arema terus dibahas di ticketing. kita sepakat untuk mengurangi pesanan tiket sebesar 12,5% tiap pesanan. Jogja misalnya 100 dipotong 12,5% , Banyuwangi, Jatim, Ponorogo dan korwil kami potong 12,5%. Saya sampaikan di grup Aremania ini ada masukan dari kapolres ada pembatasan tiket mohon maaf tiket nawak-nawak (kawan-kawan) akan saya potong 12,5%,” tutur Haris.
“Di situ (grup) ada kasat intel. Di situ terjadi banyak umpatan. ‘Kok ndadak tanggal 29. Karena saya dari luar kota, tetangga saya sudah setor duit ke saya. Ini laga big match kok tiket gak ada’. apa rumah saya gak diobong (dibakar). Saya dikejar-kejar di grup ramai,” imbuh Haris.
Kegaduhan ini rupanya diketahui oleh Polres Malang. Haris kemudian ditelepon Kapolres Malang AKBP Ferli dan membatalkan rekomendasi pembatasan tiket 38 ribu lembar. Menurutnya pembatasan diberlakukan untuk laga selanjutnya saja.
Kamis kapolres telepon saya, ‘Pak haris tolong untuk pembatasan tiket yang 38 ribu (lembar) jangan dilaksanakan sekarang itu pertandingan yang akan datang saja. Karena maksud saya pembatasan tiket itu agar pertandingan lebih longgar,” ucap Haris menirukan perkataan Kapolres Malang.
Tak lama, lanjut Haris, ia juga ditelepon juga oleh Kasat Intel Polres Malang Iptu Bambang Sulistiyono agar meredam amarah Aremania. Sebab jika tidak dikhawatirkan akan ada gesekan saat laga berlangsung.
“Jarak beberapa jam Kasat Intel telepon ‘tolong Aremania diredam jangan sampai ada goyangan’. Mungkin kalau nggak kondusif nanti pertandingn nggak kondusif. Sehingga saya sampaikan pada Aremania,” tandas Haris.
Simak Video “Sidang Perdana Tragedi Kanjuruhan Digelar Hari Ini“
[Gambas:Video 20detik]
(abq/dte)