Detik.com
Surabaya –
Ratusan orang termasuk DJ Tessa Morena diduga menjadi korban arisan bodong. Pemilik CV Cuan Group, Mitaresa yang dituding menjalankan arisan dan investasi fiktif tersebut angkat bicara usai dirinya dilaporkan ke Polrestabes Surabaya.
Melalui penasihat hukumnya Elok Kadja, perempuan yang akrab disapa Mita itu mengaku masih mendalami hal itu di dalam perusahaannya. Ia menyatakan masih menanti hasil audit dari perusahaan yang sedang dilakukan.
“Saat ini Mitaresa, salah satu Founder Cuan Group menyatakan jika saat ini sedang menunggu hasil audit rekening koran CV Cuan Group,” kata Elok saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (16/10/2023).
Elok memastikan kliennya masih menyinkronkan data para member dengan temuan dan laporan itu. Dia menilai bahwa kliennya juga masih mendalami dugaan adanya member fiktif.
“Klien saya juga sedang mencocokkan data para member, karena ada temuan member-member fiktif yang digunakan untuk memanipulasi data member,” ujarnya.
Meski begitu ia menegaskan bahwa Mita sudah meminta rekannya untuk transparan. Mulai dari data member hingga uang yang diperoleh. Namun, ia mengaku hal tersebut tidak digubris.
“Mitarisa dan Rully Febriyanti sejak mulai terjadi permasalahan pencairan dana member sudah meminta transparansi keuangan kepada saudara Alexa. Namun tidak ditanggapi,” tuturnya.
Sebelumnya, ratusan orang mengaku sebagai korban investasi dan arisan bodong melapor ke Polrestabes Surabaya terkait dugaan investasi dan arisan bodong.
Pelaporan di SPKT Polrestabes Surabaya berlangsung sejak pukul 04.00 sampai 18.30 WIB. Setelah melakukan pelaporan, polisi menerbitkan pengaduan masyarakat (dumas).
Salah satu korban, Vita Abriel mengaku sebagai satu dari ratusan korban. Menurutnya, tak hanya arisan saja, terlapor juga diduga menawarkan investasi dengan profit bulanan yang diduga bodong.
“Ada yang duos (salah satu paket dalam program investasi dan arisan), itu Rp 15 juta dan dapatnya per 14 hari, itu Rp 16 juta dijanjikan jadinya, tapi baru di transfer Rp 5 juta lalu tidak ada kabar lagi,” kata Vita.
Hal senada disampaikan korban lainnya, Dwi Ayu. Ia mengaku berkenalan dan mengetahui terlapor melalui Instagram serta rekomendasi dari teman-temannya.
“Ya tahu dan kenal lewat IG. Lalu, dapat rekomendasi dari teman ke teman, japri-japrian juga,” imbuhnya.
Ia memastikan ada ratusan korban di Indonesia. Namun, tidak semuanya melaporkan hal itu ke polisi.
“Harusnya ada sekitar 300 orang member (korban) tersebar di Indonesia, ada yang dari Banyuwangi, Kalimantan, sampai Bojonegoro. Tapi, yang datang ini perwakilan ada 15 orang korban,” papar dia.
“Total semua kalau dilaporkan ada hampir Rp 15 miliar, kalau saya pribadi Rp 40 juta, ada juga korban yang Rp 100 juta, ada yang Rp 50 juta, ada yang Rp 18 juta juga,” katanya.
Hal senada disampaikan korban lainnya, Mia. Menurutnya, meski ia dan para korban lain hanya sebatas Dumas, bukan berarti berhenti sampai di sini. Menurutnya, tetap akan melakukan somasi dan meminta uang pada para terlapor.
“Kami diminta somasi dulu sampai 2 kali, kalau tidak datang kami diminta gugat perdata dan bisa dipidanakan,” tuturnya.
Mia menegaskan, ia mengikuti arisan itu sejak awal Pandemi COVID-19 di awal 2021. ia mengaku tergiur lantaran diiming-imingi keuntungan hingga belasan persen per bulannya.
“Dari 2021 waktu awal COVID-19 itu mulai ikut arisan. Ini tadi saya dan korban arisan serta investasi, yang paling banyak (korban) di investasi, dijanjikan bunga sampai 17% profitnya. Kami diminta somasi dulu, kalau somasi tidak digubris, kami laporan lagi ke polisi. Kami kesal, karena sudah berusaha ke rumahnya baik-baik tapi tidak ditemui,” tutupnya.
Simak Video “Penipuan Berkedok Arisan, IRT di Babel Dibekuk“
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/fat)