Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Terkena Abu, Petani Jeruk Merugi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Petani jeruk nipis  di tiga kecamatan di Banyuwangi merugi puluhan juta rupiah, akibat tanaman jeruk nipis miliknya terkena dampak abu vulkanik gunung  raung. “Buah jeruk nipis besem (nyaris busuk) semua,” ujar Suwito, 45  petani asal Desa Kalipait, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi.

Puluhan hekater tanaman jeruk tersebut berada di Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Bangorejo. Ketiga kecamatan di itu merupakan sentra petani buah jeruk di Banyuwangi. Kondisinya saat dipanen buahnya meninggalkan noda seperti  flek hitam.

Abu vulkanik yang menempel pada bagian buah tersebut,  sebetulnya bisa dihilangkan dengan cara disiram air bersih. “Kalau harus disiram setiap hari buahnya juga malah cepat busuk,” katanya. Petani jeruk mengaku pasrah dengan kondisi itu.

Padahal, untuk biaya operasional tanaman jeruk nipis per hektare bisa mencapai Rp.35 juta. Walhasil, buah jeruk nipis terpaksa dipanen meski harus dibeli dengan harga murah. Jika harga normal jeruk nipis dihargai Rp.8500 per kilogram, kini merosot hingga Rp.6 ribu per kilogramnya.

“Kalau dari segi produktivitas masih tetap, hanya harganya  jatuh akibat kondisinya sudah besem semua,” ungkap Lasimin,52, petani jeruk asal Purwoharjo. Dampak abu vulkanik raung juga dirasakan sejumlah tengkulak jeruk nipis asal Banyuwangi.

Mereka terpaksa membeli murah buahjeruk nipis dari para petani, lantaran kondisi buahnya nyaris busuk dan ada noda hitam. “ Dari satu ton, yang terbuang karena sortir sekitar 3 kuintal,” kata Supriyono, 35, pengepul jeruk nipis asal Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi.

Meski menghargai murah jeruk nipis yang dibeli langsung dari  petani itu, dia juga harus menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat terlalu banyak jeruk yang tersortir dan tidak laku dijual ke pasar. (radar)