Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tukang Seruling Banyuwangi Sukses Ekspor 150 Ribu Buah Seruling Pertahun ke India

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI, Jurnalnews – Menekuni dunia usaha memang tidaklah semudah mendengarkan cerita. Namun, bagi pemilik usaha kecil, jangan cemas dan rendah hati. Di Banyuwangi, ada seorang tukang pembuat seruling yang berhasil menembus pasar Eropa, tepatnya ke negara India. Nah.! Itu mungkin modal kita untuk bersemangat.

Iwan Pinanggih Saputra (33 tahun), seorang warga Dusun Sempu, Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, Jawa Timur, dalam hitungan pasti, ia mampu memproduksi sebanyak 150 ribu buah seruling dalam setahun.

Dalam keseharian, Iwan sebelumnya bekerja sebagai seniman. Kegiatan bermusik dengan seruling telah menjadi bagian hidupnya sejak tahun 2005. Semua ini dilakukan dengan tujuan utama, yaitu untuk menyokong kehidupan keluarga yang dicintainya. Ia sering diundang untuk tampil memainkan seruling bersama klub musik di seluruh wilayah Banyuwangi.

Iwan Pinanggih Saputra (33 tahun), mampu memproduksi sebanyak 150 ribu buah seruling dalam setahun. (Foto: Rony. Jurnalnews).
Iwan Pinanggih Saputra (33 tahun), mampu memproduksi sebanyak 150 ribu buah seruling dalam setahun. (Foto: Rony. Jurnalnews).

Selain itu, Iwan juga mahir dalam seni pembuatan alat musik seruling, termasuk seruling yang digunakan untuk bermusik, yang merupakan hasil karyanya sendiri. Kreativitasnya tidak hanya terbatas pada penciptaan untuk dirinya sendiri, tetapi teman seprofesinya pun banyak yang membeli karya seruling buatannya.

Keahlian Iwan dalam membuat seruling bukan hanya menjadi hobi semata, tetapi telah menjadi sebuah bisnis yang sukses. Ia tidak hanya memenuhi permintaan lokal, tetapi juga berhasil memasarkan produknya ke pasar internasional, khususnya ke negara India.

Dengan menghasilkan 150 ribu buah seruling setiap tahun, Iwan telah memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal dan nasional.

Prestasi Iwan tidak hanya terbatas pada kemampuannya sebagai seniman, tetapi juga sebagai pengusaha yang mampu memperluas jangkauan pasar produknya. Keberhasilan dalam mengekspor seruling ke India tidak hanya meningkatkan pendapatan pribadi, tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi masyarakat sekitar.

Iwan bercerita, bahwa membuat alat musik seruling pada dasarnya tidaklah sulit, asalkan seseorang dapat memainkannya terlebih dahulu. Menurutnya kemampuan untuk memainkan melodi seruling memerlukan insting yang khusus. Nah, selanjutnya baru bisa membuatnya.

“Bermain alat musik seruling itu mengandalkan insting. Jika seseorang tidak bisa memainkan, maka tentu saja dia akan kesulitan dalam proses pembuatannya,” jelasnya.

Bahan untuk seruling, bambu wuluh yang sudah kering siap produksi. (Foto: Rony. Jurnalnews).
Bahan untuk seruling, bambu wuluh yang sudah kering siap produksi. (Foto: Rony. Jurnalnews).

Menurut Iwan, langkah pertama dalam membuat seruling adalah menyiapkan bahan baku, yakni bambu jenis wuluh. Bambu ini kemudian dikeringkan sebelum memulai proses pembuatan, lalu dimulai dengan memotong bambu dan dilanjutkan dengan melubangi sesuai dengan tipe seruling yang diinginkan.

Iwan mulai menerima pesanan dari luar negeri, khususnya dari negara India, terutama dari kota New Delhi, sejak tahun 2021. Sebelumnya, ia juga pernah mendapatkan tawaran pesanan dari negara Costarica, namun Iwan memilih untuk menolaknya. Hingga saat ini, Iwan fokus mengerjakan pesanan dari New Delhi India.

“Sebelumnya, Saya mendapatkan pesanan dari negara Costorica, namun sayangnya tidak lanjut. Saat ini, fokus saya mengerjakan pesanan dari negara India. Saya bekerja dengan satu pemesan, dan alhamdulillah, hingga saat ini tidak ada kendala. Mereka sangat kooperatif, tidak merepotkan, dan yang lebih penting, mereka jujur, saya kenal baik mereka dari Medsos,” ungkapnya.

Proses pengeringan pada bambu wuluh. (Foto: Rony. Jurnalnews).
Proses pengeringan pada bambu wuluh. (Foto: Rony. Jurnalnews).

Produksi seruling Iwan membutuhkan sejumlah besar bahan baku bambu, bahkan hingga harus didatangkan dari luar daerah Banyuwangi. Ia mendapatkan bambu jenis wuluh dari Kabupaten Jember dan Tasikmalaya. Bambu yang dipesan sudah dalam bentuk proses, dengan ukuran panjang dan besar yang telah ditentukan sebelumnya.

“Untuk ukuran bahan bambu paling kecil 2,2 mm dan paling besar 3,2 mm, dan untuk pengiriman ke India jenis seruling barsani yang diminta,” kata Iwan kepada Jurnalnews.com.

Pembuatan seruling oleh Iwan tidak dilakukan sendirian, ia dibantu oleh lima orang pekerja. Tugas mereka terbagi di masing-masing bagian, dimulai dari proses penjemuran, pemotongan, pengeboran, hingga tahap finishing.

Proses awal dimulai dengan menjemur bambu selama kurang lebih 7 hari, hingga bambu terasa cukup kering. Setelah itu, bahan baku, yaitu bambu yang sudah kering, dipilih, dipotong sesuai ukuran, dan dilubangi. Meskipun proses ini terlihat sederhana, tantangan sebenarnya terletak pada penempatan lubang, karena di situlah titik-titik melodi terbentuk.

Pekerja sedang memilih dan mengukur bambu yang akan segera di proses menjadi seruling. (Foto: Rony. Jurnalnews).
Pekerja sedang memilih dan mengukur bambu yang akan segera di proses menjadi seruling. (Foto: Rony. Jurnalnews).

Keunikan dan perlu kesabaran dalam proses ini. Bagaimana tidak, karena Iwan harus mencoba seruling yang sudah jadi, di mana ia harus mengetahui nada satu per satu dari setiap seruling yang akan dipasarkannya.

Setelah melalui proses yang melelahkan dan bambu menjadi sebuah mahakarya berupa alat musik seruling yang mendunia, Iwan memberikan sentuhan akhir dengan menempelkan nama “Maharupi” pada hamparan bambu seruling. Nama ini memiliki konotasi yang mirip dan mungkin terinspirasi dari negara yang menciptakan selebriti Bollywood, yaitu India.

Pengiriman seruling ke India dilakukan dalam tiga tahap selama satu tahun, dengan interval setiap empat bulan. Selain mengirimkan seruling yang telah jadi ke India, Iwan juga mengirimkan bahan mentah berupa bambu yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran yang telah dipesan.

“Dalam proses pengiriman ke India, tidak hanya seruling jadi yang dikirim, tapi juga bambu yang belum menjadi seruling, itu semua tergantung permintaan,” ungkapnya.

Proses pelubangan pada bambu wuluh yang akan menjadi seruling. (Foto: Rony. Jurnalnews).
Proses pelubangan pada bambu wuluh yang akan menjadi seruling. (Foto: Rony. Jurnalnews).

Dalam menetapkan harga, Iwan mematok tarif sebesar 100 ribu rupiah untuk satu buah seruling dari semua jenisnya. Sementara itu, bahan mentah berupa bambu yang masih dalam bentuk yang belum dilubangi dihargai sebesar 7 ribu rupiah per batang. Iwan menegaskan bahwa harga-harga tersebut tidak termasuk biaya pengiriman.

Penulis : Rony Subhan.

source