PAGI itu suasana di Dusun Sumberagung. RT 5, RW 3, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, terlihat masih lengang. Jalanan desapun tampak masih sepi dari lalu lalang kendaraan bemotor. Di sudut desa itu terlihat tidak seperti biasanya.
Anak-anak usia SD hingga orang dewasa tampak berkerumun di tepi jalan raya. Mata mereka memandang ke arah depan rumah milik Eko Santoso, 34, yang ada patung dengan tinggi sekitar empat meter dan lebar tiga meter. Patung mirip raksasa itu, seolah menceritakan sebuah pertarungan hebat.
Patung yang berada di bawah, digambarkan Arjuna lengkap dengan busur panah di tangan tampak diinjak kaki kanan raksasa. Patung raksasa yang berada di atas terlihat meringis seperti kesakitan karena terkena panah yang diluncurkan sang Arjuna hingga tembus tepat mengenai bagian jantungnya. Itulah cerita yang disampaikan Eko Santoso, Kreator sekaligus pengrajin ogoh-ogoh asal Dusun Sumberagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Srono.
Membuat ogoh-ogoh sudah ditekuni oleh santoso sejak empat tahun lalu. Saat itu,dia mencoba patung ogoh-ogoh bersama Andi Susanto, 24, adik kandungnya. Sayang, ogoh-ogoh yang dibuatnya tidak sebagus yang dibuat di Bali. Saat itu, dia membuat ogah-ogoh menggunakan kertas semen dan spon. Karena penasaran cara pembuatan ogah-ogoh, bersama adik kandungnya, Andi bermain ke daerah Gianyar, Bali, untuk melihat langsung pembuatan ogoh-ogoh.
Bahkan, hanya untuk mengetahui detail cara pembuatan kepala ogoh-ogoh, terpaksa memesan dan membelinya. “Saya terpaksa beli Rp 1 jutaan, padahal hanya ingin tahu alat serta teknik cara membuatnya saja,” ujarnya. Dua hari berada di Gianyar, Bali, selanjutnya pindah ke tempat lain. Tidak lupa, saat belajar itu mendokumentasikan dalam foto.
Jika orang yang ditemui enak diajak komunikasi, langsung bertanya mengenai cara dan teknik pembuatannya. Saya belajar secara otodidak, mengamati dan praktik sendiri di rumah,” katanya. Dengan bekal keterampilan yang dimiliki, Bersama Andi, mencoba mempraktekan dengan membuat ogoh-ogoh secara telaten.
Rancangan rangka besi utama yang telah disatukan dengan las, kemudian mulai dibentuk seperti tubuh. Khusus kepala, dibuat terpisah menggunakan sterofoom. Dengan keuletan dan ketelatenan, bagian tubuh yang trlai tampak langsung diserasi dari bagian kaki hingga leher. Sterofom yang ditempel menggunakan lem pada rancangan besi tersebut, kemudian disayat sedikit demi sedikit hingga menyerupai bentuk tubuh yang diinginkan.
Yang paling susah itu menyerasikan antara tangan, kaki, dan kepala,” terangnya. Karena berbahan sterofom, untuk satu ogoh-ogoh membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Satu patung ogoh-ogoh biasanya menghabiskan dana sekitar Rp 3,5 juta. ltu pun masih untuk pembelian bahan dasar, belum termasuk ongkos pembuatannya.
Jika beserta ongkos, satu patung ogoh-ogoh biasa dijual hingga Rp 4,5 juta. Agar tampak indah dan menyerupai lakon yang sesungguhnya ditambah aksesori seperti sarung, serta luasan mahkota di bagian kepala, kalung, dan gelang pada bagian tubuh patung ogoh-ogoh.
Aksesori itu terbuat dari kertas karton yang terlebih dulu dipahat dan dicat wama emas. “Kita sengaja buat dengan maksimal dan total menyerupai patung sesungguhnya,” ujar bapak dua anak ini. (radar)