Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Upacara di Kantor Lebih Formal, di Masyarakat Lebih Guyub, Ini Alasannya

upacara-di-kantor-lebih-formal,-di-masyarakat-lebih-guyub,-ini-alasannya
Upacara di Kantor Lebih Formal, di Masyarakat Lebih Guyub, Ini Alasannya

radarbanyuwangi.jawapos.com – Upacara bendera merupakan tradisi penting dalam kehidupan berbangsa di Indonesia.

Tidak hanya menjadi simbol penghormatan kepada bendera merah putih dan Proklamasi Kemerdekaan, upacara juga berfungsi sebagai media pendidikan nilai kebangsaan, kebersamaan, serta penghormatan terhadap jasa para pahlawan.

Namun, tahukah Anda bahwa format upacara bendera berbeda-beda tergantung lingkungannya? Mari simak perbedaannya berikut ini.

Baca Juga: Hadapi Setan Merah di Pekan Perdana Liga Inggris, 2 Pilar Arsenal Diragukan Tampil di Old Trafford

Format Upacara Bendera di Kantor Pemerintahan

Upacara di kantor pemerintahan biasanya berlangsung dengan nuansa yang sangat formal.

Lokasinya berada di halaman kantor atau instansi, diikuti oleh pegawai negeri dan pejabat.

Susunan acara terstruktur dengan rapi, dimulai dari persiapan, penghormatan kepada inspektur upacara, pengibaran bendera merah putih yang diiringi lagu Indonesia Raya, pembacaan teks proklamasi, hingga amanat pembina upacara.

Pembina upacara biasanya adalah pejabat tinggi yang menyampaikan pesan tentang nasionalisme, integritas, pelayanan publik, dan gotong royong.

Acara kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin rohaniwan atau petugas keagamaan.

Di beberapa instansi, kegiatan tambahan seperti ramah tamah atau lomba sering dilaksanakan setelah upacara.

Baca Juga: Wajib Tahu! Susunan Upacara 17 Agustus di SD, SMP, dan SMA Ternyata Berbeda

Format Upacara Bendera di Sekolah

Di sekolah, upacara bendera menjadi sarana edukasi nasionalisme bagi para siswa.

Pesertanya adalah siswa, guru, serta staf sekolah, dengan lokasi di lapangan sekolah.

Struktur acaranya dimulai dari persiapan, penghormatan kepada pembina upacara, pengibaran bendera, hingga pembacaan teks proklamasi.


Page 2


Page 3

Amanat biasanya disampaikan oleh guru atau kepala sekolah yang menekankan nilai cinta tanah air serta penghargaan terhadap jasa pahlawan.

Selain itu, upacara di sekolah juga sering disertai dengan mengheningkan cipta, doa penutup, serta penghormatan terakhir.

Menariknya, doa dapat dipimpin oleh guru atau siswa dari berbagai agama, mencerminkan keberagaman bangsa Indonesia.

Baca Juga: Ini Susunan Lengkap Upacara Bendera HUT RI ke-80, Jangan Sampai Keliru

Upacara di tingkat desa, RT, atau RW memiliki format yang lebih sederhana.

Pesertanya adalah warga sekitar, dengan lokasi di lapangan desa atau tempat umum.

Acara biasanya diawali laporan pemimpin upacara kepada pembina (tokoh masyarakat), dilanjutkan dengan pengibaran bendera, pembacaan teks proklamasi, menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu wajib nasional, mengheningkan cipta, serta doa bersama.

Berbeda dengan upacara di kantor atau sekolah, upacara masyarakat tidak selalu menghadirkan amanat resmi.

Penekanannya lebih pada kebersamaan, penghormatan sederhana kepada jasa pahlawan, dan mempererat hubungan antarwarga.

Baca Juga: Aroma Balas Dendam di Stamford Bridge: Chelsea vs Crystal Palace-Prediksi dan Susunan Pemain

Perbedaan Utama

Secara umum, perbedaan format upacara di tiga lingkungan ini terletak pada tingkat formalitas, susunan acara, dan peserta upacara.

Kantor pemerintahan paling formal dalam pelaksanaan upacara, sedangkan sekolah menyesuaikan dengan peserta didik, sementara masyarakat lebih sederhana.

Dari segi susunan acara, instansi pemerintahan memiliki tahapan detail, sekolah menekankan unsur edukasi, sedangkan masyarakat menekankan kebersamaan.

Peserta upacara pada instansi pemerintahan diikuti pegawai dan pejabat, sekolah oleh siswa dan guru, masyarakat oleh warga setempat.

Meski berbeda, seluruh format tetap mengedepankan nilai nasionalisme, kebersamaan, serta penghormatan terhadap bendera merah putih dan proklamasi kemerdekaan Indonesia.