Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Viral! Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha di Desa Karangharjo Glenmore Dibangun dari Bekas Kolam Pembibitan Ikan

viral!-masjid-bawah-tanah-sidrotul-muntaha-di-desa-karangharjo-glenmore-dibangun-dari-bekas-kolam-pembibitan-ikan
Viral! Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha di Desa Karangharjo Glenmore Dibangun dari Bekas Kolam Pembibitan Ikan
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

GLENMORE, RadarBanyuwangi.id – Satu kata, unik. Mungkin itu yang bisa memberikan gambaran tentang masjid bawah tanah satu-satunya yang ada di Banyuwangi ini.

Masjid yang diberi nama Sidrotul Muntaha itu yang dibangun oleh keluarga besar H Muhammad Ali Purwanto, 78, di Dusun Krajan, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Masjid yang dibangun selama tiga tahun itu menghabiskan dana sekitar Rp 4 miliar.

Tidak banyak warga di luar Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, yang tahu tentang Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha. Masjid yang dibangun oleh keluarga besar H Muhammad Ali Purwanto sejak 2018 ini baru rampung pada Ramadan 2021 lalu.

Baca Juga: Masjid Besar Baiturrohiem Rogojampi Sabet Runner Up Masjid Award versi DMI Jawa Timur

Seperti pada embel-embel di belakang nama masjid, bangunan masjid yang berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi itu, memang berada di bawah tanah dengan kedalaman lima meter.

Masjid ini sekarang dibuat salat oleh warga di Kecamatan Glenmore.

Dari luar masjid yang berada di Dusun Krajan, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore terlihat sangat sederhana.

Tapi bila masuk, masjid yang kini diurus oleh Muhammad Taufan, 48, pendiri masjid unik H Muhammad Ali, ternyata sangat megah. Suasana sejuk langsung terasa saat kaki memasuki masjid ini.

”Ada cerita khusus pendirian masjid ini,” ungkap Muhammad Taufan, takmir sekaligus imam Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha.

Baca Juga: Yayasan As Salam Banyuwangi Bekali Remaja Masjid Ilmu Jurnalistik dan Santripreneur

Taufan mengisahkan, lokasi bangunan masjid itu dulunya kolam pembibitan ikan. Usaha ini sudah dijalani orang tuanya sejak 1980.

”Ikannya beragam, ada lele dan nila. Ada 25 kolam dengan kedalaman empat meter,” terangnya.

Usaha yang ditekuni orang tuanya itu sangat berkembang dan maju. Cobaan mulai muncul, pada 2013 ibu kandungnya, Hj Fatimah Sri Utami, meninggal di usia 61 karena penyakit diabetes.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi


Page 2

Bukan hanya itu, pengasuh tertinggi Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Kabupaten Rembang, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen juga hadir.

”Di mimpi itu ibu merangkul saya. Sedangkan Mbah Moen saya minta doa untuk kelancaran masjid,” ujarnya.

Dengan hadirnya dua sosok orang yang penting dalam hidupnya itu, masjid yang dibangun tanpa meminta sumbangan dari pihak luar itu sudah mendapat keberkahan.

”Pelan-pelan saya cari jemaah, kemudian saya bentuk takmir dan susun jadwal imam salat,” imbuh Taufan.

Baca Juga: Status Tanah Masjid Cheng Hoo Banyuwangi Akhirnya Punya Kekuatan Hukum

Sampai saat ini Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha ini terus didatangi jemaah untuk beribadah. Saat Jumat, sedikitnya ada 500 orang hadir untuk ikut salat Jumat bersama.

”Setelah salat Jumat, kita adakan Jumat Berkah, kita bagi-bagi makanan,” tandasnya.

Masjid ini juga dipakai sebagai Taman Pendidikan Alquran (TPQ). Ada sekitar 50 anak yang belajar mengaji di masjid unik ini.

”Kami masih akan melakukan pengembangan, kalau ramai perlu pelebaran,” paparnya.

Taufan menyebut, di masjid itu juga ada sumber air berkah. Sumber air itu biasa diambil oleh jemaah yang ingin berobat.

”Sumber air itu diwiridi setiap saat. Selain jemaah, kita bentuk tim sendiri untuk mendoakan air terebut,” ujarnya seraya menyebut di masjidnya tidak ada air conditioner (AC), tapi hawanya tetap sejuk. (sas/abi/c1)

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi


Page 3

”Hanya berjarak sebulan, ada saudara yang meninggal juga,” ucapnya.

Sejak ibu dan saudaranya meninggal itu, Taufan mengaku bercita-cita membangun sebuah masjid yang akan didedikasikan kepada sang ibu.

sas-boks-masjid-bawah-tanah-2-2142380629

UNIK: Muhammad Taufan berada di dalam Masjid Bawah Tanah Sidrotul Muntaha di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Rabu (6/12). (Salis Ali/Radar Banyuwangi)

”Ada dua tujuan, pertama ingin punya amal jariyah dan dikhususkan untuk ibu, kedua untuk bekal mati,” ungkapnya.

Berselang lima tahun dari meninggalnya sang ibu, cita-cita itu baru terwujud pada 2018. Tanah separo hektare milik keluarganya diputuskan untuk dibangun masjid.

”Ini kesepakatan keluarga, bapak bilang kono dibangun mesjid ae (di situ dibangun masjid saja),” katanya menirukan perkataan sang ayah.

Pada Maret 2018, proses pembangunan masjid mulai digarap. Ayah Taufan yang dulunya punya CV dan sering menggarap proyek bangunan, terlibat dalam pendirian masjid itu. ”Setiap hari ada sekitar 25 orang yang bekerja,” terangnya.

Baca Juga: Jalan Menuju Ketapang Tambah Lebar, Pelebaran Jalan Yos Sudarso Banyuwangi sampai Parkiran Masjid Al Ma’ruf Klatak

Sejak awal pembangunan masjid, konsep masjid di bawah tanah memang sudah tergambar jelas. Bukan untuk tujuan viral, tapi karena kondisi lahan yang dulunya kolam dan dalam.

”Karena itu dulunya kolam, dari pada diuruk lalu dibangun masjid, sepertinya lebih hemat kalau masjidnya ditaruh bawah,” ujarnya.

Untuk membangun masjid ini, Taufan meminta para pekerja untuk menjebol sekat-sekat di kolam ikannya tersebut. Pihaknya memilih batu sungai untuk dijadikan tembok masjid. ”Garapnya perlahan-lahan, kita sempurnakan sedikit-sedikit,” jelasnya.

Pembangunan masjid yang dimulai pada 2018, baru selesai bertepatan dengan Ramadan 2021. Dan sejak itu, warga sekitar masjid ikut melaksanakan salat Tarawih di masjid yang awalnya diberi nama Masjid Al Haromain tersebut.

Baca Juga: Ngaku Anggota Brimob, Pencuri Sepatu di Masjid Pukul Sopir Travel, Tantang Lapor Polisi

”Masjid ini amaliahnya Nahdlatul Ulama, warga langsung Tarawih di sini,” sebutnya.

Taufan mengaku merasa terharu setelah salat Tarawih sebagai tanda dimulainya penggunaan masjid ini, ibunya Hj Fatimah Sri Utami yang meninggal pada 2013 hadir dalam mimpinya.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi