Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Warga Lerek Tolak Program Homestay

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

warga-lerek-tolak-program-homestay

KALIPURO – Warga Lingkungan Lerek, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, menolak program homestay yang dicanangkan pemerintah daerah kemarin (26/10). Warga yang tergabung dalam Forum Solidaritas Masyarakat Lerek (FMSL) itu juga menolak pelaksanaan kegiatan festival kopi Lerek Gombengsari yang mendatangkan beberapa musisi asing karena belum dapat persetujuan warga.

Sebelumnya, kelompok masyarakat yang terdiri atas ketua RW, ketua RT, dan tokoh masyarakat itu sempat bertemu Lurah Gombengsari, Perwakilan Dinas Pariwisata, dan Kesbangpolinmas di kantor Kelurahan Gombengsari. Mereka protes program homestay yang dianggap dapat mencederai kultur masyarakat Islam Lingkungan Lerek.

Ketua FMSL, Mukowin Arif, mengatakan dari awal program homestay dicanangkan, masyarakat tidak pernah diajak berbicara. Padahal, sudah jelas rumah warga yang akan digunakan sebagai homestay. Belum lagi beberapa tokoh masyarakat melihat akan adanya budaya asing yang masuk bersamaan dengan program homestay itu.  Mereka khawatir generasi muda akan terkontaminasi budaya kebarat-baratan yang dibawa para turis asing itu.

“Saya dan beberapa pemuka agama ini sudah susah membuat anak muda supaya tetap baik moralnya. Masalahnya anak di sini mudah terpengaruh. Jika ada sedikit saja pengaruh buruk, kita khawatir akan terpengaruh semua,” ujar Mukowin.

Sementara itu, Slamet Rahmadi, ketua RW 2 Lingkungan Lerek, menambahkan festival yang berlangsung di wilayahnya tidak diketahui pihak RW. Berbeda dengan Festival Petik Kopi yang sebelumnya mengumpulkan ketua RT/RW dan warga untuk mempersiapkan diri.

Slamet juga ragu apakah para turis asing itu datang secara legal. Sebab, sejak awal tidak ada pemberitahuan akan ada festival kopi yang ditambah pergelaran musik oleh musisi asing. “Belum lama ini kan ada Festival Petik Kopi. Kok  sekarang ada lagi, terus ada orang asing,  maunya apa? Katanya ini demi keuntungan masyarakat, tapi tidak ada yang beli  kopi. Kita harus bisa menghitung antara untung-ruginya mengadakan kegiatan semacam ini. Terutama dampak untuk  masyarakat,” kata Slamet.

Jumairi, ketua Ikatan Pemuda Bersatu (IPB) Lingkungan Lerek, menambahkan, dirinya tidak pernah diajak rembug terkait rencana pendirian homestay dan Festival Kopi Lego yang mengundang turis asing tersebut. Padahal, menurutnya, kedua kegiatan itu adalah hal yang  cukup merugikan generasi muda.

“Tadi sempat ada teman-teman  yang mau membubarkan acara itu, tapi kita cegah. Kita minta mereka melakukan tindakan  yang intelek dengan protes melalui surat,” pungkasnya. Terkait homestay Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Dariharto, mengatakan bahwa warga yang menolak keberadaan  homestay belum mengetahui secara luas maksud pemerintah.

Dia mengatakan, para turis asing yang masuk ke Banyuwangi sudah diberi penjelasan mengenai budaya lokal. Sehingga, mereka akan menjaga sikap saat berada di homestay milik warga.  “Sebagian warga ada yang  menerima program ini. Dulu di Lerek sudah ada homestay untuk tamu perkebunan. Seharusnya mereka sudah terbiasa,” jelasnya.

Dariharto menyadari penolakan warga diakibatkan belum adanya sosialisasi. Dirinya berharap sebelum program dilanjutkan, ada sosialisasi dulu. “Kemarin  kita memang launching dulu,  tapi belum lakukan sosialisasi. Nanti pasti kita lakukan karena program ini terus berjalan. Turis  yang datang juga melakukan edukasi sebenarnya, tidak jauh beda dengan mahasiswa yang  sedang penelitian,” jelas Dariarto. (radar)