Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Yuli Bawor, Pencipta Lagu Osing untuk Anak-anak

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

yuliPrihatin Banyak Bocah Nyanyikan Lagu Dewasa
Isun Seneng Temenan
Ati Iki Girang Duwe Emak lan Bapak
Hang welas Nang Isun
Isun Seneng Temenan
Ati iki Girang Terus Diwelasi Emak Ian Bapak

ITULAH sedikit petikan lirik lagu anak-anak berbahasa Osing yang diciptakan pria bernama lengkap Yuli Bawor lahir di Jogjakarta, 17 Juli 1967. Lagu tersebut di dedikasikan untuk anak-anak, sebagai wujud rasa terima kasih kepada orang tua mereka. Namun pria berambut gondrong ini lebih dikenal oleh teman-temannya dengan nama Bawor. Saat ini, Bawor tinggal di Jalan Tojo, Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Dua tahun lalu, saat dia pulang kampung ke Banyuwangi, dia mengaku sangat prihatin.

Sebab, banyak sekali lagu Osing yang tidak layak oleh anak-anak. Dari rasa keprihatinan itulah dia terIecut untuk menciptakan lagu Osingyang liriknya mungkin sangat cocok dinyanyikan oleh anak-anak. Tujuannya selain agar lagu-lagu Osing ini tetap lestari, juga agar anak-anak yang juga sebagai generasi penerus bangsa ini tetap mencintai kebudayaan daerahnya melalui lagu-lagu Osing.

” Ya, waktu pulang ke Banyuwangenan itu saya sangat prihatin sekali, banyak lagu Banyuwangi yang liriknya bermakna jarak dan sangat tidak pantas dinyanyikan oleh anak-anak malah dinyanyikan oleh anak- anak.” terang mantan anggota Sangat Bambu di Jogyakarta ini. Sampai saat ini, dia telah menciptakan lagu dengan berbahasa Osing sebanyak 25 lagu. Sebelas di antaranya adalah lagu osing dengan tema anak-anak, telah dia ciptakan.

Beberapa lagu anak-anak dengan berbahasa Osing yang telah diciptakan seperti Banyuwangi, Konco Apik, I Love You Emak, Narkoba, Pak Tani, Kesuwun Bu Guru, Welas Emak lan Bapak. Gaweane Pangeran, Seger Waras, ojo Ninggal isun dan Ketapang Banyuwangi. Saat ditanya apakah tidak ada kesulitan dalam menciptakan lagu dengan bahasa Using. Pria asli Jogyakarta itu mengaku tidak kesulitan dalam menciptakan lagu dalam bahasa Osing, maklum saja dia yang asli Yogyakarta yang nota berbahasa Jawa.

Wungkulan tersebut memiliki istri asli Banyuwangi. Kalau mengenal Bahasa Osing ini sejak 5 tahun yang lalu. Sebelum mengenal istri saya, saya juga sudah tahu dengan bahasa Osing, tapi sejak ketemu dengan istri saya yang asli Banyuwangi saya semakin mengerti dengan bahasa Osing itu. Sangat suka dengan logat bahasa osing, Mas, apalagi mayoritas warga dirumah istri berbahasa Osing jadi tidak ada kesulitan untuk semakin mengenal lebih dalam bahasa Osing terang Bawor.

Dengan lingkungan tempat tinggalnya saat ini yang mayoritas warganya menggunakan Bahasa Osing juga menjadi nilai plus tersendiri buat Bawor dalam menciptakan sebuah lagu yang berbahasa Osing. Misalnya saja, lagu dengan judul Welas Emak lan Bapak, kata Bawor lagu tersebut dia ciptakan sesuai dengan kondisi lingkungan istrinya. Banyak warga di sana yang ekonominya rendah namun bisa mencukupi kebutuhan anak-anak dalam segala hal.

Orang tua di lingkungan rumah istri saya meski hidup sederhana. namun segala sesuatunya bisa tercukupi, terlebih itu kebutuhan anak-anak mereka. Itu menjadi inspirasi saya untuk menciptakan lagu Welas Emak Ian Bapak, lagu itu sebagai wujud terima kasih anak-anak kepada orang tuanya ujar Bawor. Dalam menciptakan lagu berbahasa Osing. Bawor yang asli Yogyakarta ini juga saring meminta bimbingan kepada istrinya yang asli Banyuwangi mengenai penulisan syair lagu dalam bahasa osing.

Selain dengan istri, dia juga saling sering dengan beberapa lembaga-lembaga bahasa Osing dalam menciptakan sebuah lagu. “Budayawan Banyuwangi Bapak Hasnan Singodimayan juga sudah tahu syair-syair lagu saya. Beliau sangat mengapresiasi lagu saya yang diperuntukkan anak-anak. Katanya ini awal yang baik diperuntukkan untuk anak-anak,” tutur Bawor. Untuk menarik minat anak-anak zaman sekarang agar bisa mencintai lagu Osing, dia mengaransemen lagu-lagu ciptaaanya dengan musik tradisional yang dicampur dengan musik modern.

Hal tersebut dilakukan Bawor agar supaya irama musik yang ada pada lagu ciptaan Bawor tidak terlalu monoton. ” Saya kasih sentuhan modern supaya irama musik tidak terlalu monoton, tapi juga tidak meninggalkan musik-musik khas Banyuwangi. Seperti lagu dengan judul Konco Apik, musiknya saya beri sentuhan kendang kempul dan angklung juga,” tutur bapak beranak lima tersebut. Harapannya, kepada seniman musik di Banyuwangi untuk tidak mengumumkan keuntungan finansial pribadinya.

Akan tetapi para musisi terus mengedepankan karya yang baik untuk didengarkan seluruh kalangan masyarakat. Ya saya harap para musisi banyak membuat lagu yang mendidik juga. Banyak juga kan sekarang lagu Osing yang syairnya berbau porno juga dinyanyikan anak-anak, malahan lagu-lagu tersebut juga banyak diputar di mana-mana. Sebagai seniman sangat sedih melihat hal tersebut, itu jelas sangat kacau nantinya untuk kepribadian anak-anak di Banyuwangi dan sangat tidak mendidik,” terang Bawor.

Kepada pemerintah dia juga berharap untuk mejalankan sebuah tindakan, misalnya sebuah sweeping terhadap lagu-lagu Osing yang berbau porno yang dijual bebas di pasaran. ” Pemerintah seharusnya melakukan sweeping di toko-toko kaset untuk lagu-lagu yang berbau porno tersebut agar di sita dan dimusnahkan saja kalau perlu! harap Bawor. Kendala yang di hadapi Bawor saat ini hanyalah masalah finansial untuk mempublikasikan hasil-hasil karyanya agar bisa di nikmati khalayak.

Dia juga sangat membuka lebar kepada siapa pun yang bersedia menjadi partner kerjanya dalam hal publikasi lagu-lagu ciptaannya. Yang jelas harapan saya pribadi, lagu-lagu anak yang saya ciptakan ini bisa menjadi sebuah album dan nantinya bisa dinikmati khalayak luas di Banyuwangi. Kalau ada yang mau bekerja sama, saya sangat membuka lebar-lebar untuk itu. Karena ini juga sebagai bentuk keprihatinan saya terhadap minimnya lagu anak-anak berbahasa Osing di Banyuwangi saat ini,” pungkasnya. (radar)