Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bupati Anas Sarapan Pecel Rawon Bareng Guru Semasa Madrasah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Guru memegang peran penting di kehidupan Bupati Abdullah Azwar Anas. Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi, Anas menjamu para guru yang pernah mengajar dirinya sarapan pecel rawon di Bandara Blimbingsari tepat pada peringatan Hari Guru Nasional Sabtu 2017.

Langit cerah. Hujan yang biasanya mengguyur wilayah Banyuwangi sejak pagi, seakan ingin memberikan kemudahan kepada empat pria paro baya yang berjalan kaki dari area parkir menuju ruang very important person (VIP) Bandara Blimbingsari, sekitar pukul 06.30 Sabtu (25/11).

Usut punya usut, mereka bukanlah calon penumpang yang hendak memanfaatkan mode transportasi udara di bandara kebanggaan masyarakat Banyuwangi tersebut. Mereka adalah orang-orang yang telah berjasa terhadap orang nomor satu di lingkup Pemkab Banyuwangi, yakni Bupati Abdullah Azwar Anas.

Mereka adalah para guru yang mengajar Anas saat menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) An-Nidhom, Kebunrejo, Kecamatan Genteng pada 1983 sampai 1986 lalu. Tepat pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2017, Anas menyempatkan diri mengajak para mantan gurunya itu sarapan pagi bersama.

Anas memanfaatkan momentum sarapan bersama di kompleks Bandara Blimbingsari tersebut untuk berterima kasih dan sejenak bernostalgia dengan para gurunya. Begitu bertemu para gurunya, bupati berusia 44 tahun itu langsung menyapa dan memeluk dengan hangat.

Salah satunya dia lakukan ketika berhadapan dengan Syahrawi. Syahrawi adalah guru yang mengajar bahasa Indonesia ketika Anas bersekolah di MI tersebut. Selain Syahrawi, Anas juga menyapa, menyalami, dan memeluk para guru yang hadir.

Usai melepas kangen, Anas bersama para guru lantas sarapan bersama dengan menu pecel rawon. Mereka tampak menikmati makanan khas Banyuwangi yang memadukan bumbu pecel, sayuran segar, dan rawon tersebut.

Anas masih hafal nama guru dan mata pelajaran yang diajarkan puluhan tahun silam. ”Pak Hasan ini guru olahraga dan juga mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Lalu ini Pak Mislani yang mengajar akidah. Lalu ada Pak Ridwan yang mengajar imrithi, bagaimana kami dididik membaca kitab,” kata Anas kepada wartawan.

Selain itu, Anas juga memperkenalkan sosok lain yang juga sangat berjasa kepada dirinya. ”Nah Pak Mislani ini dulu yang bagian mendisiplinkan kami. Karena kebetulan kami tinggal di pondokan, beliau yang selalu membangunkan para pelajar. Kalau tidak bangun, kita disemprot air,” kata Anas yang langsung disambut tawa para gurunya.

Sesekali mereka pun mengingat kembali cerita di masa itu. Salah satunya tentang kebiasaan Anas telat masuk kelas. ”Anas ini suka telat masuk kelas, tapi tekun. Telatnya juga karena belajarnya sampai malam. Jadi saya sering maklum,” celetuk Hasan.

Para guru tersebut senang karena beberapa kebijakan Anas dinilai mampu mendorong pengembangan pendidikan di Banyuwangi. Misalnya program dari pemberantasan buta aksara, pengentasan anak putus sekolah, sekolah inklusif, hingga beragam beasiswa. ”Programnya banyak dirasakan. Anak saya kini kuliah berkat beasiswa Banyuwangi Cerdas. Alhamdulillah,” ujar Mislani.

Dalam kesempatan itu, Anas menyatakan bangga dengan dedikasi para guru tersebut. ”Karena guru kita bisa menyelami banyak ilmu pengetahuan. Karena guru kita bisa terinspirasi beragam hal positif. Dan karena guru pula, generasi demi generasi tumbuh dengan segala dinamikanya untuk menjadikan kehidupan kita lebih baik,” paparnya.

Anas juga mengisahkan keteladanan para gurunya. ”Beliau-beliau ini mampu mempertahankan kebugaran fisik dan pikirannya. Tak lain karena menjaga pola hidupnya. Seperti Pak Mislani yang selalu bersepeda angin ke sekolah. Bukan karena tidak punya motor atau mobil, namun beliau ingin sehat dengan bersepeda,” pungkas Anas.

Ya, diakui atau tidak. Disadari atau tidak. Jasa para guru kepada siswa, termasuk saya –dan mungkin Anda– sangat besar. Bukan hanya mengajar baca-tulis, guru juga berperan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan.

Mungkin pula, saat membaca tulisan ini, Anda sedang senyum-senyum mengingat bagaimana tangan Anda diselentik guru gara-gara kuku Anda panjang. Saat saya sekolah dulu, pemeriksaan kuku biasanya dilakukan setiap selesai upacara bendera hari Senin. Hehehe.. (radar)