Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bupati Anas Tidak Butuh Superman

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Banyuwangi Membutuhkan Super Team

BANYUWANGI – Bupati Abdullah Azwar Anas mewarning  jajaran birokrasi di lingkungan Pemkab Banyuwangi untuk meningkatkan soliditas dan budaya  inovasi dalam bekerja. Soliditas serta kerja sama yang baik di perlukan untuk menjamin keberlangsungan akselerasi  pem bangunan di Banyuwangi.

Menurut Anas, birokrasi merupakan salah satu kunci pembangunan. Karena itu, dibutuhkan  soliditas yang kuat antar kalangan birokrasi untuk bersama-sama memajukan Banyuwangi. “Birokrasi ini kunci program pembangunan. Tidak bisa one  man show. Kita tidak butuh superman, tapi super team. Jika  one man show, pasti akan dehidrasi di tengah jalan,” kata Anas.

Pekerjaan membenahi daerah, kata Anas, bukan seperti lari sprint alias adu cepat, tapi lari marathon alias adu ketahanan.  Sehingga butuh kerja sama banyak pihak, butuh perubahan birokrasi, bukan sekadar aksi  kepala daerah seorang diri.

Menurut Anas, inovasi harus membudaya agar siapa pun pimpinannya atau siapa pun kepala daerahnya, inovasi terus berlangsung. Salah satu strategi yang ditempuh adalah melibatkan seluruh jajaran di satuan  kerja perangkat daerah (SKPD)  atau dinas-dinas untuk membahas program dan target secara  bersama-sama.

Anas mencontohkan, pada 4 Januari sampai 6 Januari lalu, dia mengumpulkan birokrasi berdasar cluster penugasan untuk mengikuti rapat koordinasi. Misalnya, rapat koordinasi bidang kesehatan melibatkan Dinas Kesehatan, RSUD, Puskesmas, dan Dinas Sosial.

Tidak hanya kepala dinas atau direktur RSUD, jajaran kepala bidang  dan kepala seksi pun dilibatkan,  tentu dengan menyesuaikan waktu pelayanan kepada publik. Anas mengatakan, pelibatan semua jajaran hingga level staf dilakukan sebagai bagian dari langkah membudayakan inovasi.

Setelah rapat koordinasi, semua target ditandatangani bersama dengan waktu yang terukur. Langkah itu dilakukan untuk menyelaraskan gelombang menghadapi tantangan yang semakin dinamis. “Semua kepala seksi dan kepala bidang  ikut presentasi, artinya dia memahami programnya. Jadi inovasi tidak bergantung  siapa kepala dinasnya atau siapa  bupatinya, tapi inovasi memang  sudah jadi kewajiban untuk meningkatkan kinerja birokrasi,” papar Anas.

Dengan memberi ruang inovasi hingga ke level staf di bawah, Anas berharap, reformasi birokrasi bisa  berjalan berkelanjutan. Tidak hanya sesaat berdasar siapa yang jadi pimpinan atau kepala daerah. “Dan terbukti ini efektif. Staf di bawah  senang sekali bisa membahas program dan target bersama kepala daerah. Ini memacu semangat mereka. Mereka berlomba-lomba berinovasi,” terangnya.

Anas mencontohkan, efektivitas dari pelibatan semua jajaran   birokrasi dalam dua tahun tera-  khir, jajaran SKPD, hingga desa seakan  berkompetisi dalam inovasi. Setiap hari dirinya mendapat laporan program inovasi yang dijalankan masing-masing instansi.

“Semua jajaran bersaing, tapi bersaing dalam konteks yang bagus, yaitu inovasi. Sebagai contoh, hasil rakor kesehatan  kemarin menekankan inovasi  Puskesmas membikin gerakan  jemput bola ke orang tua untuk dipantau kesehatannya, hari  ini sudah dijalankan. Beberapa  puskesmas langsung kirim foto, misalnya Puskesmas Pembantu
di Kecamatan Genteng,” papar  Anas. (radar)