Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dulu Tembus Bali, Kini hanya Layani di Tiga Pasar Hewan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

DI bawah gubuk yang sederhana, Saji Sutajianto, 52, dan Sugeng Santoso, 26, terlihat serius memahat kayu dengan peralatan seadanya. Dengan peralatan yang sederhana, keduanya tetap semangat membuat lonceng sapi. Siang itu, Saji dan Sugeng telah menyelesaikan pekerjaannya. Keduanya mencoba melepas rasa lelah setelah sejak pagi bekerja.

“Lonceng ini untuk kalung sapi, orang menyebut berbeda-beda. Ada yang menamai klotok, kletekan, ada juga yang bilang anti  maling, tetapi semuanya sama kalung sapi,” kata Saji yang sudah memulai usahanya ini sejak 20 tahun yang lalu.

Saji memulai menekuni pembuatan kalung  sapi, itu bermula saat bermain di pasar hewan. Saat itu, dilihat banyak yang orang   yang membutuhkan lonceng untuk kalung sapi. Sepulang dari pasar hewan, langsung  belajar di rumah dengan ditemani istrinya, Ida Rosiana.

“Saya belajar itu sudah menikah, sampai sekarang masih memproduksi,” ujar pria satu anak tersebut. Usaha dengan memproduksi lonceng sapi, berjalan dengan sukses. Penjualan tidak hanya di sekitar Banyuwangi, tapi pernah menjual hingga ke Bali.

“Dulu sangat ramai, sekarang agak sepi,” ungkapnya. Usaha membuat lonceng yang mulai sepi,  membuat Saji harus mencari pekerjaan lain. Pembuatan kalung sapi, selanjutnya  diserahkan pada Sugeng Santoso. “Sehari itu rata-rata bisa membuat lonceng sebanyak satu kodi yang berisi 20 buah. Dan upah   untuk Sugeng Rp 60 ribu per hari,” terangnya.

Saji mengaku kalau saat ini hanya berjualan lonceng di sekitar pasar yang ada di Kabupaten Banyuwangi, dan tidak lagi menerima order dari luar kota seperti Bali. “Sekarang jarang keluar kota, saya hanya jualan di pasar hewan Glenmore, Pedotan (Kecamatan Bangorejo, dan Rogojampi,” ungkapnya.

Sambil duduk di gubuk samping rumahnya, Saji memperagakan kalung sapi tersebut. Disampaikan kayu yang dipakai untuk pembuatan lonceng itu adalah jenis kayu nangka  dengan kombinasi besi. “Kayu apa saja bisa  dibuat lonceng, tetapi suaranya tidak nyaring, yang bagus kayu nangka,” katanya.

Meski produksi lonceng sapi sudah langka, tapi untuk pemasarannya juga cukup sulit. Tapi, dia tetap bertahan karena jarang yang  mau membuat. “Setahu saya, dari tiga pasar  hewan di Banyuwangi Selatan itu tidak ada yang menjual kalung sapi, tidak tahu di Banyuwangi Utara,” cetusnya.

Kerajinan yang sudah langka ini, ternyata mulai dilirik oleh pemerintah desa setempat. Usaha yang ditekuni Saji, akan dimasukkan  dalam daftar penerima bantuan usaha pada program desa. “Insya Allah dapat bantuan dari desa,” kata Erwan, Sekertaris Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring. (radar)