Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Rutin Azan 20 Tahun, Bajuri Kaget Bisa Umrah Gratis

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

20 tahun menjadi muazin tanpa dibayar, Bajuri (76) asal Kampung Kauman, Desa/Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, mendapat hadiah umrah gratis dari seorang dermawan asal Jakarta.

DEDY JUMHARDIYANTO, Rogojampi

Antara percaya dan tidak percaya. Itulah perasaan yang dialami oleh Bajuri saat diajak berangkat umrah oleh seseorang selepas melaksanakan salat Asar, di Musala Salafiyah, Kampung Kauman, Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Rogojampi.

Bagaimana tidak. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba saja ada seseorang tidak dikenal yang memberikannya hadiah umrah secara cuma-cuma alias gratis. Dia pun langsung berangkat ke Tanah Suci dalam hitungan minggu.

Bajuri menceritakan, rezeki nomplok yang dialaminya itu terjadi bulan Oktober 2017 silam. Saat itu, ada seorang yang tidak dikenal mencari muazin di musala dan masjid di Banyuwangi. Hanya saja, muazin yang dimaksud adalah mereka yang tidak dibayar atau tidak mendapatkan honor dari takmir masjid maupun takmir musala.

Entah, bagaimana ceritanya. Secara kebetulan, saat itu dia dihampiri oleh salah seorang warga. Saat itu, orang yang mengaku dari Jakarta tersebut bertanya, apakah dia sudah lama menjadi muazin dan diberi honor atau tidak?

Man Lek – panggilan akrab Bajuri-, dengan polos menjawab setiap pertanyaan pria tersebut dengan jujur, dan tanpa curiga. “Saat itu saya menjawab apa adanya. Saya menjadi muazin sudah 20 tahun lebih di Musala Salafiyah. Itu saya lakukan atas dasar ibadah, dan tanpa pamrih mengharap honor,” tuturnya.

Setelah menjawab itulah, dia langsung mendapat tawaran untuk berangkat ke Baitullah melaksanakan ibadah umrah. Semua biaya ditanggung oleh dermawan asal Jakarta. Ketika itu, dia juga masih belum percaya dan tidak langsung mengiyakan.

“Saya waktu itu diberi waktu tiga hari untuk memikirkan jawabannya. Karena jatah umrah tersebut hanya untuk saya pribadi. Sementara istri saya tidak,” ujar bapak empat anak ini.

Untuk memberikan jawaban atas tawaran umrah tersebut, Man Lek langsung mengumpulkan empat anaknya, untuk dimintai pendapat. Dia sendiri ingin berangkat ke Baitullah bersama Junaenah, istrinya.

Setelah musyawarah dengan keluarga dan semua anak kandungnya, akhirnya diputuskan jika Jun, istri Man Lek ikut berangkat umrah bersamanya meski dengan biaya sendiri. “Saat itu tanya, untuk biaya umrah istri Rp 20 juta. Semua biaya umrah istri saya ditanggung oleh anak-anak dan keluarga,” katanya.

Jawaban pun dipastikan sebelum tiga hari. Tepat pada 1 November 2017 lalu. Man Lek bersama Jun berangkat dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandar King Abdul Azis Makkah, Saudi Arabia, untuk melaksanakan ibadah umrah.

“Kami melaksanakan ibadah umrah selama dua pekan bersama 52 orang jamaah dari daerah lain,” terang kakek tujuh cucu itu.

Dari 52 orang dalam satu rombongan yang umrah bersama tersebut, 10 orang di antaranya adalah golongan para muazin dari luar daerah yang senasib seperti dia. Semua biaya perjalanan ibadah umrah tersebut ditanggung oleh H Rais, seorang dermawan asal Jakarta.

Keberangkatan Man Lek menuju Baitullah untuk melaksanakan ibadah umrah tersebut, ternyata tersiar cepat kampung tempat tinggalnya. Sepulang dari umrah, warga sekitar dan jamaah salat di Musala Salafiyah langsung ramai-ramai bersilaturahmi.

Ustad Abdul Rouf Tsani, salah seorang tokoh masyarakat setempat mengaku, Man Lek merupakan sosok yang susah dicari saat ini. Keteguhan dan kegigihannya di usia yang sudah senja, tetap taat melaksanakan ibadah. Pasalnya, sudah lebih dari 20 tahun, Man Lek selalu istiqomah (rutin/ rajin) melaksanakan salat lima waktu di musala.

Tidak hanya sekadar mendirikan salat lima waktu, Man Lek juga orang yang kali pertama datang ke musala sebelum jamaah lain datang. Selain sebagai muazin salat lima waktu, jika tidak ada imam salat, Man Lek juga kerap menjadi imam salat.

“Man Lek ini juga pelopor saat musala dalam kondisi rusak. Dia orang yang semangat menggerakkan warga lainnya untuk melakukan rehab pembangunan musala,” jelas Rouf.

Hadiah umrah gratis untuk Man Lek tersebut, lanjut Rouf, merupakan anugerah. Rezeki Allah dari jalan yang tidak disangka-sangka. Karena dari sisi ekonomi, Man Lek bukan dari kalangan keluarga berada alias keluarga yang sederhana. Rumahnya juga berada di tengah perkampungan dan Inelexvati gang sempit. Dari sisi pekerjaan, Man Lek juga tidak bekerja karena usia yang sudah uzur.

Namun atas kegigihan, ketekunan, dan keikhlasan beribadah dengan mendirikan salat dan menghidup-hidupkan musala itulah, Man Lek mendapatkan “undangan” langsung dari Allah melalui perantara dermawan dari Jakarta.

“Tentu banyak hikmah atas peristiwa ini terutama bagi kaum muslim. Semoga masih banyak Bajuri-Bajuri lainnya yang dapat memotivasi kita untuk lebih istiqomah dalam beribadah,” tandasnya.