Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Sebulan Dibayar Rp 600 Ribu, Dapat Hadiah Umrah dari Pemkab Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Nur-Hamidah-membersihkan-drainase-di-kawasan-Pasar-Pujasera,-Banyuwangi

BICARA soal kebersihan, warga Banyuwangi patut berbangga. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini telah berhasil keluar dari jajaran “elite” kota terkotor se-Jatim pada  tahun 2010 menjadi kota yang sangat bersih. Setidaknya itu terbukti dari  keberhasilan Banyuwangi merengkuh  lambang supremasi kota bersih, yakni  piala Adipura, tiga kali berturut-turut  sejak 2011 lalu.

Namun, di balik kebanggaan tersebut, setiap warga Bumi Blambangan juga bertanggung jawab menjaga kebersihan daerah berjuluk The Sunrise of Java ini. Sebab, sekeras apa pun petugas kebersihan bekerja, tidak akan  mampu seratus persen menangani  permasalahan sampah.

Ironisnya, di tengah prestasi gemilang itu, tidak sedikit warga yang masih membuang sampah sembarangan. Ironisnya lagi, lokasi favorit warga membuang sampah adalah sungai dan saluran drainase. Padahal, seperti diketahui, apabila  sampah meng hambat aliran air, maka banjir akibatnya.

Yang lebih memprihatinkan, tidak jarang petugas kebersihan yang mengingatkan warga yang kedapatan buang sampah sembarangan justru mendapat perlakuan kurang menyenangkan. Kadang peringatan itu dibalas  ejekan, kadang juga ditimpali  dengan makian.

Seperti dikatakan Nur Hamidah, salah satu petugas kebersihan di kawasan Pasar Pujasera, Banyuwangi. Perempuan yang bekerja sebagai tenaga harian lepas (THL)  kebersihan drainase di Dinas  Kebersihan dan Pertamanan (DKP) itu mengaku kerap diejek  karena pekerjaannya yang bergelut  dengan sampah tersebut.

“Bahkan, kadang saya justru dimarahi saat mengingatkan warga yang buang sampah di  saluran drainase,” ujar istri Zainul Mustakim itu. Ya, setiap hari Nur Hamidah bekerja membersihkan drainase  sepanjang sekitar 200 meter di kawasan Pasar Pujasera tersebut.  Pekerjaan itu telah dia lakoni  sejak akhir 2011 lalu.

“Saya bekerja membersihkan sampah setiap pukul 07.00 sampai pukul 10.00,” kata dia. Nur Hamidah, meski setiap hari dibersihkan, selalu ada saja  sampah di saluran drainase tersebut. Selain sampah yang hanyut terbawa aliran air, ada pula sampah yang sengaja dibuang warga dan para pedagang  yang berjualan di salah satu pasar tradisional di pusat kota Banyuwangi itu.

“Kadang sampai bertengkar sama pedagang karena tidak mempan diingatkan,” aku  ibu dua putra tersebut. Dia menambahkan, popok bayi, dahan kayu, dan sampah plastik, merupakan jenis sampah yang  jamak didapati saat membersihkan drainase. Selain itu, kadang  dia juga menemukan pohon  pisang yang dibuang di lokasi  tersebut.

“Padahal, di kawasan Pasar Pujasera itu sudah ada tempat sampah. Saya pun sudah pernah mendatangi ketua RT setempat agar memperingatkan  warganya tidak buang sampah sembarangan. Tetapi, tetap saja banyak warga yang tambeng,  tetap buang sampai di drainase,”  gumamnya.

Meski mengemban tugas cukup berat dan kerap diejek, Nur Halimah mengaku tetap semangat bekerja. Upah yang dia dapat sebagai THL tidak begitu besar, tepatnya Rp 600 ribu per bulan.  “Saya memegang prinsip  kebersihan sebagian dari iman,” cetus perempuan yang juga mengajar di Taman Pendidikan  Quran (TPQ) Riatus Sholihin, Kelurahan Kertosari, tersebut.

Sementara itu, pilihan Hamidah menggeluti pekerjaan sebagai THL kebersihan membawa berkah tersendiri. Di tahun 2012  lalu dia mendapat hadiah umrah  gratis dari Pemkab Banyuwangi.  Seluruh biaya umrah tersebut  ditanggung Pemkab Banyuwangi.

 “Alhamdulillah. Setelah mendapat hadiah umrah, saya jadi  lebih semangat bekerja,”  pungkasnya.(radar)