Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Aksi Gila Whelly Gowes di Selat Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

KALIPURO – Untuk mendukung potensi wisata laut di Banyuwangi, kini muncul ide-ide gila dari warga. Salah satunya adalah produksi floating bike (sepeda mengapung)  karya Miko Whelly, 42, warga Jalan Yos Sudarso No. 111 Lingkungan  Klatak, Kalipuro.

Meski baru coba-coba memproduksi, namun sepeda air made in Whelly ini digadang-gadang sudah diminati warga karena bisa digunakan untuk berolah raga di atas air. Ide memproduksi floating bike didapat Whelly ketika dirinya melihat teman-temannya memancing di laut menggunakan  bantuan ban dalam.

Untuk menggerakkan ban dalam itu, para nelayan harus menggunakan dayung agar ban dalam bisa bergerak. Nah, bermaksud agar  teman-temannya tidak perlu capai-capai lagi menggerakkan  perahu ban dalamnya, akhirnya  ide memuat floating bike muncul.

Dengan menggunakan bahan  yang sederhana, akhirnya Whelly  bisa memproduksi floating bike sejak sebulan yang lalu. Selain sederhana, untuk membuat floating bike biaya produksinya sangat  murah. Cukup modal Rp 3 juta, sudah bisa membuat floating  bike yang bisa digunakan untuk  berwisata maupun berolahraga.

”Bahannya 2 lonjor besi bulat atau kotak, 2-4 buah pelampung, pedal sepeda, sadel, gear box dan baling-baling perahu,” kata Whelly yang juga seorang tukang  las ini. Meski sekilas floating bike mirip dengan sepeda biasa, namun dari segi teknis berbeda dengan sepeda pancal.

Jika sepeda pancal  biasa kaki mengayuh pedal untuk  memutar roda, tapi untuk floating bike kaki mengayuh pedal agar  baling-baling perahu yang  dipasang di bagian bawah bisa  berputar. ”Putaran baling-baling itu yang membuat floating bike  ini bisa melaju di air,” tandasnya.

Pada tahap awal, Whelly baru bisa memproduksi satu unit  floating bike. Karya putra Klatak  itu langsung diuji coba di tengah  perairan Selat Bali. Uji coba dengan start di Pantai Solong,  Klatak itu disaksikan keluarga  dan rekan-rekan Whelly.

Dari pinggir pantai, Whelly mengayuh sepeda air menuju ke tengah laut. Meski ombak laut siang itu cukup bersahabat, Whelly begitu enjoy bermain  sepeda air. Dia mengayuh sepeda  air produksinya sampai ke tengah laut tanpa mengenakan pelampung. Jarak dari bibir pantai  sekitar 1 mil.

“Whelly jangan ke tengah. Arusnya cukup kencang,’’ teriak teman-temannya dari bibir Pantai Solong. Teriakan keras itu seolah  diabaikan. Dengan asyiknya Whelly terus mengayuh sepeda  air tersebut sampai ke tengah. Tak sampai satu jam, aksi gila  Whelly itu diakhiri.Dia pun mengayuh sepedanya untuk  kembali ke pantai Solong.

 “Tarikan pedalnya lumayan  enteng. Sudah cocok untuk diterapkan di atas air,’’ ucap  Whelly sesaat turun dari sepedanya.  Floating bike karya Whelly ini  masih dirasa kurang seimbang saat dikendarai oleh seseorang  yang bertubuh besar.

”Masih  kurang imbang karena pelampung hanya dua, tapi kalau pelampung  ada empat pasti sudah bisa imbang,” tambah pria yang membuka jasa pengelasan di depan kantor Jawa Pos Radar Banyuwangi itu.  Meski hanya coba-coba, Whelly sudah siap jika memang dibutuhkan tenaganya untuk memproduksi lebih banyak lagi floating bike untuk keperluan wisata di Banyuwangi.

Seperti diketahui,  potensi wisata laut di Banyuwangi  memang sedang menggeliat saat ini. Sarana penunjang seperti banana boat, speed boat, kano,  perahu layar dan lain sebagainya memang sudah ada di Banyuwangi.  Namun, untuk floating bike di  Banyuwangi memang masih  belum ada sampai saat ini.

”Floating bike cocok sekali digunakan untuk sarana wisata. Digunakan  untuk olahraga juga sangat cocok, karena sensasinya tentu berbeda antara bersepeda di jalan rayadibandingkan di atas air,” pungkasnya. (radar)