Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Apa itu Chromebook dan Mengapa Skandal Rp9,9 Triliun Ini Bisa Terasa ‘Chromebookgate’?

apa-itu-chromebook-dan-mengapa-skandal-rp9,9-triliun-ini-bisa-terasa-‘chromebookgate’?
Apa itu Chromebook dan Mengapa Skandal Rp9,9 Triliun Ini Bisa Terasa ‘Chromebookgate’?

radarbanyuwangi.jawapos.com – Chromebook adalah jenis laptop yang dirancang khusus untuk penggunaan berbasis internet.

Mereka berjalan dengan sistem operasi Chrome OS dari Google, mengandalkan aplikasi web dan penyimpanan cloud.

Chromebook dirancang ringan dan ideal untuk penggunaan email, Google Docs, Google Classroom, dan aktivitas belajar digital lainnya.

Namun, Chromebook memiliki keterbatasan saat digunakan secara offline dan tidak mendukung aplikasi Windows atau perangkat lunak berat lainnya, menjadikannya kurang sesuai di daerah dengan akses internet yang terbatas.

Meski demikian, Kemendikbudristek melakukan pengadaan sekitar 1,1 juta Chromebook pada tahun 2019–2022 senilai Rp9,9 triliun.

Menurut Kejaksaan Agung (Kejagung), uji coba awal pada 2019–2020 menunjukkan bahwa perangkat ini tidak efektif di banyak sekolah, terutama di wilayah 3T yang minim infrastruktur internet.

Rekomendasi awal tim teknis pernah menyarankan sistem operasi Windows, namun Kajian Teknis selanjutnya mengubah keputusan menjadi Chrome OS dalam kondisi misterius.

Pada Mei 2025, Kejagung menaikkan kasus ini ke penyidikan, menemukan indikasi pemufakatan jahat yang melibatkan staf kementerian dan vendor penyedia Chromebook.

Mereka bahkan menemukan rapat khusus yang mengarah kepada pemilihan Chromebook, meskipun teknik itu sempat dianggap tidak cocok oleh tim uji coba sebelumnya.

Pemeriksaan resmi juga menjerat setidaknya empat tersangka, termasuk staf khusus menteri, staf/direktur dari unit sekolah menengah, dan pihak dari lima vendor utama seperti Zyrex, Axioo, Evercoss, dan lainnya. Total kerugian negara diduga mencapai Rp1,98 triliun.

Skandal ini menyentuh aspek literasi digital dan keadilan dalam pendidikan. Banyak sekolah di Indonesia belum siap dengan infrastruktur internet memadai.

Chromebook, dengan ketergantungannya pada koneksi internet, dilaporkan justru memperburuk ketimpangan akses pendidikan digital bukan menyelesaikannya.

Modus pengadaan yang melewati evaluasi teknis sebelumnya justru menunjukkan celah dalam tata kelola pengadaan publik. ***