Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Asal Usul Mengejutkan Bunga Telang, Ternyata Bukan dari Asia Tenggara

asal-usul-mengejutkan-bunga-telang,-ternyata-bukan-dari-asia-tenggara
Asal Usul Mengejutkan Bunga Telang, Ternyata Bukan dari Asia Tenggara

RadarBanyuwangi.id – Bunga telang (Clitoria ternatea) bukan sekadar tanaman hias berwarna biru mencolok. Jejak historisnya merekam pertemuan antara eksplorasi ilmiah, budaya lokal, dan riset modern.

Dikenali pertama kali oleh naturalis Belanda Jacob Breyne di Pulau Ternate pada abad ke-17, tanaman ini kini tersebar luas di seluruh daerah tropis, membawa manfaat dari dapur tradisional hingga laboratorium ilmiah.

Baca Juga: Makna Wkwkwk Padahal Nggak Ketawa? Ini Psikologi di Baliknya!

Penamaan Clitoria ternatea berakar dari penjelajahan Jacob Breyne di wilayah Maluku antara tahun 1678-1680.

Dalam catatannya tanggal 25 Januari 1697, Breyne menyebut tanaman itu sebagai Flos clitoridis ternatensibus, merujuk langsung pada bentuk bunganya dan lokasi penemuannya. Pulau Ternate.

Kemudian, ahli taksonomi Swedia Carl Linnaeus secara resmi mencantumkan spesies ini dalam Species Plantarum pada tahun 1753 dengan nama ilmiah Clitoria ternatea, mengabadikan keterkaitan geografis dan morfologis yang unik.

Baca Juga: Gawat! Efek Sanksi FIFA Bisa Berdampak Pada Keterisian Stadion SUGBK saat Timnas Indonesia vs Tiongkok

Jejak Penyebaran Global: Dari Amerika Tengah ke Asia Tenggara

Meski selama ini dianggap tanaman asli Asia Tenggara, penelitian genetik dan catatan dari Biodiversity Warriors mengindikasikan bahwa Clitoria ternatea justru berasal dari wilayah Amerika Tengah.

Ia masuk ke Asia melalui jalur perdagangan global pada abad ke-19, kemungkinan sebagai tanaman eksotis atau bagian dari pertukaran benih rempah.

Kini, bunga telang tumbuh liar maupun dibudidayakan di berbagai habitat tropis, dari tepi sungai, kebun rumah, hingga lahan kritis, berkat kemampuannya membentuk simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen di akar.

Baca Juga: Cuma 5 Bahan, Ini Resep Ketan Mangga Viral yang Cocok untuk Jualan

Peran Budaya: Warisan Kuliner dan Simbol Keagamaan

Pewarna Alami dalam Tradisi Nusantara

Sari bunga telang menghasilkan warna biru pekat yang sering dimanfaatkan dalam kuliner tradisional.

Di Jawa, air rebusan bunga ini digunakan sebagai pewarna alami nasi biru atau nasi kuning dalam prosesi adat seperti pernikahan atau mitoni (tujuh bulanan).


Page 2

Ketika dicampur dengan asam seperti jeruk nipis, warna biru akan berubah menjadi ungu, menciptakan tampilan yang menarik dan alami.

Simbolisme dalam Ritual Keagamaan

Di India, bunga telang dipersembahkan dalam upacara penghormatan kepada Dewa Siwa, terutama saat bulan Phalguna (Februari-Maret).

Dalam sistem pengobatan Ayurveda, bunga dan akar telang dipercaya memiliki khasiat untuk meningkatkan daya ingat, menyembuhkan demam, serta merawat kesehatan mata.

Baca Juga: Miliki Sifat Penyendiri dan Cenderung Miskin, Ini Ramalan Watak Berdasarkan Weton dan Wuku Hari Jumat 16 Mei 2025

Kontribusi Ilmiah: Dari Antioksidan hingga Reklamasi Lahan

Studi modern semakin mengungkap potensi luar biasa dari Clitoria ternatea. Menurut laporan Mongabay pada 7 November 2020, tanaman ini mampu memperbaiki kualitas tanah pada lahan kritis.

Dalam kurun waktu 180 hari, kadar nitrogen, fosfor, dan kalium meningkat hingga 40 persen. Sementara itu, uji klinis secara in vitro menemukan bahwa ekstrak bunga telang memiliki kandungan antiinflamasi, antidiabet, dan antioksidan tinggi.

Sifat farmakologis ini membuka peluang untuk pengembangan suplemen alami dan terapi pendukung penyakit metabolik.

Bunga telang tidak hanya menyimpan nilai sejarah sebagai tanaman yang pernah dikaji oleh penjelajah abad ke-17, tetapi juga menjadi jembatan antara tradisi dan ilmu pengetahuan.

Dari pewarna alami nasi biru hingga agen fitoremediasi tanah, Clitoria ternatea membuktikan dirinya sebagai tanaman tropis yang kaya makna dan manfaat.

Dalam dunia yang semakin mencari solusi berbasis alam, bunga telang bisa jadi adalah salah satu jawabannya. (*)


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Bunga telang (Clitoria ternatea) bukan sekadar tanaman hias berwarna biru mencolok. Jejak historisnya merekam pertemuan antara eksplorasi ilmiah, budaya lokal, dan riset modern.

Dikenali pertama kali oleh naturalis Belanda Jacob Breyne di Pulau Ternate pada abad ke-17, tanaman ini kini tersebar luas di seluruh daerah tropis, membawa manfaat dari dapur tradisional hingga laboratorium ilmiah.

Baca Juga: Makna Wkwkwk Padahal Nggak Ketawa? Ini Psikologi di Baliknya!

Penamaan Clitoria ternatea berakar dari penjelajahan Jacob Breyne di wilayah Maluku antara tahun 1678-1680.

Dalam catatannya tanggal 25 Januari 1697, Breyne menyebut tanaman itu sebagai Flos clitoridis ternatensibus, merujuk langsung pada bentuk bunganya dan lokasi penemuannya. Pulau Ternate.

Kemudian, ahli taksonomi Swedia Carl Linnaeus secara resmi mencantumkan spesies ini dalam Species Plantarum pada tahun 1753 dengan nama ilmiah Clitoria ternatea, mengabadikan keterkaitan geografis dan morfologis yang unik.

Baca Juga: Gawat! Efek Sanksi FIFA Bisa Berdampak Pada Keterisian Stadion SUGBK saat Timnas Indonesia vs Tiongkok

Jejak Penyebaran Global: Dari Amerika Tengah ke Asia Tenggara

Meski selama ini dianggap tanaman asli Asia Tenggara, penelitian genetik dan catatan dari Biodiversity Warriors mengindikasikan bahwa Clitoria ternatea justru berasal dari wilayah Amerika Tengah.

Ia masuk ke Asia melalui jalur perdagangan global pada abad ke-19, kemungkinan sebagai tanaman eksotis atau bagian dari pertukaran benih rempah.

Kini, bunga telang tumbuh liar maupun dibudidayakan di berbagai habitat tropis, dari tepi sungai, kebun rumah, hingga lahan kritis, berkat kemampuannya membentuk simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen di akar.

Baca Juga: Cuma 5 Bahan, Ini Resep Ketan Mangga Viral yang Cocok untuk Jualan

Peran Budaya: Warisan Kuliner dan Simbol Keagamaan

Pewarna Alami dalam Tradisi Nusantara

Sari bunga telang menghasilkan warna biru pekat yang sering dimanfaatkan dalam kuliner tradisional.

Di Jawa, air rebusan bunga ini digunakan sebagai pewarna alami nasi biru atau nasi kuning dalam prosesi adat seperti pernikahan atau mitoni (tujuh bulanan).