Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Awan Cumulonimbus Berkilat di Langit Jawa Barat, Apa Dampaknya?

awan-cumulonimbus-berkilat-di-langit-jawa-barat,-apa-dampaknya?
Awan Cumulonimbus Berkilat di Langit Jawa Barat, Apa Dampaknya?

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Langit Jawa Barat pada Senin petang, 22 September 2025, memamerkan pemandangan yang jarang terlihat.

Awan tebal menjulang dengan kilatan cahaya di dalamnya tampak dari Bandung, Sumedang, hingga Garut.

Fenomena ini membuat banyak warga berhenti sejenak untuk menatap langit dan mengabadikannya melalui kamera ponsel.

Kilatan cahaya di dalam awan itu bukanlah sambaran petir ke tanah, melainkan petir dalam awan (intra-cloud lightning).

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena tersebut umum terjadi pada awan Cumulonimbus (Cb).

Baca Juga: Gunung Ranti, Pilihan Pendakian Seru Buat Nikmatin Sunrise, Lautan Awan, dan View Kawah Ijen

Apa Itu Awan Cumulonimbus?

Awan Cumulonimbus merupakan jenis awan konvektif yang terbentuk akibat pergerakan udara hangat ke atas secara cepat.

Bentuknya menjulang tinggi hingga dapat menembus lapisan stratosfer dengan ketinggian mencapai lebih dari 18 kilometer di wilayah tropis.

Dari permukaan, awan ini tampak tebal, gelap, dan menyerupai jamur dengan puncak berbentuk topi.

Awan ini dikenal sebagai pembawa cuaca ekstrem karena berpotensi memunculkan hujan deras, angin kencang, hingga sambaran petir.

Siklus hidupnya bisa berlangsung 30 hingga 60 menit untuk tipe tunggal (single cell), namun bisa lebih lama pada tipe multi sel atau super sel.

Baca Juga: Viral! Ijen Sky Light Gantasan Tawarkan Sensasi Di Atas Awan

Mengapa Ada Petir dalam Awan?

Menurut BMKG, petir dalam awan terjadi akibat perbedaan muatan listrik di dalam tubuh awan badai.

Kristal es bermuatan positif terangkat ke puncak awan, sedangkan butiran air dan es bermuatan negatif berkumpul di bagian bawah.


Page 2

Ketidakseimbangan ini memicu pelepasan energi listrik dalam bentuk cahaya, yang dikenal sebagai sheet lightning atau petir lembar.

Fenomena ini sering terlihat saat senja karena kontras dengan langit yang meredup, sehingga kilatan cahaya tampak lebih jelas, meski tidak selalu diikuti suara guntur.

Baca Juga: Puncak Tertutup Awan, Gunung Raung Ternyata Erupsi

Klarifikasi Isu Hoaks

Fenomena ini sempat memunculkan kabar menyesatkan di masyarakat.

Salah satunya menyebutkan bahwa Gunung Guntur di Garut meletus.

Informasi ini tidak benar.

Hingga kini, gunung tersebut dalam status normal berdasarkan pemantauan PVMBG.

Isu lain yang mengaitkan fenomena ini dengan pertanda bencana besar juga tidak memiliki dasar ilmiah.

BMKG menegaskan bahwa petir dalam awan adalah fenomena alamiah biasa di daerah tropis.

Baca Juga: Puncak Gunung Raung Tertutup Awan, Pengamatan Terganggu

Imbauan BMKG

Meski tidak berbahaya secara langsung, kehadiran awan Cumulonimbus tetap perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan hujan lebat, angin kencang, hingga petir yang menyambar permukaan bumi.

BMKG mengimbau masyarakat untuk:

– Menghindari aktivitas di ruang terbuka saat hujan petir.

– Tidak berteduh di bawah pohon atau tiang listrik.

– Melindungi peralatan elektronik dari sambaran petir.


Page 3

sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Langit Jawa Barat pada Senin petang, 22 September 2025, memamerkan pemandangan yang jarang terlihat.

Awan tebal menjulang dengan kilatan cahaya di dalamnya tampak dari Bandung, Sumedang, hingga Garut.

Fenomena ini membuat banyak warga berhenti sejenak untuk menatap langit dan mengabadikannya melalui kamera ponsel.

Kilatan cahaya di dalam awan itu bukanlah sambaran petir ke tanah, melainkan petir dalam awan (intra-cloud lightning).

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena tersebut umum terjadi pada awan Cumulonimbus (Cb).

Baca Juga: Gunung Ranti, Pilihan Pendakian Seru Buat Nikmatin Sunrise, Lautan Awan, dan View Kawah Ijen

Apa Itu Awan Cumulonimbus?

Awan Cumulonimbus merupakan jenis awan konvektif yang terbentuk akibat pergerakan udara hangat ke atas secara cepat.

Bentuknya menjulang tinggi hingga dapat menembus lapisan stratosfer dengan ketinggian mencapai lebih dari 18 kilometer di wilayah tropis.

Dari permukaan, awan ini tampak tebal, gelap, dan menyerupai jamur dengan puncak berbentuk topi.

Awan ini dikenal sebagai pembawa cuaca ekstrem karena berpotensi memunculkan hujan deras, angin kencang, hingga sambaran petir.

Siklus hidupnya bisa berlangsung 30 hingga 60 menit untuk tipe tunggal (single cell), namun bisa lebih lama pada tipe multi sel atau super sel.

Baca Juga: Viral! Ijen Sky Light Gantasan Tawarkan Sensasi Di Atas Awan

Mengapa Ada Petir dalam Awan?

Menurut BMKG, petir dalam awan terjadi akibat perbedaan muatan listrik di dalam tubuh awan badai.

Kristal es bermuatan positif terangkat ke puncak awan, sedangkan butiran air dan es bermuatan negatif berkumpul di bagian bawah.