GENTENG – Puluhan ayam serama berukuran mungil dengan dada dempal, beradu ketangkasan di lapangan RTH Maron, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng kemarin (19/3). Di atas papan yang telah disiapkan, sejumlah ayam serama dari berbagai daerah di Jawa dan Bali itu menari dengan iringan musik.
Salah satu pemilik ayam serama, Hariyanto, 30, asal Dusun Sumberwadung, Desa Kaligondo Kecamatan Genteng, mengatakan ayam-ayam berukuran kecil sedang dilombakan. Untuk penilaian tidak hanya pada bentuk dada yang ditonjolkan, tapi juga berdasarkan tingkah dan gerakan ayam dalam mengikuti irama musik.
“Selain dadanya, ayamnya harus lincah,” katanya. Memelihara ayam jenis serama ini, terang dia, sebenarnya tidak jauh beda dengan ayam pada umumnya. Semua jenis pakan sudah tersedia di tempat kelengkapan ternak unggas. “Memeliharanya tidak beda dengan ternak ayam lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, Deni Komel, 42, asal Dusun Curah Pecak, Desa/Kecamatan Purwoharjo, mengatakan prospek bis- nis ayam serama itu sebenarnya cukup menjanjikan. Harga per ayam yang masih anakan, itu mencapai Rp 200 ribu. “Usaha ayam ini cukup lumayan,” katanya.
Di Kabupaten Banyuwangi, jelas dia, perkembangan ayam serama itu cukup dinamis. Hanya saja, untuk event kontes khusus ayam serama masih jarang. Sampai saat ini, kontes ayam serama baru tiga kali digelar. “Yang pertama itu sekitar tahun 2012,” ujarnya.
Lambannya perkembangan ayam serama, menurut Deni karena disebabkan faktor sosialisasi. Selain itu, juga adanya transisi ayam antara ayam lokal dan impor. “Kita sosialisasi memang kurang, terus sempat ada transisi ayam,” jelasnya.
Jumlah warga yang masih eksis memelihara ayam serama, juga belum banyak. Yang diketahui, warga di Kabupaten Banyuwangi yang punya ayam serama baru sekitar 15 orang. Untuk memajukan eksistensi ayam serama, pihaknya sedang menggandeng beberapa pihak, termasuk dinas peternakan. “Kita akan menggandeng pihak karantina dan dinas peternakan,” katanya.(radar)