Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Banyuwangi Book Party Bareng Yeti Chotimah : “Merangkai Fakta Menjadi Cerita”

banyuwangi-book-party-bareng-yeti-chotimah-:-“merangkai-fakta-menjadi-cerita”
Banyuwangi Book Party Bareng Yeti Chotimah : “Merangkai Fakta Menjadi Cerita”

Banyuwangi, Jurnalnews.com – Banyuwangi Book Party adalah klub literasi yang merupakan bagian dari Indonesia Book Party. Klub yang berfokus pada peningkatan minat membaca khusus di area Banyuwangi ini, hari ini menyelenggarakan acara bedah buku dengan tajuk “Merangkai Fakta Menjadi Cerita: Proses Kreatif Penulisan di Balik Buku Sejarah, Seni, dan Budaya Banyuwangi”, bertempat di lantai 2 Tomoro Coffee, Jl. Ach. Yani, Banyuwangi Minggu, (04/05/25)

Dalam sambutannya, Shenita Sora, Koordinator Banyuwangi Book Party, menyampaikan bahwa,”Membaca membuat kita kaya imajinasi, literasi dan numerasi yang akan menciptakan ide kreatif dalam kehidupan.” Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mitra kolaborasi, Tomoro Coffee, serta peserta yang sudah mengapresiasi dalam bentuk keikutsertaannya dalam kegiatan bedah buku.

Bedah buku ini menghadirkan sang penulis buku, Yeti Chotimah, M.A., sebagai narasumber yang membahas tentang proses kreatif penulisan bukunya yang berjudul Sejarah, Seni, dan Budaya Banyuwangi; serta dimoderatori Dr. Gema Budiarto. Acara ini merupakan salah satu upaya Banyuwangi Book Party untuk mempromosikan literasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca dan menulis sejarah, kesenian, dan kebudayaan lokal.

Dalam paparannya, Yeti menyampaikan bahwa sejarah selalu berkaitan dengan seni. Seni juga berkaitan dengan budaya. Budaya pun berkaitan dengan wisata. Sementara itu, wisata sendiri selalu banyak menyimpan sejarah di baliknya. Kesemuanya juga tentu melibatkan sains dan teknologi mulai dari komunal, tradisional, modern sampai kekinian. Beliau juga menyampaikan dalam bermetafora menjadi penulis butuh terus belajar sepanjang hayat. Tujuan akhir dari pembelajaran itu adalah bagaimana memunculkan sebuah tulisan. Bagi Yeti sendiri, tulisan sama dengan seribu ingatan.

Guru SMPN 3 Rogojampi yang aktif di DHC’45, DKB, MGMP Bahasa Using dan Sanggar Seni Merah Putih’45 ini, juga menyampaikan tentang ikhtiar pengusungan tiga pejuang Belambangan yakni Wong Agung Wilis, Rempeg Jogopat, dan Sayu Wiwit menjadi Pahlawan Nasional. Harapannya akan ada niatan gerakan bersama untuk menjadi kebanggaan maupun pendorong pembangunan Banyuwangi yang berkarakter dan bermartabat.

Senada dengan konsep Banyuwangi Book Party sendiri yang baru berusia satu tahun, komunitas ini telah melakukan kegiatan literasi rutin dua minggu sekali. Fokusnya adalah dasar literasi yakni membaca buku. Dari hal tersebut lahir diskusi berkualitas secara luring dan daring. Selain itu, mereka juga telah menyelenggarakan acara lainnya, seperti “Baca, Bergerak, Berkarya: Literasi Untuk Kemajuan Generasi! “

Dengan adanya acara ini, M. Lucky Sahid, Bendahara Banyuwangi Book Party, yang senang belajar berbagai buku dari RTH ke RTH berharap Banyuwangi Book Party dapat terus berkomitmen dan mengupayakan kegiatan bermanfaat, untuk meningkatkan literasi dan kesadaran masyarakat Banyuwangi akan pentingnya membaca dan menulis, sebagai upaya tameng terakhir untuk bertahan dalam kehidupan global.

Aing dan Anshori, peserta sekaligus pengajar MTsN 1 Banyuwangi dan SMP Al Qomar merasa sangat senang mengikuti kegiatan inspiratif ini. Namun, waktunya yang hanya 90 menit dirasa kurang. Keduanya yakin masih banyak pertanyaan dalam pikiran peserta. “Maka boleh terus wawancara dan diskusi lewat WA atau zoom ya, ” pendapat keduanya kompak.

Menutup kegiatan ini, Gema Budiarto, selaku moderator menyampaikan pesan semoga makin banyak generasi muda yang suka membaca, bahkan bisa menulis buku, agar generasi penerus bisa melanjutkan cita-cita seniman dan budayawan Banyuwangi, terlebih agar bisa mengusung tiga pejuang Banyuwangi menjadi Pahlawan Nasional. Dan, semoga bisa menyampaikan ke masyarakat luas tentang nilai-nilai luhur Belambangan. (Aguk/YC/JN)