Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Banyuwangi Layak Disebut Kota Penyu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

layakBANYUWANGI – Bumi Blambangan tak hanya memiliki keragaman budaya yang unik dan sumber daya alam yang memikat. Selain disebut sebagai Kota Gandrung dan Kota Kopi, Banyuwangi juga layak punya julukan sebagai Kota Penyu. Betapa tidak, ada tujuh jenis penyu di dunia. Dari tujuh jenis satwa dilindungi tersebut, enam jenis di antaranya terdapat di Indonesia. Yang menarik, dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia, ternyata empat jenis di antaranya bisa ditemui di Banyuwangi.

Jenis penyu yang bisa ditemui di Banyuwangi antara lain penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Dari jenis tersebut, yang paling besar ukurannya adalah penyu belimbing. Sementara itu, ada beberapa lokasi penyelamatan penyu di Bumi Blambangan ini. Yang paling besar adalah lokasi pelestarian penyu di Pantai Sukomade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. 

Lokasi di Pantai Sukomade tersebut masuk dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Sejauh ini, ratusan hingga ribuan butir telur bisa diselamatkan di Sukomade setiap hari. Lokasi lain penyelamatan penyu di Banyuwangi berada di Pantai Ngagelan, Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo. Lokasi ini masuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Selain dua lokasi resmi tersebut, sejatinya masih banyak tempat pendaratan penyu di Bumi Blambangan ini.

Dari hasil pantauan Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF), setidaknya sepanjang pantai timur Pulau Jawa ini juga sering didarati penyu. ’’Hasil estimasi kami, setiap musim angin timur sejak akhir Mei hingga Juli, pantai timur Jawa ini berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu butir telur penyu,’’ ungkap Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo.  

Menurut Wiyanto, lokasi pendaratan penyu di pantai timur Jawa tersebar mulai dari Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Kabat, Kecamatan Rogojampi, hingga Kecamatan Muncar. ’’Ada beberapa spot pendaratan misalnya di Pantai Bangsring sekitarnya (Wongsorejo), Pantai Bulusan, Pantai Boom, Pulau Santen, Pantairejo Pakisrowo, hingga pesisir Muncar,’’ jelas Wiyanto.

Dia menambahkan, selama beberapa pekan terakhir saja, BSTF sudah berhasil menemukan lebih seribu butir telur penyu dari kawasan pantai Boom Banyuwangi. Selanjutnya, telur-telur tersebut dipindahkan ke sarang semu alami yang dibangun BSTF bersama warga di Pantai Boom. Bila telur itu menetas, tukik (anak penyu) tersebut akan dilepas ke laut secara bersamasama. ’’Kalau dilepas sendiri-sendiri sangat rentan dimangsa predator,’’ ujarnya.  

Wiyanto mengakui, upaya mengumpulkan dan menyelamatkan telur penyu itu butuh kerja keras dan pengorbanan. Yang paling penting, kata dia, adalah menumbuhkan kesadaran perilaku masyarakat pesisir di kawasan tersebut. ’’Bila sebelumnya warga mengambil atau bahkan mencuri telur penyu untuk dijual atau dikonsumsi, kini mereka justru sadar untuk ikut membantu menyelamatkan dan melestarikan telur penyu itu.

Makanya, mereka harus kita apresiasi,’’ ujarnya. Meski demikian, kata Wiyanto, upaya penyadaran warga sekaligus pelestarian penyu itu butuh sokongan moral dan dukungan finansial yang tidak sedikit. Karena BSTF mau tidak mau harus memberikan ‘amunisi’ kepada warga pesisir yang menemukan telur penyu. Karena tanpa reward yang memadai, telur penyu itu besar kemungkinan akan dijual untuk dikonsumsi manusia. Karena itu, BSTF bersama Jawa Pos Radar Banyuwangi akan mengampanyekan program adopsi telur penyu untuk warga yang peduli pelestarian satwa yang hampir punah itu. (radar)