Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Baritan Takir Sewu, Tradisi Petani Banyuwangi Minta Hujan

Foto: Detikcom
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Detikcom

BANYUWANGI – Ratusan petani di Banyuwangi, Jawa Timur, menggelar Ritual Baritan Takir Sewu pada Minggu (10/11/2019). Tradisi ini merupakan bentuk ritual permohonan meminta hujan akibat dilanda musim kemarau panjang.

Dilansir dari Detikcom, acara ritual dan doa lintas agama yang digelar di area persawahan ini sekaligus sebagai sarana untuk mempererat kerukunan antar sesama petani.

Di awali dengan arak-arakan atau Ider Bumi dengan membawa hasil pertanian, ratusan petani Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, menggelar ritual baritan takir sewu.

Mereka juga membawa nasi tumpeng, yang diwadahi dengan takir. Mereka pun kemudian berkumpul di tengah sawah.

Selanjutnya, dengan di pimpin tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat, mereka memanjatkan doa dengan harapan segera turun hujan dan dapat memulai musim tanam.

Tak hanya doa secara muslim, secara bergantian pemuka agama Hindu dan Kristen pun ikut serta berdoa.

“Acara ini rutin kita gelar. Kita berdoa bersama tanpa melihat agama dan status ditengah sawah untuk meminta hujan,” ujar Rega, Ketua panitia acara setempat.

Rega mengatakan, tradisi yang dilakukan setiap musim kemarau ini di percaya dapat segera menurunkan hujan dan sudah di lakukan sejak jaman nenek moyang petani setempat.

“Ini digagas oleh para pemuda atau anak-anak petani yang tergabung dalam gerakan rukun dan solidaritas yang disingkat Garuda,” kata Rega.

“Sekaligus sebagai bentuk pelestarian tradisi baritan yang sudah mulai di tinggalkan oleh para petani,” tambahnya.

Sementara itu, acara ini semakin meriah, saat para petani dan warga berebut sesaji buah-buahan dan hasil pertanian yang sempat di kirab. Mereka percaya buah-buahan dan hasil panen itu membawa berkah tersendiri.

“Kita percaya jika buah ataupun sayuran yang tadi diarak dapat menyuburkan lahan. Kita nanti taruh di sawah saat akan mengolah pertama pasca kemarau ini,” ujar Rudi, salah satu warga.

Di akhir acara, mereka menutupnya dengan makan bersama dan doa lintas agama. Untuk Warga muslim juga menggelar salat istisqa. Acara hiburan pun juga disiapkan untuk menghibur warga.