Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Batu Watudodol Kurang Indah untuk Perhiasan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

batuKALIPURO – Duan pekan terakhir batu Watudodol banyak diburu penggemar akik. Sejarah watudodol menjadi alasan mengapa para penggila akik tersebut berusaha mendapatkan ”cuilan” batu yang berdiri di tengah jalan tersebut.

Padahal, dari segi kualitas menurut pakar batu akik, batu Watudodol tidak terlalu banyak mengandung mineral. Selain itu, kandungan kristalnya kurang. ‘Kandungan kristalnya sedikit.

jadi, kalau digunakan tidak terlalu mengkilau. Warnanya hitam pekat tapi tidak mengkilat. Tidak indah dijadikan perhiasan,” kata perajin batu akik, lnggil Priambodo. Harga jual batu akik Watudodol di pasaran juga tidak terlalu mahal Sebab, kualitas batu Watudodol kalah dengan batu-batu lain.

“Paling harganya sekitar Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu,” tambah Inggil. Pencinta batu akik menduga nilai sejarah Watudodol yang menyebabkan batu tersebut diburu banyak warga. “Banyak orang beranggapan sejarah watudodol yang katanya tidak bisa dipindah itu juga menjadi alasan mengapa Watudodol digunakan sebagai batu cincin, kata Rendi, penggemar batu akik.

Banyaknya orang memburu batu dikawasan watudodol memang benar. Menurut Saiat, 80, salah satu penjaga Watudodol mengatakan orang-orang yang memburu batu di kawasan wisata Watudodol itu biasanya mencari batu pada malam hari. “Tadi malam (kemarin) ada tiga orang yang mencari batu di sini.

Tapi bukan batu di tengah jalan itu. Mereka mencari di atas gunung yang ada dibarat jalan raya,” kata Saiat. Menurut Saiat, jenis batu di tengah jalan raya dan batu di gunung sebelah barat jalan raya jenisnya sama.

Tetapi, orang cenderung mengambil batu yang ada dl tengah jalan itu karena dirasa memiliki mitos dan sejarah. “Kadang ada orang yang ingin mengambil batu yang ada di tengah jalan, tapi saya larang. Kalau tidak dilarang bisa-bisa habis kalau dicuili sedikit demi. Makanya kita larang,” pungkas Saiat. (radar)