Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

BRIN Beberkan Bukti Tsunami Raksasa Pernah Hantam Jawa, Siklus 600 Tahun Jadi Alarm Bahaya

brin-beberkan-bukti-tsunami-raksasa-pernah-hantam-jawa,-siklus-600-tahun-jadi-alarm-bahaya
BRIN Beberkan Bukti Tsunami Raksasa Pernah Hantam Jawa, Siklus 600 Tahun Jadi Alarm Bahaya

radarbanyuwangi.jawapos.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan ilmiah terbaru tentang jejak tsunami raksasa yang pernah menghantam wilayah selatan Jawa ribuan tahun lalu.

Fakta ini menjadi peringatan serius akan potensi megatsunami yang bisa berulang kapan saja.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan riset paleotsunami berhasil menemukan lapisan sedimen berumur 1.800 tahun di berbagai titik seperti Lebak, Pangandaran, hingga Kulon Progo. Jejak ini diduga akibat gempa megathrust dengan magnitudo 9,0 atau lebih.

Baca Juga: Waspada! Sulawesi Utara Terancam Gempa Megathrust M8,5, BRIN Ungkap Risiko Tsunami Dahsyat

“Temuan lain bahkan menunjukkan tsunami raksasa pernah terjadi 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu. Artinya, siklusnya berulang setiap 600–800 tahun. Bukan soal apakah akan terjadi lagi, tapi kapan,” ujarnya, Sabtu (16/8).

Dengan prediksi lebih dari 30 juta penduduk yang tinggal di pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini dinilai sangat mengkhawatirkan.

Apalagi pembangunan infrastruktur strategis seperti bandara, pelabuhan, kawasan industri, hingga destinasi wisata belum sepenuhnya mengintegrasikan risiko tsunami.

Baca Juga: Waspada! Sulawesi Utara Terancam Gempa Megathrust M8,5, BRIN Ungkap Risiko Tsunami Dahsyat

“Kalau tidak dirancang dengan mempertimbangkan sejarah bencana, dampaknya bisa sangat besar, baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian ekonomi,” tegasnya.

Riset paleotsunami dilakukan lewat pengamatan lapangan, uji mikrofauna, analisis unsur kimia, hingga pentarikhan radiokarbon.

Data ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam menyusun tata ruang, jalur evakuasi, dan zona rawan tsunami.

Baca Juga: BREAKING! BMKG Ingatkan Bahaya Gempa Megathrust, Ini 13 Zona Rawan Ancam Indonesia

BRIN mendorong agar edukasi kebencanaan berbasis riset ditingkatkan di sekolah, media, dan komunitas lokal.

“Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirene. Segera evakuasi ke tempat tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama,” pesan Purna.


Page 2


Page 3

radarbanyuwangi.jawapos.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap temuan ilmiah terbaru tentang jejak tsunami raksasa yang pernah menghantam wilayah selatan Jawa ribuan tahun lalu.

Fakta ini menjadi peringatan serius akan potensi megatsunami yang bisa berulang kapan saja.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi (PRKG) BRIN, Purna Sulastya Putra, menjelaskan riset paleotsunami berhasil menemukan lapisan sedimen berumur 1.800 tahun di berbagai titik seperti Lebak, Pangandaran, hingga Kulon Progo. Jejak ini diduga akibat gempa megathrust dengan magnitudo 9,0 atau lebih.

Baca Juga: Waspada! Sulawesi Utara Terancam Gempa Megathrust M8,5, BRIN Ungkap Risiko Tsunami Dahsyat

“Temuan lain bahkan menunjukkan tsunami raksasa pernah terjadi 3.000 tahun lalu, 1.000 tahun lalu, dan 400 tahun lalu. Artinya, siklusnya berulang setiap 600–800 tahun. Bukan soal apakah akan terjadi lagi, tapi kapan,” ujarnya, Sabtu (16/8).

Dengan prediksi lebih dari 30 juta penduduk yang tinggal di pesisir selatan Jawa pada 2030, ancaman ini dinilai sangat mengkhawatirkan.

Apalagi pembangunan infrastruktur strategis seperti bandara, pelabuhan, kawasan industri, hingga destinasi wisata belum sepenuhnya mengintegrasikan risiko tsunami.

Baca Juga: Waspada! Sulawesi Utara Terancam Gempa Megathrust M8,5, BRIN Ungkap Risiko Tsunami Dahsyat

“Kalau tidak dirancang dengan mempertimbangkan sejarah bencana, dampaknya bisa sangat besar, baik dari sisi korban jiwa maupun kerugian ekonomi,” tegasnya.

Riset paleotsunami dilakukan lewat pengamatan lapangan, uji mikrofauna, analisis unsur kimia, hingga pentarikhan radiokarbon.

Data ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam menyusun tata ruang, jalur evakuasi, dan zona rawan tsunami.

Baca Juga: BREAKING! BMKG Ingatkan Bahaya Gempa Megathrust, Ini 13 Zona Rawan Ancam Indonesia

BRIN mendorong agar edukasi kebencanaan berbasis riset ditingkatkan di sekolah, media, dan komunitas lokal.

“Kalau terjadi gempa kuat di dekat pantai, jangan tunggu sirene. Segera evakuasi ke tempat tinggi. Alam sering memberi sinyal pertama,” pesan Purna.