detik.com
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati Ipuk Fiestiandani menunjukkan komitmen kuat dalam memperkuat ekosistem pariwisata yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis budaya.
Keberhasilan Desa Kemiren yang mayoritas dihuni oleh masyarakat suku Osing, masuk jaringan global desa wisata menunjukkan bahwa kebijakan Pemkab berhasil menciptakan model pariwisata yang melibatkan komunitas lokal dan memberi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan secara adil dan merata.
Desa Kemiren secara resmi tercatat sebagai salah satu jaringan destinasi pedesaan global oleh UN Tourism.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Prestasi ini adalah buah dari semangat gotong-royong dan komitmen kuat masyarakat Banyuwangi, khususnya warga Kemiren dalam melestarikan budaya serta mengembangkan pariwisata berkelanjutan,” ujar Ipuk beberapa waktu lalu.
Dalam praktiknya, Pemkab Banyuwangi tidak hanya mengandalkan wisata alam semata, tetapi juga memperkuat pelestarian budaya Osing, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, serta pengembangan infrastruktur pariwisata yang ramah lingkungan.
Berdasarkan catatan resmi, Desa Kemiren mencakup luas 177,052 ha dengan jumlah penduduk sekitar 2.569 jiwa di mana mayoritas dari suku Osing.
Masyarakat setempat terlibat langsung dalam pengelolaan destinasi melalui kelompok sadar wisata dan homestay khas Osing, produk unggulan seperti batik khas Banyuwangi, pecel pitik, dan kopi Kemiren “Jaran Goyang” pun dikembangkan sebagai peluang ekonomi baru.
Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banyuwangi terus meningkat. Data dari BPS Kabupaten Banyuwangi menunjukkan tren kunjungan mancanegara meningkat selama periode 2014-2018, dan data khusus menunjukkan Desa Kemiren menerima sekitar 4 ribu wisatawan nusantara dan mancanegara pada 2023.
Hal ini menurut riset akademik berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga masyarakat Kemiren.
Ipuk menegaskan, pariwisata bukan hanya untuk wisatawan, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan demikian, setiap program diarahkan untuk memastikan inklusi sosial dan keadilan wilayah.
“Kami ingin pariwisata yang memberi peluang bagi semua warga, bukan hanya sebagai objek yang dinikmati wisatawan,” tuturnya.
Ke depan, Pemkab Banyuwangi akan terus mendorong desa-desa wisata lain mengikuti jejak Kemiren-menjadi destinasi yang mengintegrasikan budaya, masyarakat lokal, dan alam dalam model yang berkelanjutan. Dengan komitmen ini, Banyuwangi berharap menjadi salah satu penopang utama pariwisata budaya Indonesia.
Atas dedikasinya yang luar biasa terhadap pariwisata hingga perkembangan ekonomi di Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani menjadi nominator penerima detikJatim Awards 2025.
Jangan lewatkan, detikJatim akan kembali menghadirkan detikJatim Awards 2025, ajang penghargaan untuk tokoh masyarakat hingga pelaku bisnis dan instansi pemerintah yang memberikan kontribusi positif bagi masyarakat di Jawa Timur. Tahun ini, pemberian penghargaan akan digelar di Grand Mercure Malang Mirama, Kota Malang, pada Rabu, 5 November 2025.
Anugerah detikJatim Awards 2025 ini diberikan kepada individu, komunitas, instansi pemerintahan, kampus, DPRD, BUMD, dan perusahaan swasta. Seleksi penerima dilakukan melalui tahapan khusus oleh dewan redaksi detikcom dan detikJatim, dengan memperhatikan kriteria inovasi, kreativitas, inspiratif, dampak bagi masyarakat, dan keaktifan di bidang masing-masing.
(irb/hil)







