Jakarta, Jurnalnews.com – Peringatan Hari Guru Nasional merupakan momentum istimewa bagi tenaga pendidik maupun segala pihak yang berkecimpung di bidang kependidikan, tidak terkecuali calon guru masa depan. Pada hari Senin (25/11), Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI menyelenggarakan Kuliah Tamu di Kampus UNINDRA, Kec. Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Perkuliahan menghadirkan dosen tamu Khoirul Anwar, S.Pd., M.Pd., dari Prodi Pendidikan IPS, FISIP, UNNES. Kegiatan diikuti kurang lebih 150 peserta yang terdiri atas mahasiswa dan dosen di lingkungan Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial, Universitas Indraprasta PGRI.
Kegiatan diawali sambutan Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Dr. Arif Hidayat, M.Pd. Dalam pidatonya, Dr. Arif menyampaikan pentingnya mahasiswa untuk senantiasa beradaptasi dengan perkembangan isu-isu terkini serta mampu mengintegrasikannya dalam pembelajaran sejarah. Menurutnya, pembelajaran sejarah harus mampu menggiring peserta didik untuk dapat berpikir kritis serta memberi manfaat terhadap kehidupan praksis peserta didik sehari-hari.
Sesi perkuliahan dipandu oleh moderator dosen Prodi Pendidikan Sejarah Yusuf Budi Prasetya S., M.Pd. Setelah pembukaan oleh moderator, dosen tamu Khoirul Anwar, S.Pd., M.Pd. mulai memaparkan bahan perkuliahan bertajuk “Memersiapkan Guru Sejarah yang Adaptif, Mandiri, dan Kreatif dalam Bingkai Pendidikan Abad 21”.
Dalam paparannya, K. Anwar, S.Pd., M.Pd. menyampaikan perlunya calon pendidik sejarah menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk menciptakan pembelajaran sejarah yang bermakna, “Mengajarkan sejarah tidak hanya tentang menghafalkan fakta-fakta keras, namun juga membantu peserta didik mampu mengonstruksi makna untuk kehidupan sehari-harinya”, ungkapnya.
Pembelajaran sejarah masa kini juga dapat terintegrasi dengan teknologi digital, namun perlu bijaksana dalam penggunaannya. Hadirnya teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) menjadi tantangan dan peluang bagi praksis pembelajaran sejarah. “Artificial intelligence (Ai) tidak lebih dari sekadar alat/perangkat yang membantu pendidik/peserta didik, bukan menggantikan peran mereka”, pungkasnya.
Perkuliahan dengan menghadirkan dosen tamu memberikan suasana berbeda bagi ruang pembelajaran sejarah. Peserta dan dosen tamu dapat saling berinteraksi secara interaktif serta dinamis. Kegiatan ini diharapkan dapat menghadirkan suasana akademik yang lebih variatif dan konstruktif melalui pertukaran gagasan dari berbagai pihak.
(Miska/L. Respati)