Banyuwangi – Kisah menyentuh dari seorang anak yang kesulitan mengucapkan syahadat karena belum mendapatkan rida ibunya menjadi sajian pamungkas dalam Wisuda Hafidz dan Pentas Seni SD Darul Qur’an School, Sabtu (21/06/2025). Pementasan drama operet Al-Qomah oleh siswa kelas 4-A Al-Quddus di Auditorium Untag Banyuwangi sukses mencuri perhatian dan menggugah hati para hadirin.
Mengangkat kisah klasik Islam, operet ini menceritakan Al-Qomah—pria saleh yang taat beribadah namun mengabaikan ibunya karena takut pada istrinya. Saat menghadapi sakaratul maut, Al-Qomah tak mampu mengucapkan syahadat hingga Rasulullah menyarankan agar ibunya membakar jasad anaknya sebagai bentuk pelajaran. Puncaknya, sang ibu memaafkan, dan barulah Al-Qomah dapat wafat dalam husnul khatimah.
Dibalik panggung, ada perjuangan luar biasa. Para orang tua, khususnya para bunda dari paguyuban wali murid, terlibat penuh dalam proses produksi: mulai dari mendampingi casting, menyiapkan kostum bergaya era Rasulullah, hingga mengatur tata rias dan properti. Semangat gotong royong benar-benar terasa.
Awalnya, wali kelas dari Yayasan Kemitraan Ustadz KH Yusuf Mansyur itu bermodal naskah penuh hikmah dan niat pendidikan praktek baik. Dengan pengalaman terbatas, tantangan menghadang. Namun, titik terang datang ketika Ketua Umum BKPRMI, Ahmad Sururudin, berkunjung ke rumah HM Basir Nadim—wali dari salah satu pemeran, Queen. Dari sanalah komunikasi dibangun dengan Divisi Media BKPRMI yang sudah menggelar pelatihan BCM (Bermain, Cerita, dan Menyanyi) untuk para ustaz LPPTKA.
Tawaran bantuan disambut oleh Bung Aguk Darsono, fasilitator BCM, yang langsung turun tangan. Dalam waktu terbatas, ia membimbing siswa dengan bedah naskah, latihan vokal, dan teknik dasar pernapasan. Ia tidak sendiri—didampingi tim dari Sanggar Merah Putih ‘45: Abdul Mun’im serta Nuhbatul Fakhiroh, pembina teater MTsN 1 Banyuwangi dan juara baca puisi Radar Banyuwangi. Hanya dalam tiga hari, para siswa digembleng dalam olah vokal dan penokohan.
Rekaman suara yang awalnya diperkirakan selesai dalam dua jam, ternyata berlangsung hingga lima jam. Proses tersebut dipandu oleh tim Radio Bung Tomo JRKI dan Studio Aura Lentera yang digawangi pasangan tunanetra nasionalis, Indah CC dan Nurhadi Windoyo—keduanya dikenal sebagai juara nasional drama dan Iklan Layanan Masyarakat.
Meski tak lepas dari dinamika—mulai dari suara bising di luar naskah, intonasi karakter yang masih belum sempurna, hingga peristiwa unik saat rekaman dilakukan di hari tasyrik—termasuk momen berbagi daging kurban dan kejutan ulang tahun salah satu bunda—proses terus berjalan.
Latihan lanjut dilakukan di Aula Panti Khadijah dengan fokus pada blocking dan dubbing. Gladi kotor pun digelar pada Senin (16/05/25) di Lantai 2 Ocha Aksesoris & Oleh-Oleh Banyuwangi, Jl. Dr. Soetomo. Kehadiran pelatih teater dan pegiat literasi Affandi Maulana, SS, yang kerap menjadi juri baca puisi dan cerita, memberi suntikan motivasi tambahan.
“Alhamdulillah, penampilan anak-anak luar biasa. Tari kreasi merah putih dan operetnya ekspresif, penuh penghayatan, dan dapat aplaus dari para hadirin. Semoga ke depan anak-anak bisa terus didampingi belajar public speaking—entah itu pidato, storytelling, MC, atau puisi,” ungkap salah satu bunda yang turut berperan sebagai paman dan mertua Al-Qomah, saat ramah tamah di Restoran Rehana, dekat kediaman Bupati Banyuwangi.
Penampilan ini bukan hanya hiburan penutup semata, melainkan juga ruang belajar karakter, akhlak, serta kreativitas. Sebuah awal yang menjanjikan untuk pembinaan seni dan adab Islami sejak dini. (AWK/AM/SW)