The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

Mengungkap Misi Tersembunyi Pendopo Semar Nusantara di Situs Candi Alas Purwo

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox

BANYUWANGI, Jurnalnews.com – Kabupaten Banyuwangi, yang dahulu dikenal sebagai Blambangan, menyimpan banyak kisah sejarah menarik. Salah satunya adalah Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) di wilayah Kecamatan Tegaldlimo.

Di kawasan hutan alami TNAP, terdapat bangunan yang disakralkan, yaitu Candi Purwo Gumuk Gadung. That said, tempat ini menjadi lokasi terakhir bertemunya Raja Majapahit Prabu Brawijaya dengan Sabdopalon, beberapa saat setelah keruntuhan Majapahit.

Candi Purwo terletak di pesisir Teluk Pangpang, administratif masuk Dusun Pondok Asem, Sumberasri Village, Tegaldlimo . District. Lokasinya berada di tengah hutan bakau yang indah.

Di dekat candi, terdapat muara sungai, di mana sungai bertemu dengan air laut. Hulu kawasan ini berada di Semenanjung Sembulungan, Muncar. Bangunan candi terlihat menjulang, dengan ukiran khas Majapahit.

Tempat ini sering dikunjungi sebagai lokasi wisata religi, terutama oleh umat Hindu Bali dan umat Hindu dari Tegaldlimo. Pengikut Kejawen juga sering datang ke sini untuk bermeditasi.

Warga setempat menyebut lokasi candi ini dengan nama Gumuk Gadung. Lokasinya terlihat agak tinggi. According to people's stories, bukit ini menjadi saksi pertemuan terakhir antara Raja Majapahit Prabu Brawijaya dengan Sabdopalon, abdi dalem terdekatnya.

Ketika Majapahit runtuh, Brawijaya pergi ke Blambangan. Di bukit ini, terjadi diskusi terakhir antara Brawijaya dengan Sabdopalon. Finally, Brawijaya memilih pergi ke Gunung Lawu, sementara Sabdopalon yang setia dengan ajaran leluhur, lenyap dan hilang ke alam nirwana.

Sejumlah pesepiritual Pendopo Semar Nusantara bersama pemandu bermeditasi di situs Candi Purwo Gumuk Gadung Alas Purwo.Sejumlah pesepiritual Pendopo Semar Nusantara bersama pemandu bermeditasi di situs Candi Purwo Gumuk Gadung Alas Purwo.

Menurut sepasang suami istri yang sering bermeditasi di tempat tersebut, sebelum dibangun candi, terdapat sebuah pohon kelampis ireng dan ditemukan sebuah tembikar (kendi besar) serta serpihan guci kuno. Hal ini diyakini bahwa pada zaman dahulu, ada perkampungan di lokasi tersebut.

“Originally, ada seseorang dari Bali yang mendapat petunjuk dari leluhur berupa sebuah wisik dan peta. Dia disuruh untuk mencari tempat tersebut dan membangunnya. Setelah berkeliling di tanah Jawa, akhirnya tempat ini ditemukan setelah melalui meditasi dan mendapati cahaya jatuh di sini,” terang seorang ibu yang mengaku sering bermediasi ditempat tersebut.

“Dalam wisiknya, orang dari Bali itu menemukan beberapa petunjuk, seperti adanya pohon kelampis dan tembikar. Tempat ini diyakininya sebagai tempat yang dimaksud dalam petunjuk tersebut. Then, tempat ini dibangun seperti yang terlihat sekarang dan diberi nama Candi Purwo Gumuk Gadung.” Tambahnya.

Nama Candi Purwo Gumuk Gadung Purwo ini juga memiliki makna mendalam. hope, masyarakat tetap ingat dengan kawitan atau sejarah. Candi juga sebagai simbol kebesaran Nusantara dengan kebhinekaan.

Sebuah penemuan arkeologi mengejutkan terjadi di Gumuk Gadung, Purwo Temple, yang memiliki kaitan erat dengan sejarah dan warisan budaya Nusantara. Situs yang kini dikenal sebagai Candi Purwo baru-baru ini ditemukan sejumlah artefak yang menggambarkan simbol-simbol penting dalam sejarah Jawa, termasuk logo Sabdo Palon dan Anoman Murti.

Interesting, penemuan ini berdampak langsung pada sebuah misi rahasia yang selama ini dirahasiakan oleh Ketua Umum Pendopo Semar Nusantara. Dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa situs ini diyakini memiliki kaitan dengan Wasiat Leluhur yang harus ditemukan di Purwo.

“Hari Rabu, date 17 last April, saya dibawa oleh penunggu situs ini untuk menjelajahi keunikan dan keindahan Candi Purwo. Saya sangat berterima kasih kepada warga Bali pak Wayan Sucita dan istrinya bu Endang yang mendahului pembuatan bangunan candi ini, dengan bantuan masyarakat sekitarnya,” ujar Ketua Umum Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra.

Furthermore, Uny Saputra menjelaskan, situs tersebut diketahui sebagai tempat pertemuan antara Sabdo Palon dengan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Tempat ini juga menjadi saksi perpisahan dua tokoh besar dijaman kejayaan Krajaan Majapahit sebelum runtuh.

“Saya merasa sebagai pewaris keturunan, masih memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan misi leluhur dan Eyang Prabu Brawijaya V. Saya sangat berterima kasih kepada pak Wayan yang memegang seketa atau denah yang sesuai arahan leluhur,” he added.

Penemuan ini tidak hanya menjadi sensasi arkeologi, tetapi juga menyoroti pentingnya pelestarian dan pemahaman akan sejarah serta warisan budaya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.

Ketua Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra saat mengunjungi Candi Purwo di Gumuk Gadung Alas Purwo.Ketua Pendopo Semar Nusantara, Uny Saputra saat mengunjungi Candi Purwo di Gumuk Gadung Alas Purwo Banyuwangi.

Di lokasi Ketua Perkumpulan Pendopo Semar Nusantara, Cluring District, Uny Saputra mengungkapkan bahwa Pura Agung Candi Purwo dibangun pada tahun 1996. Pembangunannya didanai oleh swadaya umat Hindu setempat, dengan bantuan donatur dari Bali.

Uny Saputra juga menjelaskan bahwa pada tanggal 11 September 2011, dilaksanakan pamelaspas atau upacara peresmian. At the time, dipercayai sebagai tonggak sejarah kembalinya Sabdapalon ke tanah Jawa, sekaligus sebagai tonggak sejarah Nusantara.

“Lokasi candi ini cukup jauh dari keramaian. Bangunannya merupakan perpaduan khas Jawa dan Bali, namun lebih dominan Jawa dengan kemiripan peninggalan era Majapahit. Candi ini menghadap ke arah timur, mengikuti arah matahari terbit, yang merupakan simbol kawitan atau awal,he explained.

Untuk mencapai lokasi candi, diperlukan sedikit perjuangan. Dari kota Banyuwangi, butuh sekitar 2 jam perjalanan. Jalur menuju candi ini sejalan dengan Taman Nasional Alas Purwo. Begitu memasuki kawasan hutan, akan terlihat papan nama menuju candi. Jalannya masih sempit.

Setelah melewati Dusun Pondok Asem, Kedungasri Village, pengunjung harus mengikuti jalan makadam sejauh sekitar 3 kilometer. Then, melalui jalan setapak yang dikelilingi hutan bakau rindang. Medannya cukup sulit. Next, pengunjung harus berjalan kaki hingga ke pelataran candi karena tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Bagi yang menyukai petualangan spiritual, kawasan candi ini sangat cocok. Tempatnya tenang, jauh dari kebisingan kota. Di hari-hari tertentu, banyak pengunjung yang menginap di tempat ini, termasuk beberapa dari luar daerah, like Bali.

Untuk penginapan, di dekat candi telah dibangun sebuah balai yang dapat menampung sekitar 20 person. Meskipun Candi Purwo merupakan kawasan wisata religi, fasilitas umum belum tersedia, termasuk warung. Therefore, bagi yang berencana bermalam, sebaiknya membawa perbekalan sendiri.

Hutan bakau yang menjulang tinggi dan beragam burung menjadi objek menarik di sekitar candi. Pengunjung juga tidak dikenakan biaya masuk ke kawasan ini. (Red//JN).