RadarBanyuwangi.id – Semangat warga Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi, untuk beribadah di Masjid Nurul Jadid, tampaknya sangat besar.
Mereka tetap melaksanakan salat Jumat di masjid yang kubahnya baru ambrol itu, Jumat (1/11).
Padahal sebelumnya, takmir Masjid Nurul Jadid di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, menyampaikan akan meliburkan semua kegiatan di masjid, termasuk salat Jumat.
Ini karena resiko material yang jatuh dari atap masjid masih cukup tinggi akibat kubah yang ambrol.
“Hari ini (kemarin) tetap kami adakan salat Jumat berjamaah seperti biasa,” kata ketua Takmir Masjid Nurul Jadid, Muhammad Dharmawan.
Menurut pria yang berprofesi sebagai guru itu, warga sebelumnya gotong-royong menurunkan genting masjid, sekaligus membersihkan material yang dianggap membahayakan.
“Sejak pukul 07.00 tadi, warga sudah berkumpul membersihkan atap, dan selesai menjelang salat Jumat,” ungkapnya.
Dalam gotong royong itu, jelas dia, hampir seluruh genting yang menjadi atap masjid berukuran delapan meter kali delapan meter itu diturunkan dan ditata di halaman masjid.
Untungnya, sebagian plafon masjid masih utuh sehingga jamaah salat Jumat tidak kepanasan. “Plafon yang jebol bagian belakang saja, jadi masih ada peneduhnya,” ungkapnya.
Meski begitu, menurut dia, beberapa warga yang biasa berjamaah di masjid masih was-was dan memilih salat di masjid lain.
“Biasanya full sampai luar, mungkin sekarang banyak yang mengira tidak dipakai salat dan ada yang takut juga, jadi jamaahnya berkurang,” jelasnya.
Apalagi, masih kata dia, pada Kamis (1/11) setelah salat Magrib, sejumlah material di atas masjid banyak yang berjatuhan.
“Semalam masih dipakai salat jamaah, untungnya material jatuh setelah jamaah keluar dari masjid,” terangnya.
Terkait total kerugian yang dialami oleh masjid akibat ambrolnya kubah tersebut, takmir masih belum bisa menentukan seluruhnya.
Page 2
“Malam ini kami kumpulan (rapat takmir masjid), nanti dihitung sekalian kerugiannya,” ujarnya.
Salah satu warga, Dio Tri, 28, mengaku awalnya tidak mengetahui jika masjid yang tidak jauh dari rumahnya itu tetap dipakai salat Jumat.
Pasalnya, suara azan dan khutbah tidak terdengar lantaran speaker masjid rusak akibat ambrolnya kubah pada Kamis (31/10)..
“Pas lihat ke masjid, ternyata tetap dipakai salat, akhirnya salat di sini seperti biasa,” cetusnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, hujan yang mengguyur wilayah Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi, pada Rabu (30/10) malam, membawa petaka. Kubah Masjid Nurul Jadid yang ada di kampung itu ambrol pada Kamis (31/10).
Untungnya tidak ada korban jiwa akibat kejadian pada pukul 11.00 itu.
Padahal, sejumlah tukang dan buruh bangunan yang tengah merenovasi kamar mandi masjid, biasa beristirahat di lokasi ambrolnya kubah tersebut.
“Alhamdulillah, orang-orang selamat,” kata Ketua Takmir Masjid Nurul Jadid, Muhammad Dharmawan.(sas/abi)
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Semangat warga Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, Banyuwangi, untuk beribadah di Masjid Nurul Jadid, tampaknya sangat besar.
Mereka tetap melaksanakan salat Jumat di masjid yang kubahnya baru ambrol itu, Jumat (1/11).
Padahal sebelumnya, takmir Masjid Nurul Jadid di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu, menyampaikan akan meliburkan semua kegiatan di masjid, termasuk salat Jumat.
Ini karena resiko material yang jatuh dari atap masjid masih cukup tinggi akibat kubah yang ambrol.
“Hari ini (kemarin) tetap kami adakan salat Jumat berjamaah seperti biasa,” kata ketua Takmir Masjid Nurul Jadid, Muhammad Dharmawan.
Menurut pria yang berprofesi sebagai guru itu, warga sebelumnya gotong-royong menurunkan genting masjid, sekaligus membersihkan material yang dianggap membahayakan.
“Sejak pukul 07.00 tadi, warga sudah berkumpul membersihkan atap, dan selesai menjelang salat Jumat,” ungkapnya.
Dalam gotong royong itu, jelas dia, hampir seluruh genting yang menjadi atap masjid berukuran delapan meter kali delapan meter itu diturunkan dan ditata di halaman masjid.
Untungnya, sebagian plafon masjid masih utuh sehingga jamaah salat Jumat tidak kepanasan. “Plafon yang jebol bagian belakang saja, jadi masih ada peneduhnya,” ungkapnya.
Meski begitu, menurut dia, beberapa warga yang biasa berjamaah di masjid masih was-was dan memilih salat di masjid lain.
“Biasanya full sampai luar, mungkin sekarang banyak yang mengira tidak dipakai salat dan ada yang takut juga, jadi jamaahnya berkurang,” jelasnya.
Apalagi, masih kata dia, pada Kamis (1/11) setelah salat Magrib, sejumlah material di atas masjid banyak yang berjatuhan.
“Semalam masih dipakai salat jamaah, untungnya material jatuh setelah jamaah keluar dari masjid,” terangnya.
Terkait total kerugian yang dialami oleh masjid akibat ambrolnya kubah tersebut, takmir masih belum bisa menentukan seluruhnya.