Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Habis Gerebek Surau, Anak-Anak Semangat Tadarus

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Musala Baitul Muttaqin di Dusun Panjen, RT 2, RW 3, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu yang diresmikan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani dalam Gerebek Surau pada Rabu (22/2), pada Ramadan 2023 ini ramai dibuat tadarus baik anak-anak atau orang dewasa.

Sayup-sayup suara orang mengaji saling bersahutan di udara. Itu menjadi satu tanda tersendiri jika umat muslim telah memasuki Bulan Suci Ramadan. Tadarus Alquran di masjid dan musala oleh jamaah mulai anak-anak hingga orang dewasa, sudah menjadi tradisi di masyarakat.

Sebuah tradisi yang harus dijaga oleh generasi saat ini. Bagaimana tidak, masifnya media sosial telah banyak memengaruhi minat dan karakter seorang anak, bukan tidak mungkin tradisi positif ini lenyap secara perlahan. “Alhamdulillah, di sini (Musala Baitul Muttaqin di Dusun Panjen, RT 2, RW 3, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu) setiap hari ada yang tadarus,” kata Ketua takmir Musala Baitul Muttaqin, Suharyono Nanang Pamungkas, 53.

Musala Baitul Muttaqin di Dusun Panjen, Desa Jambewangi, itu pada Rabu (22/2) menjadi target Gerebek Surau yang dilakukan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Baznas Banyuwangi, dan Depo Indah Karya Bangunan Banyuwangi, dan diresmikan oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. “Yang tadarus itu anak-anak dan orang dewasa,” katanya.

Tadarus Alquran di musala ini, dibagi menjadi tiga. Pertama para ibu-ibu yang mengaji Alquran secara bersama setelah jamaah salat Subuh. Selanjutnya setelah salat jamaah asar, giliran anak-anak tadarus. “Habis tarawih giliran bapak-bapak yang yang tampil tadarus,” ujarnya saat ditemui di musala.

Khusus anak-anak, mereka mulai berdatangan ke musala dan dilanjutkankan tadarus Alquran itu sekitar pukul 16.00. Dan itu baru berhenti mendekati waktu buka puasa. “Azan magrib berhenti dan buka bersama, kemudian salat magrib berjamaah,” ungkapnya.

Dalam tradarus Alquran itu, anak-anak yang tinggal di sekitar musala yang kini tambah cantik setelah menjadi target Gerebek Surau dan diresmikan Bupati Ipuk itu, mengaji dengan pengeras suara secara bergantian. “Satu anak yang membaca Alquran, yang lain menyimak, terkadang kalau bacaannya ada yang salah teman-temannya yang menyimak itu membetulkan,” katanya.

Jumlah anak-anak yang mau tadarus, setiap tahun mengalami penurunan. Tapi, pengurus musala berkomitmen untuk bisa mempertahankan tradisi ini. “Alhamdulillah, sekarang setiap hari yang tadarus sekitar lima atau enam anak, dulu banyak sekali,” katanya.

Upaya untuk mempertahankan tradisi tadarus ini, dilakukan takmir musala dengan cara ikut mengawal kegiatan anak-anak. “Orang dewasa harus terus hadir, anak-anak yang tadarus ditemani, tidak boleh dilepas. Selain itu juga harus ada takjil untuk buka, agar anak-anak senang,” ungkapnya.

Untuk tadarus Alquran yang dilakukan oleh kalangan orang dewasa setelah salat tarawih. Minimal lima orang, aktif mengaji Alquran setelah salat tarawih. Tadarus ini, dilakukan hingga pukul 23.00. “Kalau masih ada yang terus tadarus, speker dimatikan biar tidak menganggu warga. Tadarus ini dalam satu bulan biasanya khatam empat kali,” ungkapnya.

Cara yang dilakukan dalam tadarus dengan menggunakan pengeras suara itu, bisa menjaga keharmonisan antar warga lingkungan musala. “Sampai saat ini tidak ada yang protes. Meski tujuannya baik tapi kalau berlebihan (tadarus sampai malam menggunakan pengeras suara) juga bisa berdampak buruk,” tandasnya.

Dengan merawat tradisi ini, ia berharap ke depan bisa terus merawat musala, dan mengisinya dengan kegiatan positif. “Momen Ramadan seperti ini juga untuk merawat hubungan baik antar warga. Karena kumpul di musala saat tarawih,” pungkasnya.(abi)

 

 

 

source