Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ibu Menyusui Eksklusif Diberi Sertifikat Penghargaan

Foto: merdeka
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: merdeka

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi memiliki cara unik untuk menyemangati para ibu agar memberi ASI eksklusif kepada buah hatinya.

Dilansir dari Merdekacom, Pemkab Banyuwangi memberikan penghargaan berupa sertifikat kepada para ibu yang telah telaten menyusui eksklusif bayinya selama enam bulan sejak dilahirkan.

Sebagai percontohan, program ini dijalankan di Puskesmas Sempu lewat program Gerakan Memberi ASI Anak Tumbuh Optimal (GenerASI anak TOp). Telah ada 512 ibu di wilayah puskesmas tersebut yang diberikan sertifikat.

“Ini inovasi, dan ke depan kita perluas. Ini adalah rangkaian cara untuk menyemangati agar para ibu bisa memberikan ASI eksklusif,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono, Jumat (3/5/2019).

Sejak awal, lanjut dr Widji, ada kelas ibu hamil di puskesmas-puskesmas, kemudian penambahan gizi bagi ibu hamil berisiko tinggi, juga bagi yang kurang mampu.

“Selama enam bulan setelah melahirkan terus didampingi agar bisa ASI eksklusif, dan terbitlah sertifikat ini,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi menambahkan, pemberian sertifikat tersebut sebagai penghargaan agar para ibu lebih bersemangat menyusui.

“Sekaligus untuk memotivasi calon ibu yang lain agar tidak ragu untuk memberikan ASI eksklusif sebagai asupan terbaik bagi bayi,” kata Hadi.

“Hingga saat ini, sudah ada 512 ibu pejuang ASI eksklusif yang kita beri sertifikat. Mereka tersebar di tiga desa di wilayah kami, yakni Desa Jambewangi, Sempu, dan Tegalarum,” imbuhnya.

Pemberian sertifikat tersebut merupakan bagian dari program inovasi Gerakan Memberi ASI anak Tumbuh Optimal (GenerASI anak TOp) dari Puskesmas Sempu.

Program ini, jelas Hadi, sebagai upaya menekan angka anak kurang gizi dan tingkat kesakitan bayi (angka bayi sakit).

“Dari evaluasi kami terhadap anak kurang gizi dan kesakitan anak, hal ini salah satunya diakibatkan tingkat cakupan ASI yang rendah. Sehingga kami menggeber sejumlah program agar cakupan ibu menyusui tinggi,” kata Hadi.

Program yang dimaksud Hadi antara lain membangun klinik laktasi di puskesmas untuk tempat konsultasi gizi dan menangani berbagai permasalahan saat menyusui.

Selain juga menyiapkan konselor dan motivator ASI untuk mendampingi para ibu menyusui (busui), hingga memberikan sertifikat penghargaan bagi ibu pejuang ASI eksklusif.

Puskesmas juga memberikan bantuan alat pompa ASI dan kendil (tempat penyimpan air dari tanah liat) bagi ibu-ibu di Desa Jambewangi. Mereka ini rata-rata bekerja sebagai penyadap karet di hutan sehingga rawan tidak menyusui karena bekerja.

Kendil tersebut, lanjut Hadi, bisa menjaga suhu ASI tetap dingin sehingga tahan sampai 5 jam.

“Ini bisa dijadikan pengganti kulkas. Ibu-ibu bisa memompa dan menyimpan ASI-nya di kendil sebelum berangkat kerja, sehingga anak-anak di rumah tetap mendapatkan ASI meskipun ditinggal ibunya bekerja,” urai Hadi.

Lewat program-program tersebut, kini angka cakupan ASI di Sempu terus meningkat. Coverage ASI eksklusif dari 59,5 persen pada 2015 kini meningkat jadi 88 persen pada 2018.

“Dampaknya bisa menurunkan angka gizi kurang dari 21,5 persen menjadi 1,37 persen, dan menurunkan angka kesakitan bayi dari 32 persen menjadi 11 persen,” kata Hadi.

“Bahkan, khusus zona ASI di tiga desa sudah mencapai 100 persen. Artinya, bayi di tiga desa tersebut sudah mendapatkan ASI eksklusif,” imbuhnya.

Hadi menambahkan, pihaknya akan memastikan semua bayi di Kecamatan Sempu sudah mendapatkan ASI minimal pada enam bulan pertama usianya.

“Sehingga anak-anak dapat tumbuh sehat optimal dan tidak sakit-sakitan. Yang paling penting, kita cegah stunting pada anak,” pungkasnya.