Tim Adiwiyata Nasional Kunjungi SMKN 1 Banyuwangi
BANYUWANGI-Tim penilai Adiwiyata Pusat dari perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Jakarta, siang kemarin (18/5) berkunjung ke SMKN 1 Banyuwangi. Tim yang beranggotakan Dr Sunu Kuncara Msi dan Dr M. Safik, MSc itu melakukan penilaian Adiwiyata tingkat nasional. Kedatangan tim Adiwiyata nasional itu didampingi Plt Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Banyuwangi Husnul Chotimah. Saat tiba di SMKN 1 Banyuwangi, rombongan disambut hangat oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Sulihtiyono, Sekertaris Dinas Pendidikan Banyuwangi Dwi Yanto, dan Kepala SMKN 1 Banyuwangi Karimullah. Tak ketinggalan, para guru, pengawas, dan komite sekolah.
Setelah perkenalan, anggota tim Adiwiyata nasional yang merupakan perwakilan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang ditunjuk KLH itu langsung melakukan penilaian dan tinjau lapangan. Penilaian meliputi kelengkapan administrasi, kurikulum sekolah, sarana dan prasarana, serta dokumen. Tim langsung menuju ke beberapa titik sekolah, mulai dari ruang sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, kantin sekolah, masjid, dan tempat pembuatan komposter. Bahkan kamar mandi siswa dan guru tidak luput dari pantauan.
Tim juga melakukan dialog kepada para siswa, yang kebetulan bertemu. Di antara mereka terjadi tanya jawab seputar kepedulian dan bentuk konkret yang dilakukan siswa terhadap lingkungan hidup di sekitar sekolahnya. Saat tinjau lapangan, Sunu Kuncara memberikan apresiasi kepada SMKN 1 Banyuwangi. Sebab, telah membuat Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hidro (PLTMH), yang dihasilkan dari pemanfaatan aliran air sungai yang mengalir di sekitar sekolah. PLTMH itu mampu memenuhi kebutuhan listrik, walau belum seluruhnya. “Ini merupakan sebuah terobosan dan inovasi yang luar biasa dan menjadi nilai lebih, yang dilakukan SMKN 1 Banyuwangi, mengingat bukan sekolah kejuruan teknik,” papar Sunu.
Sunu juga mengapresiasi pemanfaatan limbah sampah basah dan kering, yang disulap menjadi barang kerajinan. Seperti aksesories, tas, dan tempat tisu yang memberi nilai jual. Termasuk pembuatan kompos yang diproduksi, untuk dijual dan dipakai sendiri oleh sekolah untuk pemupukan di beberapa titik. Misalnya di kebun buah naga sekolah yang subur. “Kami salut kantin sekolah mulai meninggalkan plastik dan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus dan penutup makanan. Karena daun pisang ini bisa diproses lebih lanjut untuk dihasilkan kompos. Jika menggunakan plastik akan sulit proses daur ulang “ jelas Sunu.
Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyino mengaku suatu anugerah karena SMKN 1 Banyuwangi bisa mewakili Kabupaten Banyuwangi di tingkat nasional dalam lomba Adiwiyata. “Ini bisa memotivasi sekolah-sekolah, baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, dan Sekolah Menegah Atas di Kabupaten Banyuwangi untuk ikut serta dalam lomba Adiwiyata tahun depan,’’ kata Sulihtiyono. (radar)