Jadi Tempat Sembunyi Siswa Bolos Sekolah
PERLU dua kali bertanya sebelum Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) berhasil menemukan lokasi Kedung Angin yang tersembunyi diantara lebatnya pepohonan pinus, Desa Pakel, Kecamatan Licin, tersebut.
Pertama bertanya kepada salah seorang pemilik warung yang langsung memberikan menuju ujung timur kampung. Kedua, bertanya kepada anak sekolah yang kebetulan menuju lokasi yang sama. Awalnya, rasa penasaran muncul saat melihat beberapa posting di media sosial Facebook.
Di posting itu banyak anak usia SMA yang selfie di air terjun yang dikelilingi bebatuan. Karena penasaran, akhirnya JP-RaBa ingin melihat langsung seberapa menariknya tempat yang banyak dipamerkan di media sosial tersebut.
Setelah melewati jalan sesuai arahan pemilik warung, kami akhirnya menemukan sebuah jalan setapak menurun yang agak becek akibat sisa hujan. Kira-kira setelah satu setengah kilometer menuruni jalanan yang mirip trek motor trail itu, terlihat sebuah tatanan bebatuan yang dialiri air di tengahnya.
Kemudian aliran tersebut jatuh dan membentuk air terjun di bawahnya. Air terjun Kedung Angin yang diceritakan anak-anak sekolah itu ternyata cukup menarik. Banyak batu besar yang berjejer dengan lubang-lubang air di bagian atas air terjun.
Sebelum air jatuh ke bawah, terlebih dulu air tersebut melewati tiga undakan batu. Dibelakang aliran air terjun itu ada sebuah batu yang memanjang dengan warna berseling yang sekilas mirip motif batu akik naga sikoi yang terkenal dengan warna patahan emasnya.
Pengunjungnya sebagian besar adalah anak sekolah. Sebagian dari mereka lebih memilih berdiri di atas air terjun dan berfoto di bebatuan. Karena dari atas, jajaran bebatuan itu terlihat sangat menarik. Beberapa lagi berkumpul di sekitar air terjun untuk bermain gitar dan mandi di tengah Ceruk yang berada di bawah air terjun.
Dengan pohon pinus dan durian yang mengelilingi sebagian besar air terjun dari hulu hingga hilir, suasana Kedung Angin seolah sangat cocok sebagai tempat persembunyian. Meskipun air yang mengalir tidak sejernih air di Kalibendo atau Air Terjun Lider, tapi hal tersebut tidak mengurangi kesegaran air di Kedung Angin.
Sayang, mereka yang datang ke tempat tersebut rata-rata adalah siswa sekolah yang membolos. Mereka sengaja pergi ke tempat yang jauh supaya tidak mudah ditemukan. Yang membuat miris, beberapa dari mereka membawa minuman keras yang diletakkan di plastik plastik.
“Sudah biasa di sini digunakan anak sekolah bolos, tidak laki-laki tidak perempuan. Kalau diingatkan malah marah, jadi dibiarkan saja,” ujar Ratna, warga asal Desa Macan Putih, yang mengaku sering mengunjungi tempat tersebut.
Nama Kedung Angin, menurut Rofah, 55, salah seorang warga sekitar, sudahada sejak dulu. Dia tidak mengetahui dengan pasti mengapa nama tersebut digunakan sebagai nama air terjun itu. Setahunya air yang mengalir menuju Kedung Angin berasal dari Kedung Pertapan yang selama ini sering digunakan para praktisi metafisika bersemedi.
Kemungkinan dinamai Kedung Angin karena aliran air terjun yang mirip aliran angin. “Namanya sudah ada sejak dulu. Memang sering digunakan mandi, tapi menurut warga sini tempat itu hampir sama keramatnya dengan Kedung Pertapan,” beber Rofah.
Terlepas dari kisah-kisah yang meliputi Kedung Angin, air terjun tersebut adalah objek wisata alam yang menarik dikunjungi. Suasananya yang tenang dapat menjadi lokasi relaksasi dan sejenak keluar dari kebisingan kehidupan kota.
Lokasinya yang cukup jauh dari permukiman warga, berlibur di sana tidak akan terganggu aktivitas penduduk. Sesekali burung-burung khas pepohonan pinus hinggap dan berpindah ke bebatuan di sekitar air terjun. Kondisi sekitar kedung masih tampak bersih dan asri. Belum terlalu banyak sampah berserakan seperti yang biasa ditemui di beberapa tempat wisata di Banyuwangi. (radar)