Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Keliling Kampung, Sehari Untung Rp 5.000

TIDAK MERASA MALU: Eri Pratama dan Mohamad Rizal saat menjajakan jenang kopyor.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TIDAK MERASA MALU: Eri Pratama dan Mohamad Rizal saat menjajakan jenang kopyor.

Bulan Puasa menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah anak di Banyuwangi, tidak terkecuali bagi Eri Pratama Kurniawan, 12, dan Mohamad Rizal, 9. Di tengah jadwal sekolah yang lumayan padat, kedua bocah itu menyempatkan diri mengais rezeki dengan menjual jenang kopyor.

-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

CUACA di sebagian besar wilayah Banyuwangi cukup panas beberapa hari belakangan. Bagi orang yang tengah menjalankan puasa, tentu lebih senang melewatkan siang di rumah. Namun, saat sebagian masyarakat memilih menghindari sengatan matahari itu, segolongan anak justru asyik berpanas-panasan di jalan perkampungan.

Mereka adalah Eri Prayama Kurniawan dan Mohamad Rizal. Kemarin kedua bocah itu melintas di kawasan Jalan Rinjani, Kelurahan Singotrunan. Bersandal jepit, bercelana pendek, dan berkaus oblong, keduanya seolah tidak menghiraukan sengatan matahari yang sangat panas. Sambil berteriak di sepanjang ruas jalan yang dilalui, keduanya terlihat bersemangat.

Mereka terus berjalan sambil menyunggi jenang kopyor itu di atas kepala. Keringat terlihat jelas membasahi kaus mereka. Namun, sepertinya hal itu tidak dihiraukan oleh dua bocah yang masih duduk di bangku sekolah dasar tersebut. Meski baru kali pertama jualan jenang kopyor, tapi keduanya tidak canggung.

Eri dan Rizal cukup fasih menjajakan dagangannya. Pun saat melakukan transaksi dengan seorang pembeli di Lingkungan Klembon, Kelurahan Singonegaran, keduanya terlihat cekatan. Kantong plastik di dalam saku menjadi tempat menyimpan uang. “Ini jenang kopyor roti. Di dalamnya ada mi dan santan kelapa sebagai kuah.

Bisa dimakan saat berbuka puasa nanti,” ujar Rizal.Setelah pembeli menyebutkan jumlah jenang yang dibeli, Ri zal dan Eri pun mulai memasukkan jenang-jenag itu ke dalam kresek. Selesai melayani pembeli, keduanya tidak langsung pergi. Ditemani semilir angin yang sepoi di sa lah satu sudut jalan di Desa Singotrunan, keduanya rehat sejenak dan melepas lelah.

Mereka berjualan jenang ko-pyor sejak pukul 11.00. Bermodal baki atau talam, Eri dan Rizal sedikitnya membawa 25 bungkus jenang kopyor. Satu bungkus jenang kopyor di hargai Rp 1.500. Dari satu bung kus jenang kopyor, mereka mendapat keuntungan Rp 200. Tapi kalau tidak laku, yatidak dapat untung. Kalau dagangannya laris, pendapatan bersih mereka Rp 5.000.

Eri dan Rizal memilih ja lan kampung dan gang sempit se bagai lokasi penjualan. Mereka berkeliling dari satu kam-pung ke kampung lain melalui jalan dan gang sempit itu. Beruntung, keduanya tidak perlu berlama-lama berada di jalan. Kurang dari tiga jam, da gangan Eri dan Rizal sudah ludes terbeli konsumen. Sebab, jenang kopyor sudah menjadi menu khas di bulan Puasa.

Tidak heran, meski banyak anak-anak ya ng berjualan jenang kopyor, Eri dan Rizal merasa tidak tersaingi. Bahkan, saat berpapasan, mereka saling tegur. Lalu, bagaimana sikap orang tua mereka? Keduanya hanya ter senyum lebar. Meski aktivitas yang mereka jalani itu bisa membuat konsentrasi mereka terhadap sekolah terganggu, tapi kedua orang tuanya tidak begitu khawatir.

Inilah yang membuat kedua pelajar SDN Temenggungan dan SDN Singotrunan itu bersemangat. Sebab, keduanya yakin jajan yang mereka jajakan itu sangat ditunggu para penggemar makanan khas Ramadan tersebut. Sekadar diketahui, di Banyuwangi jenang kopyor adalah menu ma kanan khas saat berbuka puasa. Jenang kopyor terbuat dari santan, garam, roti tawar, kelapa kopyor, gula me-rah, dan daun pandan. (radar)