Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kesehatan Gigi dan Mulut pada Penderita Hipertensi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kesehatanPENYAKIT tekanan darah tinggi, dalam istilah medis disebut hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah di atas normal. Yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan semakin banyak kasus hipertensi terjadi pada kelompok usia produktif (di bawah 50 tahun).

Mengingat tingginya prevalensi penyakit ini di masyarakat dan sebagian besar penderita tidak menyadarinya, maka hal ini patut mendapat perhatian lebih dari tenaga kesehatan, tak terkecuali dokter gigi. Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami perdarahan paska pencabutan gigi. 

Hal ini berkaitan dengan obat bius yang digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan lama) yang berefek menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat. Terdapat hubungan antara penyakit periodontal dan hipertensi. Secara umum, bakteri yang terdapat pada gusi mempunyai peluang menjadi penyebab penyakit Diabetes Melitus dan hipertensi (penyakit kardiovaskular).

Yang paling cepat terpengaruh adalah penyakit kardiovaskular karena bakteri dalam gigi dapat langsung masuk ke dalam tubuh melalui aliran darah. Pasien dengan penyakit gusi yang mengalami gusi berdarah harus lebih berhati-hati karena darah yang keluar dapat membawa bakteri pathogen dalam gigi dan mulut kemudian ikut masuk ke aliran darah melalui jantung. Tekanan darah sistolik meningkat progresif sejalan dengan keparahan penyakit periodontal, sedangkan tekanan darah diastolik tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.  

Gigi yang lepas dapat menyebabkan perubahan pola diet, sehingga meningkatkan resiko hipertensi. Dalam sebuah penelitian terhadap wanita postmenopasue dan berdasarkan hubungan kausal, beberapa hipotesis dapat dipertimbangkan sebagai mekanisme yang menghubungkan gigi yang lepas dan peningkatan resiko hipertensi. Asupanbeberapa makanan bergizi serta kadar beta-karoten, folat dan vitamin C dalam serum secara signifi kan lebih rendah pada pengguna gigi palsu di Amerika Serikat.

Penurunan vitamin antioksidan dalam trerrregeyhtrserum seperti vitamin C pada wanita postmenopause dengan gigi yang lepas dalam penelitian ini dapat menyebabkan meningkatnya resiko hipertensi. Subjek dengan gigi yang lepas memiliki resiko penyakit periodontal yang lebih besar, sehingga menyebabkan disfungsi endotel akibat infl amasi akibat infeksi oral dan meningkatkan resiko hipertensi. 

Beberapa obat hipertensi dapat mengakibatkan mulut kering atau mengganggu indera pengecap. Golongan kalsium antagonis, kadang dapat menyebabkan gusi membengkak dan menebal, hingga sulit mengunyah. Kurangnya volume air liur pada mulut yang kering dapat menyulitkan saat bicara dan mengunyah serta mempermudah pertumbuhan bakteri dan jamur. Dengan demikian, selain kontrol rutin ke ahli penyakit dalam, pasien penderita hipertensi juga perlu mengontrol kesehatan rongga mulut secara rutin ke dokter gigi.

Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah. Beberapa cara dapat dilakukan diantaranya dengan mempertahankan berat badan dalam rentang normal. Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat, rendah lemak dan mengurangi garam. Olahraga teratur, sedapat mungkin mengatasi stres dan emosi. Hentikan kebiasaan merokok, Hindari minuman beralkohol. Periksa tekanan darah secara berkala; dan bila diperlukan makan obat-obatan penurun tekanan darah secara teratur. (radar)