Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kios Pupuk Coba “Redam” Pengurus Poktan dengan Pupuk Tambahan

kios-pupuk-coba-“redam”-pengurus-poktan-dengan-pupuk-tambahan
Kios Pupuk Coba “Redam” Pengurus Poktan dengan Pupuk Tambahan

Banyuwangi, Jurnalnews.com – Kelangkaan pupuk subsidi di kalangan petani Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, kini makin memanas. Bukan hanya langka, distribusi pupuk diduga sarat permainan. Terbaru, sebuah kios penyalur pupuk disebut-sebut berupaya “membungkam” protes kelompok tani (Poktan) dengan menyalurkan pupuk tambahan.

Kondisi ini dirasakan langsung oleh petani di Desa Watukebo. Pupuk yang seharusnya diterima sesuai data RDKK justru raib saat hendak ditebus. Kasus ini sempat viral di media dan memicu kegelisahan luas di kalangan petani jagung yang tengah memasuki masa pemupukan.

Pengurus Poktan Sumber Rejeki, Herman, mengaku baru menerima data RDKK kelompoknya setelah kasus ini ramai diberitakan.

“Saya baru tahu datanya setelah viral. Saya kecewa karena jatah saya saja tidak penuh sesuai RDKK. Bahkan pihak kios bilang jatah saya sudah paling banyak,” ujar Herman kepada Jurnalnews, Rabu (10/12/2025).

Yang membuat situasi makin panas, Herman mengungkap adanya komunikasi mencurigakan dari pihak kios. Ia mengaku dihubungi oleh operator Kios Mitra Tani Baluran, bernama Andi, yang menawarkan tambahan pupuk sebanyak 20 kwintal.

“Saya ditelepon Andi, katanya ada tambahan kuota 20 kwintal untuk dibagi ke anggota yang belum dapat. Ada 39 orang yang belum dapat jatah pupuk sama sekali, lalu saya infokan ke anggota, siapa yang mau ambil silakan ambil masing-masing satu kwintal, itupun jelas tak cukup untuk semua anggota,” jelas Herman.

Sebanyak 20 anggota akhirnya mendatangi kios pada Selasa sore, 9 Desember 2025, untuk mengambil pupuk dengan prosedur standar—foto KTP dan tanda tangan.

Diketahui sebelumnya, Dari total 44 anggota Poktan Sumber Rejeki yang terdaftar dalam RDKK, hanya 5 orang yang awalnya bisa mengambil pupuk. Sebanyak 39 anggota lainnya gigit jari. Kondisi ini memicu kecurigaan adanya permainan antara kios dan oknum pengurus Poktan.

Menepis tudingan tersebut, Herman justru meluapkan kekecewaannya kepada kios.

“Saya juga geram. Banyak anggota tidak dapat pupuk. Kami berusaha diganti lewat tambahan 20 kwintal itu. Padahal kebutuhan pupuk tiap petani bisa sampai 10 kwintal lebih,” tegasnya.

Herman juga membandingkan kondisi saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun 2017 dulu masih lebih enak, beli pupuk tidak dibatasi. Sekarang serba dibatasi, tapi justru banyak yang diduga bermain,” pungkasnya. (Venus Hadi)