BANYUWANGI – Pendidikan merata yang dicanangkan Pemkab Banyuwangi akan semakin disempurnakan pada sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ini. Diantaranya adalah para penyandang ijazah kejar paket yang diperkenankan bergabung mendaftar pada PPDB.
Dengan catatan rentang usia yang bersangkutan tidak melewati batas ketentuan sekolah. Jenjang SMP reguler ada batasan usia maksimal, yaitu 18 tahun, bagi pendaftarnya. Jadi, bagi pemegang ijazah kejar paket A yang usianya masih di bawah batas tersebut masih diperbolehkan mendaftar di PPDB online SMP.
Jika usianya lebih dari batas maksimal bisa melanjutkan ke jalur B dengan rentang usia masuk yang lebih flexible. Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono menjelaskan, ijazah kejar paket setara dengan ijazah formal, sehingga dapat digunakan untuk mendaftar PPDB.
Ijazah ini juga bisa untuk mendaftar pekerjaan, seperti PNS dan TNI-Polri. Peraturan dalam PPDB pun bagi pemegang ijazah paket, menurut Sulihtiyono, sama saja. Karena siswa pemegang ijazah paket ini juga mengikuti ujian nasional (unas) yang tingkat kesulitannya sama dengan ujian reguler.
Nilai-nilai hasil unas itu dapat dimasukkan dalam penghitungan poin PPDB, baik di jalur reguler maupun mandiri. itu untuk memberikan hak pendidikan kepada seluruh siswa. Para pemegang ijazah paket itu biasanya mereka yang kurang beruntung.
”Tidak ada alasan membatasi mereka bersekolah, apalagi untuk memperoleh nilai di ijazah mereka melalui kompetisi yang sama,” kata Sulihtiyono. Sementara itu, Sekretaris Dispendik Banyuwangi, Dwi Yanto menambahkan, ijazah paket C dapat digunakan pada program Banyuwangi Cerdas untuk mendaftar ke jenjang perguruan tinggi.
Sampai kemarin (26/6) kuota beasiswa tersebut masih menyisakan 35 kursi. Dengan perincian 15 kursi untuk siswa tidak mampu di IAIN Jember, 10 kursi untuk siswa tidak mampudi Unair Banyuwangi, dan 10 kursi untuk siswa yatim piatudan inklusif di Poliwangi.
Dwi berharap sebelum pendaftaran ditutup, para peserta didik bisa memanfaatkan kesempatan tersebut. Apalagi, beasiswa tersebut menanggung pendidikan siswa hingga selesai perguruan tinggi. “Sampai saat ini yang inklusif masih belum ada yang mendaftar.
Siswa tidak mampu dan yatim masih dipertimbangkan. Padahal, di salah satu PTN, yaitu IAIN, ada yang menggratiskan pendaftaran, jadi mereka benar-benar tinggal masuk,” tegasnya. (radar)