Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

M. Kodik, Pawang Seni Jaranan dan Barong di Desa Kelir

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mBisa Sadarkan Delapan Pemain Kesurupan Sekaligus

KEBANYAKAN pawang jaranan menyadarkan para pemain jaranan yang kesurupan satu per satu. Tetapi, cara konvensional seperti itu tidak berlaku bagi Kodik, pawang jaranan asal Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro. Kodik biasanya sanggup menyadarkan delapan pemain yang kesurupan sekaligus. Dia mewarisi kemampuan sebagai pawang jaranan dari ayahnya, alm Misbahul Anam. Sejak kecil Kodik sangat tekun mempelajari seni yang diajarkan orang tuanya.

Saat ditanya tentang kemampuan menyadarkan pemain kesurupan dengan cara tidak lazim itu, Kodik mengaku hal itu sebetulnya mudah, yakni hanya dengan menjaga tata krama. Meski berbeda dengan manusia, tapi bangsa jin juga senang jika dihormati. Agar mudah menghilangkan jin yang merasuki tubuh pemain jaranan, Kodik biasanya meminta dengan sopan kepada para jin itu agar berbaris. 

Dengan bantuan jin perewangannya yang bernama Setan Kobar, Mbah Cilik, dan Ratu Tanggal Siji, jin yang berbaris itu dilepaskan dari tubuh para pemain jaranan yang kesurupan secara bersamaan. Selain itu, lelaki yang lahir tahun 1952 itu tidak hanya berkecimpung di kesenian jaranan. Ada beberapa kesenian yang pernah diikutinya. Terkadang dia tampil sebagai pemain musik atau sebagai pawang. Sejak tahun 1971 Kodik sudah ikut beberapa rombongan kesenian, seperti gandrung, janger, barong, dan tetet.

Kesenian tetet, menurutnya sekarang agak susah ditemukan. Kesenian itu unik karena menggabungkan kuda dan penari gandrung. Dalam kesenian tetet, kuda menari-nari karena ada penari gandrung yang mengiringi. Untuk tetap melestarikan cita-citanya dalam menjaga kesenian Banyuwangi, Kodik bersama beberapa teman seperjuangan, yakni Asri, Atim, Timbul, dan Busama, membangun grup kesenian barong dan jaranan Sekar Arum.  

Dengan bantuan dana seorang warga pencinta seni yang biasa dipanggil Mas Yon, Kodik mulai membangkitkan geliat seni yang diawali dari kampungnya itu. Melestarikan sebuah kesenian, menurut Kodik bukan hal yang mudah. Dia pernah diundang pemerintah tampil di Surabaya. Dia pun sangat bangga dapat memainkan kesenian Banyuwangi di luar kota.

Tetapi, pernah juga dia menampilkan seni barong di salah satu dusun di daerah Kelurahan Telemung di Kecamatan Kalipuro yang dihadiri hanya sedikit orang. Ditambah lagi, pemain musik tradisionalnya juga orang-orang setempat yang tidak menguasai dengan baik. “Isun kecewa kerono pemaine luput. Kabeh sing tepak tabuhane, ngisin-ngisini (Saya kecewa karena pemain musik kurang menguasai. Semua tidak pas mainnya, memalukan, Red),” ujarnya.  

Dengan bermacam pengalaman dirinya, Kodik berpendapat bahwa pengetahuan tentang seni barong dan jaranan harus dikenalkan sejak dini. Karena itu, grup kesenian Sekar Arum banyak melibatkan anak usia belasan tahun. Kodik berharap dia masih memiliki kesempatan memperkenalkan kesenian Banyuwangi lebih jauh. Bukan hanya di luar Banyuwangi, dia juga berharap bisa mengenalkan seni jaranan dan barong ke mancanegara. (radar)