Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Magisnya Ritual Seblang Bakungan: Keajaiban Tradisi Osing di Banyuwangi

BANYUWANGI Jurnalnews – Masyarakat suku Osing Banyuwangi di Jawa Timur memiliki beragam tradisi yang masih lestari hingga saat ini. Meriah namun sarat makna, berbagai tradisi memasuki bulan Haji dapat ditemui di Banyuwangi.

Salah satunya adalah ritual Pementasan Tari Seblang Bakungan yang diselenggarakan di Desa Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, sebagai bentuk ritual keselamatan desa.

Tradisi Seblang ini digelar setiap awal bulan Haji tahun 2023 dan dipercaya dapat menghilangkan pagebluk atau bahaya yang mengancam.

Ritual Adat Seblang Bakungan merupakan kegiatan yang selalu dikunjungi oleh ribuan warga, berlangsung semalam penuh. Ritual Seblang wajib dilaksanakan oleh masyarakat Osing di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, setiap minggu pertama Bulan Haji (Dzulhijah).

Pelaksanaan ritual ini telah dilakukan secara turun-temurun selama ratusan tahun dan pada tahun 2023, acara ini dijadwalkan pada Minggu malam, 9 Juli.

Tari Mistik Seblang Bakungan merupakan tarian magis dari Banyuwangi yang digelar setahun sekali setelah Hari Raya Idul Adha. Tarian ini dibawakan oleh seorang wanita dalam keadaan tidak sadar dan dilakukan semalam penuh.

Syarat utama bagi Penari Seblang Bakungan adalah wanita yang sudah memasuki masa monopause. Penari ini dipilih oleh leluhur melalui mediasi. Penari Seblang akan menari dengan mata tertutup mulai pukul 19.00 hingga menjelang pergantian hari, yaitu pukul 12 malam.

Dalam tarian ini, sang wanita Seblang berjalan mengelilingi pemain gamelan gending Seblang – Seblang Lakento, dengan berambutkan lawon (kain mori) dan memakai mahkota omprok berupa bunga.

Tarian ini dilakukan di bawah payung agung untuk menyambut para leluhur dalam acara ritual Seblang di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, pada Minggu malam, 9 Juli 2023.

Ritual Seblang oleh masyarakat Osing di Kelurahan Bakungan melibatkan pelaku Seblang bernama mbah Isah yang menari mengikuti alunan gamelan dengan diiringi syair Seblang Lakento.

Masyarakat Osing di Bakungan memiliki kepercayaan terhadap kehadiran makhluk halus, roh leluhur yang disebut “Danyang,” yang menjaga kampung mereka. Ritual Adat Seblang ini diadakan dengan tujuan menghormati para roh leluhur dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjaga keselarasan kelangsungan hidup.

Ritual adat ini juga menjadi atraksi menarik bagi wisatawan. Ratusan orang datang untuk menyaksikan seorang penari yang dalam kondisi trance (kerasukan) di atas panggung bundar, diiringi oleh gending khas Seblang. Gerakan ritmis penari dengan omprok bunga-bunga dan rambut lawon menjadi daya tarik tersendiri.

Menurut Aekanu Hariyono, seorang budayawan “Seblang Lakento” yang dipercaya oleh masyarakat Osing di Kelurahan Bakungan, Seblang Lakento merupakan mantra untuk menyambut dan memanggil roh halus yang masuk ke dalam pelaku Seblang, mbah Isah. Dalam tarian ini, masyarakat Osing sangat menghargai sastra lisan yang terkandung dalam mantra. Mantra ini merupakan sastra kuno yang mengandung doa-doa sakral, magis, dan memiliki kekuatan gaib.

Masyarakat Osing di Bakungan memiliki kepercayaan terhadap kehadiran makhluk halus, roh leluhur atau “Danyang” yang menjaga kampung mereka. Cara untuk menghormati para roh leluhur dan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjaga keselarasan kelangsungan hidup ini, masyarakat menyelenggarakan Ritual Adat Seblang, demikian dijelaskan oleh Aekanu.

Saat gamelan mengumandangkan “Giro” mengiringi langkah gontai mbah Isah, seorang perempuan tua dengan mata terpejam yang kuat memegang keris di kedua tangannya, aku benar-benar merasa terharu. Berjalan ke arah prasawya berlawanan jarum jam, Seblang mengelilingi arena diikuti oleh para sesepuh adat.

Suasana menjadi sangat magis dengan sorotan cahaya lampu redup dan bau kemenyan yang menyengat, serta kepulan asap yang naik ke atas, seolah-olah Seblang mengajak semua makhluk yang ada untuk menunduk dan berdoa kepada Sang Maha Pencipta agar tujuan dan harapan semua terkabulkan serta segala bala penyakit segera sirna, harapannya.

Tubuh renta Seblang terus bergerak diikuti oleh para pengudang dengan diiringi beberapa gending. Bersamaan dengan itu, dilantunkan gending

“Kembang gadung segulung ditawa sewu, nora murah nora larang, kang larang wong adol kembang…”.

Seblang membawa dan menjual bunga di malam itu, dan penonton berebut membeli bunga. Bunga dalam ritual ini memiliki makna darma, keiklasan, kebersamaan, dan kesetiaan tulus tanpa paksaan. Bunga juga dipercaya sebagai sarana untuk mewujudkan doa dan cita-cita.

Dalam kesimpulannya, ritual adat Seblang Bakungan di Banyuwangi merupakan warisan budaya yang mengundang minat wisatawan.

Ritual ini melibatkan penari Seblang yang dalam kondisi trance dan diiringi oleh musik gamelan yang khas. Masyarakat Osing sangat menghormati dan percaya pada kehadiran roh leluhur serta makhluk halus, dan mereka menyelenggarakan ritual ini sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan syukur.

Dalam ritual ini, mantra dan doa sakral dipercaya memiliki kekuatan gaib. Suasana magisRitual Seblang Bakungan membawa pengunjung ke dalam suasana magis yang memikat, dengan cahaya lampu redup dan aroma kemenyan yang memenuhi udara.

Penampilan mbah Isah, seorang perempuan tua dengan mata terpejam, memegang erat keris di kedua tangannya, juga mengundang kekaguman dan keharuan. Dalam perjalanan mengelilingi arena, Seblang diikuti oleh sesepuh adat dan diiringi oleh gending-gending yang mengalun dengan ritme yang khas.

Ritual ini juga menarik minat wisatawan karena penari Seblang yang terlihat seperti dalam keadaan kerasukan, menari di atas panggung bundar. Gerakan penari yang ritmis, memakai mahkota bunga-bunga dan dandanan rambut lawon, semakin menambah pesona acara ini.

Menurut Aekanu Hariyono, Seblang Lakento adalah sebuah mantra yang diyakini oleh masyarakat Osing di Kelurahan Bakungan dapat memanggil dan menyambut roh halus yang hadir dalam diri penari Seblang, mbah Isah. Masyarakat Osing sangat menghargai warisan sastra lisan ini, yang mengandung doa-doa sakral, magis, dan memiliki kekuatan gaib.

Ritual Seblang adalah bentuk penghormatan masyarakat Osing di Bakungan terhadap kehadiran makhluk halus, roh leluhur yang mereka sebut “Danyang.” Masyarakat mengadakan ritual ini dengan harapan agar mendapatkan berkah, serta menjaga harmoni dan kelangsungan hidup mereka.

Terpesona dengan iringan gamelan yang mengumandangkan “Giro” dan melihat gerakan penuh makna mbah Isah, aku benar-benar terharu. Perjalanan Seblang yang melingkari area ritual, disertai dengan cahaya yang redup dan aroma kemenyan yang harum, mengundang makhluk-makhluk lain untuk tunduk dan bergabung dalam doa kepada Sang Pencipta agar harapan dan tujuan semua tercapai, serta segala penyakit dan bala segera sirna.

Seblang Bakungan merupakan pemandangan yang menggugah perasaan, ketika mbah Isah yang rapuh terus bergerak diiringi oleh pengudang dan gending-gending yang khas. Selama ritual, penonton juga berbondong-bondong untuk membeli bunga yang dibawa oleh Seblang. Bunga dalam ritual ini melambangkan darma, keiklasan, kebersamaan, dan kesetiaan tanpa paksaan. Bunga juga diyakini sebagai sarana untuk mewujudkan doa dan cita-cita.

Secara keseluruhan, ritual adat Seblang Bakungan di Banyuwangi menyajikan pengalaman yang memikat bagi para wisatawan. Ritual ini memperlihatkan kekayaan budaya dan keyakinan masyarakat Osing terhadap roh leluhur dan makhluk halus. Melalui mantra dan doa-doa sakral, ritual ini memberikan nuansa magis dan berkekuatan gaib yang mempesona. (Ilham//JN).

source