Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Manisnya Menggembala Lebah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

manisnyaSekali dayung dua pulau terlampaui”. Pepatah tersebut tampaknya tepat menggambarkan keuntungan menggeluti usaha peternakan lebah madu. Bayangkan, selain mampu memproduksi madu yang memiliki nilai jual tinggi, para peternak juga mendapat keuntungan lain, yakni hasil penjualan lebah. Terlebih, harga jual lebah kini “selangit”.

DALAM setahun, lebah rata-rata mampu memproduksi madu yang diyakini sangat baik untuk kesehatan itu selama enam bulan. Musim madu biasanya berlangsung sejak Mei hingga November, yakni pada waktu musim pohon berbunga. Fenomena itu bisa dimaklumi lantaran bahan baku yang digunakan lebah untuk memproduksi madu adalah nektar (sari bunga). Nah, jenis bunga yang nektar nya diisap oleh tawon tersebut akan berdampak besar terhadap rasa, warna, dan aroma madu yang di hasilkan.

Tak heran, di pasaran kerap ada embel-embel nama jenis tanaman yang diisap si tawon. Itu bertujuan membedakan jenis madu yang satu dan madu lain. Beberapa jenis pohon yang namanya kerap disematkan untuk menyebut jenis madu adalah rambutan, mangga, randu,  dan karet. Madu rambutan memiliki ciri-ciri, antara lain aroma harum, warna cokelat keputihan, dan berasa manis. Ciri-ciri madu mangga, yakni warna cokelat tua, dan rasa ma nis-asam.

Karakteristik madu randu ialah warna cokelat kekuningan, aroma harum, dan rasa manis cenderung legit. Sementara itu, ciri-ciri madu karet warnanya kecokelatan, dan rasa manis tapi sedikit pahit. “Jenis madu yang termahal adalah madu randu. Harganya mencapai Rp 70 ribu per liter, sedangkan yang termurah adalah madu karet. Madu karet biasa dijual seharga Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu per liter,” ujar Ahmad Romadhon, salah satu pekerja budi daya lebah madu, pekan lalu (6/4).

Romadhon yang kala itu tengah sibuk membersihkan ratusan kotak sarang tawon menambahkan, selain menggantungkan penghasilan dari pen jualan madu, para peternak lebah madu juga bisa mendapat keuntungan lain, yakni dari pen jualan lebah hasil budi daya. “Saat musim di mana tidak banyak tanaman berbunga seperti bulan ini, tawon tidak menghasilkan madu. Satu-satunya jalan adalah membudidayakan tawon tersebut agar berkembang biak. Hasil perkembangbiakan tawon itu bisa dijual atau dibudidayakan sendiri untuk menambah kapasitas produksi,” ujar pemuda be rusia 21 tahun tersebut.

Dikatakan, lebah biasanya di jual dalam wadah berbentuk kotak yang terbuat dari kayu. Satu kotak biasanya berisi empat sampai delapan sisir (sarang berbahan malam yang dibuat tawon pekerja dalam koloni tawon tersebut). Seorang yang ingin membeli satu kotak sarang lebah harus rela mengeluarkan kocek Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu, tergantung jumlah sisir di dalam kotak ter sebut. “Bahkan jika sedang musim madu, harga satu kotak sarang tawon mencapai Rp 900 ribu,” terang pemuda asal Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, tersebut. (radar)

LAHIRKAN RATU LEBAH IMITASI

MASING-MASING koloni lebah madu dipimpin seekor lebah yang lazim disebut ratu le bah. Ratu lebah itu memiliki ukuran tubuh sekitar 2,5 kali lipat lebih besar dibandingkan tubuh lebah pekerja. Uniknya, ratu lebah yang bertugas memimpin koloni itu ternyata bisa “diciptakan” sendiri oleh peternak. Selain memimpin koloni, ratu lebah mempunyai tanggung jawab meneruskan kelangsungan hidup koloninya, yaitu dengan cara bertelur. Ratu lebah sanggup bertelur 1.500- 2.000 butir setiap hari se panjang hidupnya.

Nah, para peternak lebah mAdu punya trik unik untuk meng hasilkan ratu lebah berkualitas. Lantaran ratu lebah yang terlahir secara alami terkadang tidak mampu memenuhi ekspektasi peternak, misalnya jumlah telur yang di hasilkan cenderung sedikit, para peternak pun mengkreasi sendiri ratu lebah tersebut.  Menurut Romadhon, mencetak ratu lebah harus di lakukan sejak larva tawon tersebut baru berumur sehari. Kemudian, larva lebah itu di tempatkan di wadah khusus yang disebut mangkokan.

Se telah itu, mangkokan di letak kan di sarang koloni lebah yang tidak memiliki ratu. “14 hari kemudian, larva yang di letakkan dalam mangkokan itu lahir dengan ukuran tubuh yang jauh lebih besar daripada ta won-tawon lain yang sejenis. Itu terjadi karena ukuran lubang mangkokan lebih besar daripada ukuran lubang sisir tawon,” papar Romadhon Setelah berusia 15 hari, ratu le bah “imitasi” itu pun mulai ber telur. Uniknya lagi, ratu lebah buatan itu justru mampu menjalankan peran yang lebih baik dibanding ratu lebah asli.

“Tak jarang ratu lebah buatan mampu menghasilkan telur yanglebih banyak di ban dingkan ratu lebah asli,” kata Romadhon. Sama seperti ratu lebah asli, ratu lebah buatan juga memiliki usia yang jauh lebih panjang dibandingkan lebah pekerja. Jika lebah pekerja berumur sekitar 40 hari, ratu lebah sanggup hidup hingga 3-5 tahun atau se kitar 30 kali lebih lama. Ratu lebah dapat hidup dalam waktu lebih lama lantaran lebah tersebut mengonsumsi royal jelly sepanjang hidup.

Padahal, lebah pekerja hanya mengonsumsi royal jelly selama tiga hari, yakni saat lebah pekerja itu masih berbentuk larva. Menurut Romadhon, ratu lebah yang sudah tua akan diganti ratu lebah lain. Sebab, ratu lebah yang sudah tua sudah tidak produktif. “Jika ratu lebah su dah tidak produktif karena sudah tua, jalan satu-satunya ya harus diganti dengan ratu lebah yang baru,” pungkasnya. (RADAR)

EMPAT HARI HABISKAN SATU KUINTAL GULA

SAAT tidak banyak tanaman berbunga adalah waktu tersulit yang harus dilalui para pembudi daya lebah madu. Ya, lantaran tak banyak sari bunga (nektar) yang bisa dikonsumsi, tawon-tawon tersebut harus diberi makanan pengganti. Itulah yang dilakukan Romadhon. Agar tawon yang dia budi daya tidak kekurangan gizi, pemuda yang satu ini rutin memberi makanan tambahan pada ratusan ribu ekor lebah madu tersebut setiap. Itu dilakukan tiap kali tidak banyak tumbuhan berbunga. Pemberian makanan tambahan itu biasa dilakukan empat hari sekali.

Makanan tambahan pengganti nektar bunga itu biasanya terbuat dari gula yang dilarutkan ke dalam air. Caranya, air gula itu dituang ke dalam bider (lubang tempat makanan yang berlokasi di atas sisir tawon). “Tawon yang kami budi dayakan ada di 295 kotak. Masing-masing kotak berisi ribuan ekor lebah. Sekali memberi makan, butuh satu kuintal gula,” kata Romadhon. Sementara itu, Lutfi, 20, rekan Romadhon menambahkan, selain harus memberi makanan tambahan, para peternak lebah madu juga harus rajin membersihkan sarang tawon tersebut Sebab, jika sarang kotor, tawon akan rentan terserang berbagai penyakit.

Tak cukup hanya dibersihkan, imbuh Lutfi, masing-masing sarang tawon juga harus diolesi obat anti kutu minimal sepekan sekali. “Obat (anti kutu) itu harus dioleskan ke tiap sarang sebelum pukul 13.00. Sebab, sore hari banyak tawon yang mulai masuk kesarang. Kami khawatir tawon yang masih muda akan mati karena tidak kuat bau obat tersebut,” jelas pemuda asal Desa/Kecamatan Wongsorejo tersebut. (RADAR)

HUNTING NEKTAR KE BERBAGAI DAERAH

BUDI DAYA lebah madu memang gampang-gampang susah. Terlebih jika tawon yang dipelihara tersebut jumlahnya sangat banyak. Be tapa tidak, untuk sekadar memenuhi pakan lebah-lebah ter sebut, para peternak harus men jelajahi satu wilayah ke wilayah lain. Penjelajahan itu menyesuaikan musim bunga. Maksudnya, di mana banyak tanaman yang berbunga, ke sanalah penjelajahan dilakukan. Pasalnya, nektar bunga merupakan makanan pokok sekaligus bahan baku utama madu yang diproduksi lebah. “Mencari pohon yang tengah berbunga itu kami lakukan sepanjang ta hun.

Tidak hanya di wilayah Ba nyuwangi, tapi sampai ke luar provinsi,” ujar Ahmad Ro madhon ketika ditemui war tawan koran ini di hutan sekitar ler eng Gunung Ijen pekan lalu (6/4). Beberapa wilayah yang biasa dia kunjungi untuk mencari pohon yang tengah berbunga adalah Wongsorejo; Situbondo; Pasuruan; Semarang, Jawa Tengah (Jateng); dan Subang, Jawa Barat (Jabar). Dikatakan, penggembalaan di Wongsorejo dan Pasuruan dilakukan agar tawon mengisap nektar pohon randu. “Kami membawa sarang lebah ke Pasuruan pada Juni. Penggembalaan di Wongsorejo kami lakukan bulan Juli,” kata dia.

Masih di Bulan Juli, sarang tawon juga dibawa ke Situbondo Tujuan penggembalaan di Kota Santri itu adalah agar tawon mengisap nektar bunga mangga. Pada Agustus, Romadhon membawa kotak sarang tawon yang dia budi daya itu ke Semarang, lantaran saat itu banyak pohon karet yang berbunga. Di bulan September, lokasi beternak pindah ke Subang. Tujuannya, agar lebah-lebah itu dapat mengisap bunga rambutan. “Jenis bunga yang dikonsumsi lebah akan berpengaruh terhadap rasa dan aroma madu yang dihasilkan,” kata pemuda berkulit sawo matang tersebut.

Ketika tidak banyak pohon berbunga seperti saat ini, Romadhon membawa 295 kotak sarang lebah yang masing-masing dihuni ratusan ekor tawon madu itu ke kawasan hUtan yang berlokasi di lereng Gunung Ijen, tepatnya di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Lantaran tidak banyak mendapat asupan makanan berupa nektar bunga, tawon-tawon itu pun tidak mampu memproduksi madu. Karena itu, para peternak  seperti Romadhon “hanya” membudidayakan tawon-tawon tersebut agar berkembang biak. “Kami bawa ke sini karena di sini termasuk hutan. Jadi, walau tidak sedang musim bunga, di sekitar sini ada saja satu atau dua tanaman yang berbunga,” tutur pemuda murah senyum tersebut. (RADAR)