Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Masjid Sidratul Muntaha: Pesona Unik Masjid Bawah Tanah di Desa Karangharjo, Banyuwangi

masjid-sidratul-muntaha:-pesona-unik-masjid-bawah-tanah-di-desa-karangharjo,-banyuwangi
Masjid Sidratul Muntaha: Pesona Unik Masjid Bawah Tanah di Desa Karangharjo, Banyuwangi
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI, Jurnalnews – Di tengah padatnya pemukiman penduduk, sebuah masjid unik telah muncul di desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Masjid ini tidak sembarangan, karena dibangun di bawah tanah dan dikenal sebagai Masjid Sidratul Muntaha atau lebih populer disebut sebagai Masjid Bawah Tanah.

Keunikan tempat ibadah ini telah menarik perhatian masyarakat dari pelosok nusantara, menciptakan gelombang kunjungan. Bahkan, ulama besar almarhum Kyai Haji Maimoen Zubair atau Mbah Moen pernah singgah dan beribadah di tempat yang istimewa ini.

Kesan unik terasa sejak langkah pertama menginjakkan kaki di depan pintu masuk Masjid Sidratul Muntaha. Lorong menuju bagian utama masjid menghadirkan suasana sejuk yang khas, membawa pengunjung melalui lorong bawah tanah yang mepesona.

Berbeda dari masjid pada umumnya, atmosfer lorong bawah tanah semakin kental dengan adanya ornamen batuan kali yang membentuk dinding masjid. Sekitar 60 pilar penyangga menjadi inti penopang atap beton masjid, menambah kesan kokoh dan megah.

Masjid ini, yang terletak di Dusun Krajan, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, ternyata pernah dianggap oleh warga sekitar sebagai calon pusat perbelanjaan. Pembangunannya dimulai pada tahun 2018 dan memakan biaya sekitar 4 miliar rupiah.

Muhammad Taufan, pemilik dan inisiator di balik kehadiran megah Masjid Bawah Tanah, mengungkapkan bahwa tetangga sekitar awalnya tidak mengetahui rencana pembangunan masjid tersebut. Selama proses konstruksi, sekitar 20 pekerja bangunan turut serta dalam mewujudkan impian ini.

“Masjid ini sejajar dengan aliran sungai di dusun setempat, menambah kesan sejuk dan nyaman bagi para jamaah,” kata Taufan.

Sejak diresmikan pada tahun 2021, Masjid Bawah Tanah telah menjadi tempat ibadah yang ramai dikunjungi setiap hari. Ratusan jamaah datang tidak hanya dari sekitar, tetapi juga dari Banyuwangi dan bahkan dari luar daerah.

“Pembangunan dimulai pada tahun 2018, dan sejak 2021 masjid ini sudah digunakan untuk ibadah salat tarawih hingga sekarang. Konsep bangunan ini menggabungkan batu bata dan batu alam pilihan dari sungai,” cerita Muhammad Taufan.

Ia menambahkan bahwa bangunan masjid ini didirikan di bawah sungai, memberikan udara yang dingin. Biaya pembangunan sekitar 4 miliar rupiah dibiayai oleh keluarga besarnya.

“Bangunan ini di bawah sungai, itulah membuat udaranya dingin. Untuk mendirikan masjid ini, kita menghabiskan dana sekitar 4 miliar di atas tanah waqof keluarga kami,” ungkapnya.

Taufan berharap bahwa Masjid Bawah Tanah bukan hanya menjadi objek kunjungan, tetapi juga menjadi tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Filosofi masjid ini mengingatkan manusia bahwa kembali ke tanah adalah suatu kepastian, dan semoga membawa makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat. (Eko/Ron/JN).